Suara.com - Ibu Ani (45) tak kuasa menahan air mata ketika menceritakan pengalaman berjuang bersama temannya, Patmi (48). Ani dan Patmi merupakan dua dari puluhan petani dari pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, yang aksi mengecor kaki dengan semen di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Aksi tersebut sebagai bentuk protes atas izin lingkungan PT. Semen Indonesia di Rembang yang diterbitkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Sebelum mereka berhasil membuat Presiden Joko Widodo mencabut izin pabrik, Patmi dipanggil Tuhan. Dia meninggal dunia pada Selasa (21/3/2017) dini hari atau dalam perjalanan ke Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta Pusat. Dia kecapean dan terkena serangan jantung.
Ani dan Patmi berasal dari Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati. Mereka bersama-sama datang ke Jakarta pekan lalu.
"Kami datang bersama ke Jakarta, kami warga Kendeng, Pati," kata Ani usai mengikuti konferensi pers di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Ani mengatakan Patmi memiliki semangat yang besar untuk berjuang agar jangan sampai pabrik semen itu berdiri karena akan mengganggu lingkungan sekitar.
"Almarhum sangat gigih untuk terus menjaga dan memperjuangkan kelestarian alam di Gunung Kendeng. Almarhum sangat fokus sekali," ujar Ani.
Ani mengatakan sebelum ke Jakarta, Patmi bersama para petani pegunungan Kendeng sudah berkali-kali turun ke jalan.
"Perjuangan aksi jalan kaki mulai Pati sampai Semarang Ibu Patmi ikut. Aksi jalan kaki Rembang sampai Semarang Ibu Patmi juga ikut. Begitu juga jalan kaki dari KI Ageng sampai Semarang dia ikut aksi tersebut. Karena apa, itu dengan bukti Ibu Patmi mulai mendengar, mencium bau akan berdirinya pabrik semen di dua kecamatan itu. Ibu Patmi dengan spontan awal, langsung ikut gerakan itu," ujar Ani.
Patmi dan teman-temannya aksi di depan Istana Merdeka mulai Senin (13/3/2017). Kemudian mereka mulai melakukan aksi mengecor kaki dengan semen pada Kamis (16/3/2017).
Ani mengatakan sebenarnya sebagian petani, termasuk Patmi, merencanakan kembali ke kampung halaman pada Selasa pagi.
"Kami memutuskan untuk istirahat sejenak, kami bersembilan akan pulang," saya mengajak pulang ibu Patmi, tapi Ibu Patmi tidak mau. Ibu Patmi bilang ke saya tetap bertahan di sini, dia tidak mau pulang. Katanya saya disuruh tinggalin dia," ujar Ani mengulang ucapan Patmi.
"Itu karena begitu gigihnya ibu Patmi," Ani menambahkan.
Ternyata Tuhan menjemput Ibu Patmi. Usai aksi hari Senin, Patmi terlihat kecapean. Tapi dari hasil pemeriksaan dokter, dia dinyatakan sehat.
Sampai pada dini hari tadi, Patmi mengalami kejang-kejang dan muntah - muntah. Tim dokter khusus yang selama ini mengawasi kesehatan para petani memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Namun sekitar pukul 02.55 WIB, Patmi menghembuskan nafas yang terakhir.
"Sama sekali tidak tahu akhirnya jadi seperti ini. Terima kasih atas dukungan semua. Solidaritas dari berbagai teman-teman dalam pembelaan pegunungan Kendeng," kata Ani mengusap matanya yang lebam.
Tag
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Dana Bagi Hasil Jakarta dari Pemerintah Pusat Dipangkas Rp15 Triliun, Pramono Siapkan Skema Ini
-
KemenPPPA Dorong Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Pasca Kasus Keracunan
-
BGN Enggan Bicara Sanksi untuk Dapur MBG, Malah Sebut Mereka 'Pejuang Tanah Air'
-
Agus Suparmanto Sah Pimpin PPP, Mahkamah Partai Bantah Dualisme Usai Muktamar X Ancol
-
DPRD DKI Sidak 4 Lahan Parkir Ilegal, Pemprov Kehilangan Potensi Pendapatan Rp70 M per Tahun
-
Patok di Wilayah IUP PT WKM Jadi Perkara Pidana, Pengacara: Itu Dipasang di Belakang Police Line
-
Divonis 16 Tahun! Eks Dirut Asabri Siapkan PK, Singgung Kekeliruan Hakim
-
Eks Dirut PGN Ditahan KPK! Terima Suap SGD 500 Ribu, Sempat Beri 'Uang Perkenalan'
-
Ikutilah PLN Journalist Awards 2025, Apresiasi Bagi Pewarta Penggerak Literasi Energi Nasional
-
Soal Arahan Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode, Gus Yasin: PPP Selalu Sejalan dengan Pemerintah