Pada pengumuman yang digelar di Kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro Jakarta Pusat tersebut, Megawati membeberkan alasan memilih pasangan Gus Ipul-Mas Anas, yaitu bukan didasarkan pertimbangan suka atau tidak suka, namun melalui mekanisme terukur.
Megawati mengakui keduanya telah memiliki karakter yang sesuai dengan kepemimpinan PDIP, salah satunya mampu mengayomi rakyatnya.
"Kami tidak cari pemimpin sempurna, tapi pemimpin yang mumpuni," kata Megawati di podium di sela pengumuman.
Keduanya juga disebut belum terindikasi korupsi, memiliki karakter pemimpin yang bervisi jelas ke depan, serta berpengalaman cukup karena pernah menjadi pemimpin di daerah masing-masing.
Selepas pengumuman di DPP PKB, pimpinan partai dan kedua kandidat langsung menuju kantor DPP PKB di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Keduanya datang didampingi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDI-P Ahmad Basarah dan diterima Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Karding beserta sejumlah pengurus PKB.
Sementara itu, untuk pasangan Khofifah-Emil Dardak, keduanya menerima mandat maju dari Partai Demokrat pada 21 November 2017 di kediaman Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Kemudian, keesokan harinya, 22 November 2017, giliran Partai Golkar mengumumkan nama Khofifah-Emil dan berkoalisi dengan Demokrat.
Penyampaian dukungan resmi dilakukan di kantor DPP Golkar, Jln. Anggrek Neli, Slipi, Jakarta Barat, yang dipimpin saat itu oleh Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum DPP Golkar, Idrus Marham.
Baca Juga: Kehadiran Presiden Jokowi Diharap Kuatkan Citra Wisata Malioboro
Yang menarik, dari kontestasi Pilkada Jatim 2008, 2013 dan 2018, terdapat perbedaan mencolok dari Partai Demokrat dalam hal mengusung pasangan calon.
Jika 2008 dan 2013 mengusung Gus Ipul yang diduetkan dengan Pakde Karwo, sekaligus melawan Khofifah, namun pada 2018 justru mendukung "mantan lawannya".
Berdasarkan keterangan dari sumber internal di lingkungan Partai Demokrat, hal ini dilakukan karena Demokrat gagal mengisi nama kadernya sebagai pendamping Gus Ipul.
"Demokrat ini memiliki kepentingan di 2019 sehingga harus bersikap dan terlibat langsung di Pilkada 2018. Karena gagal menempatkan kader sebagai pendamping Gus Ipul maka mau tidak mau atau suka tidak suka harus mendukung Khofifah," ucapnya.
Poros Ketiga
Sampai penghujung tahun, atau tepat sepekan sebelum pendaftaran resmi dibuka, dua partai politik, yaitu Gerindra dan PAN sama sekali belum menentukan sikap, baik lisan maupun tulisan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Si Jago Merah Mengamuk di Kemanggisan, Warung Gado-Gado Ludes Terbakar
-
ODGJ Iseng Main Korek Gas, Panti Sosial di Cengkareng Terbakar
-
Diplomasi Tanpa Sekat 2025: Bagaimana Dasco Jadi 'Jembatan' Megawati hingga Abu Bakar Baasyir
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar