Mantan Ketua KPK Antasari Azhar bersama adik mendiang Nasruddin Zulkarnaen, Andi Syamsudin, saat jumpa pers usai memberikan laporan terkait kasus SMS gelap tahun 2011 lalu, di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (14/2/2017). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Sehari menjelang pilkada Jakarta, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar melaporkan dugaan rekayasa kasus pembunuhan terhadap Direktur Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, ke Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat.
Setelah itu, Antasari buka-bukaan perihal kasusnya di gedung Bareskrim Polri. Antasari menuding mantan presiden yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengetahui adanya rekayasa kasus yang menjeratnya. Antasari mengatakan sebelum ditangkap polisi sebagai tersangka kasus pembunuhan, Yudhoyono mengutus CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (sekarang Ketua Umum Partai Perindo) datang ke rumah Antasari untuk meminta agar KPK jangan menahan menahan besan Yudhoyono, Aulia Pohan.
Yudhoyono membantah menjadi inisiator kasus Antasari. Yudhoyono menduga ada aktor politik di belakang Antasari sehingga dia mengatakan demikian. Yudhoyono meyakini langkah tersebut bertujuan untuk merusak nama baiknya dan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono, yang ikut pilkada Jakarta.
Menanggapi itu, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto tidak mau terlibat dalam polemik.
"Kami nggak lihat ini politis atau tidak. Dari sisi hukum saja. Fakta-fakta yang kami dapat," kata Ari di Jalan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (15/2/2017).
Ari mengatakan penyidik telah menerima laporan Antasari. Selanjutnya, penyidik akan mendalami laporan Antasari terkait sangkaan tindak pidana persangkaan palsu dan pejabat yang sengaja menghilangkan barang bukti sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 318 KUHP jo Pasal 417 KUHP Juncto Pasal 55 KUHP.
"Intinya terima laporannya, kami tindaklanjuti dengan pendalaman, kita diskusi dulu apa sih maksud laporan ini," kata dia.
Ari mengatakan setelah mendalami laporan, polisi akan meminta keterangan Antasari sebagai pelapor.
"Nanti kita minta keterangan yang bersangkutan (Antasari) yang melaporkan, apa maksud laporannya, buktinya apa, baru sampai situ," kata dia.
Semalam, Yudhoyono menuding ada aktor politik yang telah merancang langkah Antasari.
"Ini direncanakan, tidak muncul tiba-tiba oleh Antasari dan aktor-aktor politik yang ada di belakangnya. Tujuan dan sasarannya jelas. Siapapun tahu, agar nama SBY, nama Agus (Agus Harimurti Yudhoyono, rusak, tercoreng. Akhirnya yang diharapkan dalam pilkada DKI yang pemungutan suaranya akan dilaksanakan esok," kata Yudhoyono dalam konferensi pers di Mega Kuningan Timur VII, nomor 26, Jakarta Selatan, Selasa (14/2/2017) malam.
Yudhoyono menilai skenario tersebut untuk mengalahkan Agus dan Sylviana Murni sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta periode 2017-2022.
"Saya dari hati yang paling dalam, saya katakan, ini luar biasa, politik. Luar biasa negara kita sekarang ini. Setelah sejak November (2016, saya SBY terus diserang, dihancurkan nama baik saya. Tujuannya agar elektabilitas Agus-Sylvi drop dan menurun dan kemudian kalah di pilkada. Tapi nampaknya masih belum puas. Karena harus menghancurkan SBY, AHY di jam-jam terakhir sebelum pemungutan suara," kata Yudhoyono.
Yudhoyono menegaskan bahwa akan mengambil langkah hukum untuk menanggapi tuduhan Antasari.
"Saya tidak tahu kapan dan bagaimana cara keadilan Allah, Tuhan, itu datang. Sekarang gini, sepertinya selalu membenarkan yang kuat dan bukan perkuat kebenaran. Saya tidak tahu apakah saudara-saudara pers juga berani memperkuat kebenaran atau juga selalu membenarkan yang kuat," kata Yudhoyono.
"Saudara Antasari tuduh saya sebagai inisiator kasus hukumnya, seolah dia tidak salah dan hanya jadi korban," katanya.
Setelah itu, Antasari buka-bukaan perihal kasusnya di gedung Bareskrim Polri. Antasari menuding mantan presiden yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengetahui adanya rekayasa kasus yang menjeratnya. Antasari mengatakan sebelum ditangkap polisi sebagai tersangka kasus pembunuhan, Yudhoyono mengutus CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (sekarang Ketua Umum Partai Perindo) datang ke rumah Antasari untuk meminta agar KPK jangan menahan menahan besan Yudhoyono, Aulia Pohan.
Yudhoyono membantah menjadi inisiator kasus Antasari. Yudhoyono menduga ada aktor politik di belakang Antasari sehingga dia mengatakan demikian. Yudhoyono meyakini langkah tersebut bertujuan untuk merusak nama baiknya dan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono, yang ikut pilkada Jakarta.
Menanggapi itu, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto tidak mau terlibat dalam polemik.
