Suara.com - “Menilai isi buku dari sampulnya”, begitulah kritik yang ingin diutarakan Jericho Prasetyo terhadap pegawai hotel bintang lima yang berada di bilangan Mangga Dua, Jakarta Pusat.
Kritik tersebut dilontarkannya melalui akun pribadi Facebook miliknya, Kamis (29/6/2017), setelah ia dan keluarganya mendapat perlakuan tak mengenakkan dari pegawai hotel tempatnya menginap.
Perlakuan tak mengenakkan tersebut terjadi ketika Jericho kembali ke hotel memakai bajaj, yang dipakainya dan anak-anak untuk berkeliling ibu kota.
Berikut kisah yang diceritakan oleh Jericho, wisatawan asal Semarang, Jawa Tengah:
Sangat disayangkan hotel mewah bintang melarang Bajaj masuk di lobi hotel. Kami sebagai tamu merasa tersinggung dan sangat tidak nyaman diperlakukan secara kasar, tanpa ada rasa hormat, baik kepada kami sebagai tamu maupun kepada sopir bajaj yang sudah lanjut usia.
Pihak hotel sangat tidak menghargai kami dengan cara mengusir secara tak sopan dan kasar.
Kejadian bermula dari keinginan anak kami untuk naik bajaj, karena di Semarang tidak ada bajaj. Karenanya, kami berinisiatif mencari bajaj agar anak-anak kami bisa jalan-jalan keliling sekitar hotel.
Kami memesan bajaj dan langsung bayar lunas agar bapak sopir bajaj senang mengantarkan kami serta anak-anak keliling daerah sekitar hotel.
Baca Juga: Fadli Zon Sesalkan Teror Terhadap Polsi Kembali Terjadi
Setelah berkeliling dan pulang ke hotel, bapak bajaj tidak berani masuk ke halaman depan lobi. Padahal, kami meminta sopir itu masuk dan mengantarkan kami sampai depan lobi, sehingga anak-anak bisa berfoto bersama bajaj di depannya.
Ketika sampai di depan halaman lobi, tanpa basa-basi, tanpa permintaan maaf dan penjelasan yang baik, pegawai Hotel itu menyuruh bajaj pergi dari lobi.
Padahal, di depan hotel itu tidak ada informasi atau rambu yang melarang bajaj masuk lobi hotel.
Sangat ironis sekali bahwa Pemprov DKI melestarikan Bajaj sebagai aset daerah dan menjadi maskot, tapi hotel itu tidak menghormatinya.
Apalagi dalam Bajaj ada tamu hotel. Seharusnya pihak hotel mempertimbangkan kembali peraturannya, karena ini menyangkut budaya seni Jakarta.
Anak saya tidak akan minta naik bajaj, jika bajaj itu ada di kota Semarang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Konflik Lahan di Lebak Memanas, DPR Panggil Perusahaan dan KLHK
-
Di Hadapan Buruh, Aher Usul Kontrak Kerja Cukup Setahun dan Outsourcing Dibatasi
-
Aher Terima Curhat Buruh: RUU Ketenagakerjaan Jadi Sorotan, PHK Sepihak Jadi Ancaman
-
Tips Akhir Tahun Ga Bikin Boncos: Maksimalkan Aplikasi ShopeePay 11.11 Serba Hemat
-
Deolipa Tegaskan Adam Damiri Tidak Perkaya Diri Sendiri dalam Kasus Korupsi Asabri
-
Tak Hadir Lagi di Sidang Sengketa Tambang Nikel Haltim, Dirut PT WKS Pura-pura Sakit?
-
Gubernur Pramono Lanjutkan Uji Coba RDF Rorotan Meski Diprotes: Tidak Kapasitas Maksimum
-
Hasto: PDIP Dorong Rote Ndao Jadi Pusat Riset Komoditas Rakyat, Kagum pada Tradisi Kuda Hus
-
Di Rote Ndao, Hasto PDIP Soroti Potensi Wilayah Terluar RI
-
Belajar Asuransi Jadi Seru! Chubb Life Luncurkan Komik Edukasi Polistory