Suara.com - Kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang dinilai represif dan fasistik, membuat banyak kaum muda negeri tersebut bergabung dengan Partai Komunis Filipina (PKF).
Bahkan, seperti dilansir Davao Today, Kamis (21/9/2017), tak jarang kaum muda Filipina yang bergabung dengan sayap militer PKF, yakni New People’s Army (NPA; Tentara Rakyat Baru).
Juru Bicara Front Demokrasi Nasional Filipina (NDFP), Rubi Del Mundo, mengatakan kampanye perang melawan bandar narkoba dan penerapan darurat perang di Mindanao oleh Duterte menjadi alasan kaum muda bergabung dengan PKF/NPA.
Untuk diketahui, National Democratic Front Philippine sendiri adalah aliansi partai-partai politik, organisasi massa, individu, agamawan, yang berhaluan kiri dan nasionalis.
“Kebijakan Duterte yang fasistik dan melanggar HAM memicu kaum muda, pekerja, dan pedagang kecil yang idealis bergabung dalam NPA atau gerakan bawah tanah. Mereka ingin melawan kediktatoran Duterte yang meniru rezim Ferdinand Marcos dulu,” tutur Rubi.
Dalam sepekan terakhir, aksi-aksi massa yang diikuti ribuan orang digelar di berbagai kota maupun pedesaan Filipina. Mereka berdemonstrasi menentang Duterte yang dinilai membangun tatanan kediktatoran seperti era Marcos.
Rubi mengungkapkan, sejak Mei 2017, sedikitnya 68 kasus pelanggaran HAM yang terdokumentasikan. Pelanggaran HAM itu dilakukan oleh militer, paramiliter, dan pasukan polisi terhadap masyarakat adat Moro.
"Duterte yang disokong militer Amerika Serikat, melakukan aksi militer ofensif ditujukan kepada kaum tani, masyarakat adat Lumad dan warga Muslim Moro. Rakyat, tak bakal membiarkan Duterte semakin sewenang-wenang dengan retorika populistiknya,” tandas Rubi.
Baca Juga: Tiongkok Yakin Kereta Cepat Jakarta-Bandung Selesai Akhir 2019
Sementara seperti dilansir dari Rappler.com, Jumat (22/9), gerakan perlawanan terhadap Duterte tak hanya dilakukan oleh kaum komunis.
Bahkan, ribuan kaum agamawan dan umat gereja Katolik Filipina juga turut serta dalam demonstrasi massa yang diinisiasi banyak organisasi prodemokrasi.
Pada Kamis lalu, ribuan umat gereja melakukan aksi jalan kaki ke Taman Jose Rizal, menuntut Duterte menyudahi perang melawan bandar narkotik dan penerapan darurat militer di Mindanao.
"Kami ingin menyuarakan keinginan rakyat, kepalan tangan kami melawan Duterte yang kembali menerapkan darurat militer era Marcos," tegas Jonash Joyohoy, pendeta Gereja Aglipayan.
Sementara pastor Junwel Bueno dari Persatuan Gereja Yesus Filipina menegaskan, dua kebijakan represif Duterte itu merupakan bentuk pelanggaran HAM paling brutal pada era pasca-Marcos.
"Tak boleh lagi ada darurat militer! dan tirani tak lagi mendapat tempat di negeri kami, amin! Kami turun ke jalan karena mengetahui bahwa Tuhan ingin melindungi kehidupan dan martabat manusia," tegasnya.
Berita Terkait
-
Presiden Duterte: Kalau Benar Putraku Bandar Narkoba, Tembak Saja
-
Duterte: Organisasi HAM Kritik Saya Tapi Diam soal Rohingya
-
Usai Pecundangi Filipina, Egy Ingatkan Rekannya Tetap Rendah Hati
-
Taklukkan Myanmar dan Filipina, Indonesia Kini Waspadai Vietnam
-
Cetak Hattrick, Punggawa Garuda Nusantara Ini Ogah Jemawa
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO