Suara.com - Sedikitnya 22 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan Pemerintah Yaman dan gerilyawan Al-Houthi di garis depan Nehm, sebelah timur-laut Ibu Kota Yaman, Sana'a, yang dikuasai anggota Al-Houthi.
Pertempuran tersebut meletus pada Selasa pagi (18/7) waktu setempat, di Gunung Al-Minsa, yang menjorok ke jalan yang menghubungkan Sana'a dan Provinsi Marib, yang dikuasai pemerintah.
"Pasukan pemerintah, yang didukung oleh pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi, berusaha memasuki lokasi di dekat ibu kota Yaman, yang dikuasai anggota Al-Houthi , yang didukung oleh pasukan yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh," kata sumber itu dikutip Antara dari Xinhua.
"Tak ada gerak maju atau kemajuan yang dibuat oleh masing-masing pihak selama pertempuran, sementara baku-tembak masih berlangsung," ujarnya.
Ia menambahkan, dua prajurit tewas dan empat lagi cedera di pihak pasukan pemerintah, sementara kelompok Syiah Al-Houthi kehilangan hampir 20 anggota dalam pertempuran itu.
Media Al-Houthi belum melaporkan jumlah korban jiwa di pihak mereka.
Pertempuran di Nehm, sekitar 90 kilometer di sebelah timur-laut Sana'a, sering berkecamuk sebab pasukan pemerintah telah berusaha membuat kemajuan ke dalam ibu kota Yaman, yang dikuasai Al-Houthi pada akhir 2014.
Pertempuran itu terjadi antara gerakan Syiah Al-Houthi, yang bersekutu dengan Iran, dan koalisi militer pimpinan Arab Saudi setelah anggota Al-Houthi menggulingkan presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang didukung Arab Saudi dan pemerintahnya lebih dari dua tahun lalu.
Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, yang mendukung Hadi, memulai campur-tangan militer dan pengepungan darat-laut-udara pada Maret 2015, dalam upaya merebut kembali wilayah Yaman, termasuk Sana'a, dan memulihkan kekuasaan Hadi.
Baca Juga: Empat Terduga Anggota Al Qaeda Tewas dalam Serangan di Yaman
Pasukan Hadi tahun lalu telah sepenuhnya membebaskan enam provinsi di Yaman Selatan dari seluruhnya 23 provinsi.
Perang sejak itu telah menewaskan lebih dari 10.000 orang, kebanyakan warga sipil, dan membuat sebanyak tiga juta orang kehilangan tempat tinggal sebab pengepungan total tersebut telah mengakibatkan kekurangan parah makanan dan obat import.
Negara itu juga telah dilanda wabah kolera mematikan dan berada di tepi jurang kelaparan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Minta Pendampingan KPK, Gus Irfan Pastikan Ibadah Haji dan Umrah Bebas Rasuah
-
Misteri Keracunan 1.315 Siswa Terpecahkan: BGN Temukan Kadar Nitrit Hampir 4 Kali Lipat Batas Aman
-
Wali Kota Semarang Dorong Sekolah Rakyat Jadi Wadah Lahirkan Generasi Hebat
-
Izin Dibekukan, DPR Ingatkan TikTok untuk Kooperatif dan Transparan
-
12 Tokoh Ajukan Amicus Curiae di Praperadilan Nadiem, Gugat Bobroknya Sistem Penetapan Tersangka
-
Genjot Skrining Tuberkulosis, Ahmad Luthfi Luncurkan Program Speling Melesat dan TB Express
-
Menteri Haji Ingin Samakan Masa Tunggu Haji Jadi 26,4 Tahun di Seluruh Indonesia, Begini Rencananya
-
Jawab Tantangan Yusril, Delpedro Cs Ajukan Praperadilan ke PN Jaksel
-
Korupsi Wastafel, Anggota DPRK Aceh Besar jadi Tersangka usai Polisi Dapat 'Restu' Muzakir Manaf