"Kami nggak lihat ini politis atau tidak. Dari sisi hukum saja. Fakta-fakta yang kami dapat," kata Ari di Jalan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (15/2/2017).
Ari mengatakan penyidik telah menerima laporan Antasari. Selanjutnya, penyidik akan mendalami laporan Antasari terkait sangkaan tindak pidana persangkaan palsu dan pejabat yang sengaja menghilangkan barang bukti sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 318 KUHP jo Pasal 417 KUHP Juncto Pasal 55 KUHP.
"Intinya terima laporannya, kami tindaklanjuti dengan pendalaman, kita diskusi dulu apa sih maksud laporan ini," kata dia.
Ari mengatakan setelah mendalami laporan, polisi akan meminta keterangan Antasari sebagai pelapor.
"Nanti kita minta keterangan yang bersangkutan (Antasari) yang melaporkan, apa maksud laporannya, buktinya apa, baru sampai situ," kata dia.
Semalam, Yudhoyono menuding ada aktor politik yang telah merancang langkah Antasari.
"Ini direncanakan, tidak muncul tiba-tiba oleh Antasari dan aktor-aktor politik yang ada di belakangnya. Tujuan dan sasarannya jelas. Siapapun tahu, agar nama SBY, nama Agus (Agus Harimurti Yudhoyono, rusak, tercoreng. Akhirnya yang diharapkan dalam pilkada DKI yang pemungutan suaranya akan dilaksanakan esok," kata Yudhoyono dalam konferensi pers di Mega Kuningan Timur VII, nomor 26, Jakarta Selatan, Selasa (14/2/2017) malam.
Yudhoyono menilai skenario tersebut untuk mengalahkan Agus dan Sylviana Murni sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta periode 2017-2022.
"Saya dari hati yang paling dalam, saya katakan, ini luar biasa, politik. Luar biasa negara kita sekarang ini. Setelah sejak November (2016, saya SBY terus diserang, dihancurkan nama baik saya. Tujuannya agar elektabilitas Agus-Sylvi drop dan menurun dan kemudian kalah di pilkada. Tapi nampaknya masih belum puas. Karena harus menghancurkan SBY, AHY di jam-jam terakhir sebelum pemungutan suara," kata Yudhoyono.
Yudhoyono menegaskan bahwa akan mengambil langkah hukum untuk menanggapi tuduhan Antasari.
"Saya tidak tahu kapan dan bagaimana cara keadilan Allah, Tuhan, itu datang. Sekarang gini, sepertinya selalu membenarkan yang kuat dan bukan perkuat kebenaran. Saya tidak tahu apakah saudara-saudara pers juga berani memperkuat kebenaran atau juga selalu membenarkan yang kuat," kata Yudhoyono.
"Saudara Antasari tuduh saya sebagai inisiator kasus hukumnya, seolah dia tidak salah dan hanya jadi korban," katanya.
Komentar
Berita Terkait
-
SBY Cuekin Kapolri di HUT TNI? Demokrat Ungkap Fakta di Balik Video Viral yang Menghebohkan
-
Melengos Tak Disalami, Heboh SBY Cueki Kapolri Listyo Sigit di HUT TNI, Publik Curigai Gegara Ini!
-
SBY Minta Masyarakat Sadar, Indonesia Bukan Negeri Kaya Minyak!
-
Singgung Situasi Global, SBY: Uang Lebih Banyak Digunakan untuk Kekuatan Militer, Bukan Lingkungan
-
Gibran Sambangi SBY di Cikeas, AHY: Sampaikan Selamat Ulang Tahun ke-76
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
Terkini
-
Skandal Haji Rp1 Triliun: KPK Garap Anggota DPRD Mojokerto, 400 Travel dan 13 Asosiasi Terseret
-
Beberkan Alasan Prabowo Copot Kepala Bapanas, Istana: Penugasan di Tempat Lain
-
Tewas di Lahan Kosong, Remaja Terapis Sempat Curhat Tertekan Diminta Denda Rp50 Juta!
-
Istana Buka Suara! Prabowo Kaji Serius Usul Bulog Jadi Kementerian, Bapanas Bakal Dilebur?
-
Ribuan Guru Berkumpul di Temu Pendidik Nusantara XII untuk Menjawab Tantangan Pendidikan Iklim
-
Putusan Praperadilan Kasus Korupsi Chromebook Siang Ini, Akankah Status Tersangka Nadiem Gugur?
-
Tragedi Pantai Modangan: Abai Peringatan, 2 Wisatawan Surabaya Hilang, 1 Tewas Terjepit Karang
-
Kecelakaan Maut di Tol Cipularang, Sopir Travel Ngantuk Hantam Truk: 1 Tewas, 9 Terluka!
-
Terungkap! Arief Prasetyo Dicopot dari Kepala Bapanas, Istana: Disiapkan untuk Tugas Baru
-
DPR Sebut Kegagalan ke Piala Dunia Bukan Akhir, Tapi Awal dari Pembenahan Total Sepak Bola Nasional