Suara.com - Konselor Myanmar Aung San Suu Kyi, mendapat banyak kecaman karena dinilai tidak berperan akatif dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan Rohingya di Myanmar. Kecaman dialamatkan kepada Suu Kyi juga mengingat dia adalah penerima Nobel Perdamaian tahun 1991.
Namun, kecaman tersebut tidak sepenuhnya disetujui oleh Usman Hamid. Direktur Amnesty International Indonesia itu mengatakan, Suu Kyi sudah berperan cukup untuk mendamaikan seluruh etnis di Myanmar.
"Sebenarnya Suu Kyi pada Mei 2017, mengumpulkan 1.400 perwakilan organisasi yang tergabung dalam EAO (Ethnic Arms Organizations)—persatuan milisi pemberontak berdasarkan etnis—untuk mendorong suatu proses rekonsiliasi," kata Usman di kantor Amnesty International Indonesia, Jalan Proboloinggo, Gondangdia Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (15/9/2017).
Usman mengatakan, langkah yang telah diupayakan oleh perempuan yang dijuluki Steel Orchid (Anggrek Baja) oleh media Inggris tersebut, sama dengan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia kekinian.
Namun, kata dia, langkah tersebut harus berhadapan dengan otoritas militer Myanmar yang masih mengusai sejumlah lembaga kementerian.
"Suu Kyi juga harus berhadapan dengan pengaruh kekuasaan dari otoritas militer, yang sampai hari ini belum sepenuhnya melepaskan kendali pemerintahan kepada Aung San Suu Kyi," katanya.
Usman menuturkan, sebagai pemimpin Myanmar, Suu Kyi hanya menguasai sejumlah kementerian di Myanmar. Salah satunya adalah Kementerian Luar Negeri.
Berita Terkait
-
Sidang Gugatan Perkosaan Mei '98, Kuasa Hukum Fadli Zon Mengaku Belum Tahu Objek Perkara
-
Aliansi Ibu Indonesia: Ibu Pertiwi Berduka Akibat Kebijakan Elit dan Kekerasan Negara
-
Korban Jiwa Tembus 10 Orang, Amnesty Internasional Desak Penyelidikan ProJustitia
-
'Jangan Tempatkan Rakyat Sebagai Musuh': Koalisi Sipil Ultimatum Negara Soal Pelibatan Militer
-
Amnesty Jawab Pidato Prabowo: Ratusan Warga Dijerat Pasal Karet Saat Diminta Jangan Berhenti Kritik
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
-
Kata Media Prancis Soal Debut Calvin Verdonk: Agresivitas Berbuah Kartu
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
Terkini
-
Panglima TNI Ungkap Alasan RI Butuh Tank Harimau, Senjata Pamungkas Penjaga Kedaulatan
-
Kinerja DPR Banyak Dikritik, Adian Napitupulu: Terbelenggu Aturan Sendiri
-
'Kekuatan Siluman' di Balik Penjarahan Rumah Sri Mulyani, Dino Patti Djalal Bongkar 3 Kejanggalan
-
Beda Biaya Kuliah Gibran di UTS Insearch Sydney vs MDIS Singapura, Bak Langit Bumi
-
Adian Napitupulu Ungkap Keluarga Driver Ojol Affan Sempat Dilarang Lihat Jenazah, Tidak Manusiawi!
-
Terungkap! Koperasi Akui 'Main Harga' Sewa Kios Blok M ke Pedagang, Tapi MRT Ogah Putus Kerja Sama
-
5 Anggota Penumpang Rantis Brimob Pelindas Affan Disidang Etik Pekan Depan: Dipecat atau Demosi?
-
Geger Surat Perjanjian MBG di Sleman hingga Blora: Jika Anak Keracunan, Ortu Wajib Diam!
-
Borok MBG Tercium Dunia! Media Asing Sorot Ribuan Anak Indonesia Tumbang Keracunan
-
Fakta-fakta Oknum Polisi Terlibat Jaringan Narkoba, Pernah Tuduh Kapolres Korupsi