Saropa mengatakan kesejahteraan hidupnya meningkat setelah menjadi pemulung di TPST Bantargebang.
"Seneng sih di sini, kalau di kampung nggak ada kerjaan. di sini kan ada terus," ujarnya.
Perempuan berusia 30 tahun itu mulai menjadi pemulung bersama kedua orangtua dan saudara-saudaranya sejak kelas 3 SD.
Saropa sudah berkeluarga. Dia punya tiga anak: anak pertama duduk di bangku kelas dua SMP, anak yang kedua duduk di kelas lima SD, dan yang ketiga masih TK. Dia tinggal satu gubuk dengan suami dan anaknya yang masih TK.
"Dua anak saya yang SMP dan SD di pesantren Banten tinggalnya. Di situ nggak butuh biaya administrasi, paling uang jajan saja yang saya kasih. Kalau yang TK sekolahnya di dekat sini," ujar Saropa sambil membersihkan daun-daun.
Saropa mensyukuri penghasilan yang didapatkan dari mengais barang bekas.
"Sudah puluhan tahun mulungnya. Sehari penghasilan tergantung, kalau barangnya banyak ya lumayan, Rp100 ribu sehari kadang lebih," ujar Saropa.
Saropa mengatakan pendapatan sekarang lebih banyak, tetapi tetap lebih enak zaman dulu karena bahan kebutuhan pokok murah.
"Dulu dapat sedikit, beras dan lain-lain masih murah. Sekarang kan mahal, mendingan dulu," ujar Saropa.
Saropa mengatakan penghasilan yang didapatkan ditabung, lalu sebagian dikirim ke kampung halaman untuk kebutuhan anak-anaknya.
"Sebulan ada sisa dikit-dikit, buat bayar sekolah anak, buat dicelengin buat pulang kampung. sisa-sisa, kadang seratus," ujar Saropa.
Saropa mengatakan harapannya
"Harapan kedepan ya banyak. penginnya barang pokok agak murah karena kerjaan kita begini, karena sekarang pas-pasan," ujar Saropa.
Saropa berharap nanti bisa membeli sawah dan rumah di kampung halaman. Sawah ini diharapkan bisa menjadi tumpuan di hari tua. [Yunita]
Berita Terkait
-
Sisi Lain Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa: Hobi Jajan, Koleksi Keris, hingga Pamer Jempol
-
5 Parfum Aroma Teh yang Bikin Hati Adem: Serasa Meditasi Seharian
-
Stop Pakai Satu Parfum! Ini 4 Trik 'Layering' yang Bikin Wangimu Jadi Mahal & Unik
-
Cerita Lain usai Demo, Selongsong Gas Air Mata Laku Dijual Rp12 Ribu
-
Hakim dan Jaksa Minta Maaf di Kuburan Terdakwa, Ternyata Bukan Koruptor
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO