Suara.com - Seorang anak yang berusia 5 tahun di Dubai, Uni Emirate Arab, dibiarkan kelaparan dan juga disiksa oleh kedua orang tuanya.
Sepert diberitakan Khaleej Times, Jumat (15/9/2017), bocah itu dibiarkan kelaparan dan disiksa karena hiperaktif yang oleh orang tuanya disebut sering membuat masalah. Padahal, oleh gurunya di sekolah, anak itu termasuk siswa berprestasi dan cerdas secara akademik.
“Kami kaget, ketika melihatnya di sekolah terdapat luka memar dan sejumlah luka bakar di tubuhnya. Setelah kami dekati, dia akhirnya bilang itu semua perbuatan orang tuanya. Dia juga bilang kelaparan dan meminta makan kepada saya,” tutur seorang guru bocah tersebut.
Setelah mendapat pengakuan itu, pihak sekolah segera melaporkan kasus itu kepada Departemen Umum Hak Asasi Manusia dan Kepolisian Dubai.
Aparat kepolisian lantas memberikan bocah itu kepada Departemen Perlindungan Perempuan dan Anak, untuk ditempatkan di rumah aman. Mereka juga memanggil kedua orang tua bocah malang itu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Namun, seperti diberitakan Gulf News, kedua orang tuanya membantah menyiksa dan membuat anaknya kelaparan sebagai bentuk hukuman karena hiperaktif.
Sang ibu justru mengatakan kepada polisi, melarang anaknya makan karena sudah terlalu banyak makan. Tapi, berdasarkan pemeriksaan polisi, bocah itu justru memiliki berat badan yang terbilang rendah jika dibandingkan dengan anak seusianya.
“Dalam pantauan kami, anak itu terbilang jenius. Anaknya memang hiperaktif, tapi itu membuktikan dia cerdas. Jadi, dia bukan anak nakal. Kini, dia dalam perlindungan negara,” terang Direktur Departemen HAM Mohammad Al Murr.
Baca Juga: Amnesty International: Militer Myanmar Masih Blokade Rakhine
Ia mengatakan, departemennya juga sudah bekerja sama dengan pihak sekolah untuk terus memantau perkembangan si anak.
”Kami bersama aparat kepolisian sudah meminta orang tuanya menandatangani kesepakatan untuk tidak melakukan hal apa pun terhadap bocah itu selama kasus ini dalam penyelidikan,” terangnya.
.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
Terkini
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!