Ilustrasi KPK [suara.com/Nikolaus Tolen]
Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo mengatakan semenjak pemerintah dipimpin Presiden Joko Widodo, KPK selalu menjadi sasaran pertarungan politik kelompok berkepentingan. Dampaknya, penegakan hukum semakin lemah.
"Kita tidak kaget atas kondisi ini ya, karena memang KPK ini nampaknya dari sejak awal 2014, ketika Jokowi jadi Presiden di rezim ini itu memang sepertinya KPK hampir-hampir tidak pernah berhenti dilakukan namanya mendekonstruksi, mendelegitimasi dan menurunkan marwah KPK," kata Ari dalam diskusi "Membahas Isu Politik Aktual" di kantor Formappi, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (10/11/2017).
Ari menambahkan sejak Jokowi jadi Presiden, pengawasan ekstra terhadap KPK tak pernah berhenti. Bahkan, terdapat upaya-upaya pelemahan terhadap lembaga antirasuah.
"Terakhir pembentukan pansus (angket di DPR) yang terbaru. Nah kemudian hari ini adalah kriminalisasi terhadap ketua KPK dan komisionernya yang saat ini lagi dipermasalahkan di Bareskrim Polri," ujar Ari.
Berkali-kali Jokowi menegaskan di berbagai kesempatan akan melakukan penguatan hukum, terutama KPK. Namun itu cenderung kontradiksi dengan fakta yang terjadi di lapangan.
"Pak Tito mengatakan persoalan Novel harus dituntaskan. Kenapa sampai hari ini persoalan-persoalan itu tak cenderung secara konstruktif menguat? Malah melemah. Justru berakhir pada hari ini komisioner KPK dikriminalisasi," tutur Ari.
Sejak pertamakali Jokowi menjabat kegaduhan politik selalu saja terjadi. Akibatnya, instabilitas politik juga terjadi.
"Pesan Kapolri di media massa hari ini sebenarnya Kapolri tidak ingin masuk ke dalam kegaduhan baru yang akan menciptakan instabilitas politik. Sebenarnya kalau dari pesan-pesannya sudah jelas, tapi kenapa kegaduhan itu terus terjadi," ujar Ari.
Ari mensinyalir kegaduhan politik ini sengaja diciptakan oleh kelompok yang berkepentingan secara politik. Sehingga, isu-isu penegakan hukum terus dimainkan, hingga menyasar lembaga KPK yang selama ini terus dipersoalkan.
Menurut Ari kegaduhan politik akan terus berlangsung dan akan semakin terasa mendekati pemilu presiden tahun 2019. Sebab, semakin mendekati tahun-tahun politik, akan ada upaya pembelahan di masyarakat oleh para kelompok berkepentingan.
"Kenapa ini terjadi? Saya melihatnya bahwa eskalasinya kesini semakin menguatkan memang pembelahan di masyarakat nampaknya terjadi. Bukan hanya pada persoalan ini (kriminalisasi KPK), tapi juga pembelahan dari unsur sekatan primordialitas, frekuensi politik, juga pembelahan kepentingan," kata Ari.
"Kita tidak kaget atas kondisi ini ya, karena memang KPK ini nampaknya dari sejak awal 2014, ketika Jokowi jadi Presiden di rezim ini itu memang sepertinya KPK hampir-hampir tidak pernah berhenti dilakukan namanya mendekonstruksi, mendelegitimasi dan menurunkan marwah KPK," kata Ari dalam diskusi "Membahas Isu Politik Aktual" di kantor Formappi, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (10/11/2017).
Ari menambahkan sejak Jokowi jadi Presiden, pengawasan ekstra terhadap KPK tak pernah berhenti. Bahkan, terdapat upaya-upaya pelemahan terhadap lembaga antirasuah.
"Terakhir pembentukan pansus (angket di DPR) yang terbaru. Nah kemudian hari ini adalah kriminalisasi terhadap ketua KPK dan komisionernya yang saat ini lagi dipermasalahkan di Bareskrim Polri," ujar Ari.
Berkali-kali Jokowi menegaskan di berbagai kesempatan akan melakukan penguatan hukum, terutama KPK. Namun itu cenderung kontradiksi dengan fakta yang terjadi di lapangan.
"Pak Tito mengatakan persoalan Novel harus dituntaskan. Kenapa sampai hari ini persoalan-persoalan itu tak cenderung secara konstruktif menguat? Malah melemah. Justru berakhir pada hari ini komisioner KPK dikriminalisasi," tutur Ari.
Sejak pertamakali Jokowi menjabat kegaduhan politik selalu saja terjadi. Akibatnya, instabilitas politik juga terjadi.
"Pesan Kapolri di media massa hari ini sebenarnya Kapolri tidak ingin masuk ke dalam kegaduhan baru yang akan menciptakan instabilitas politik. Sebenarnya kalau dari pesan-pesannya sudah jelas, tapi kenapa kegaduhan itu terus terjadi," ujar Ari.
Ari mensinyalir kegaduhan politik ini sengaja diciptakan oleh kelompok yang berkepentingan secara politik. Sehingga, isu-isu penegakan hukum terus dimainkan, hingga menyasar lembaga KPK yang selama ini terus dipersoalkan.
Menurut Ari kegaduhan politik akan terus berlangsung dan akan semakin terasa mendekati pemilu presiden tahun 2019. Sebab, semakin mendekati tahun-tahun politik, akan ada upaya pembelahan di masyarakat oleh para kelompok berkepentingan.
"Kenapa ini terjadi? Saya melihatnya bahwa eskalasinya kesini semakin menguatkan memang pembelahan di masyarakat nampaknya terjadi. Bukan hanya pada persoalan ini (kriminalisasi KPK), tapi juga pembelahan dari unsur sekatan primordialitas, frekuensi politik, juga pembelahan kepentingan," kata Ari.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Ironi! Pejabat Riau Sampai Ngutang Bank Demi Setor 'Jatah Preman' ke Gubernur
-
Gubernur Riau Ditangkap KPK di Kafe, Sempat Kabur saat Kena OTT
-
Potret Gubernur Riau Abdul Wahid Usai Jadi Tahanan KPK
-
Drama Penangkapan Gubernur Riau: Kabur Saat OTT, Berakhir Diciduk KPK di Kafe
-
KPK Bongkar Modus 'Jatah Preman' Gubernur Riau, Proyek Dinas PUPR Dipalak Sekian Persen
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Digelar Perdana Besok, Adam Damiri Siap Hadiri Sidang PK di PN Jakpus
-
Jakarta Utara Siaga Banjir Rob! Supermoon Ancam Pesisir November Ini
-
Ironi! Pejabat Riau Sampai Ngutang Bank Demi Setor 'Jatah Preman' ke Gubernur
-
Koalisi Sipil Sebut Usulan Pahlawan Upaya Cuci Dosa Soeharto: Cuma Orang Gila Maafkan Diri Sendiri
-
Gubernur Riau Telah Terima Uang Pemerasan Rp4,05 Miliar, Ada yang Mengalir ke PKB?
-
Rumah Hakim Kasus Korupsi Anak Buah Bobby Terbakar, Begini Kata Polisi usai 2 Kali TKP
-
Hotman Paris Sebut Saksi Ahli CMNP Jadi 'Senjata Makan Tuan' dalam Sidang Sengketa NCD
-
Lagi Jadi Fokus Dirut Transjakarta, Kenapa Mode Share Transportasi Umum di Jakarta Baru 22 Persen?
-
Rumah Hakim PN Medan Kebakaran, Sengaja Dibakar atau Murni Kecelakaan?
-
Akhir Petualangan Dokter Predator, Priguna Anugerah Divonis 11 Tahun Penjara