Suara.com - Indonesia diprediksi menjadi negara gagal seperti Zimbabwe, Nigeria, atau Sri Lanka, kalau tak mengonversi utang luar negeri menjadi sumber pendanaan sektor produktif.
Prediksi itu diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati dalam diskusi bertajuk “Menggugat Produktivitas Utang” di Kantor INDEF, Jakarta, Rabu (21/3/2018).
Kekhawatiran tersebut didasarkan pada grafik utang luar negeri (ULN) Indonesia yang menanjak naik selama tiga tahun terakhir.
Titik tertinggi jumlah utang Indonesia—baik milik pemerintah maupun swasta—hingga kekinian mencapai Rp7.000 triliun.
Utang khusus milik pemerintah pada tahun 2015 mencapai Rp. 3.165 triliun, dan semakin membengkak menjadi Rp4.034,8 triliun pada medio Februari tahun ini.
"Apakah dengan outstanding (posisi utang debitur) ini, rasionya masih cukup aman dan tak bakal terjebak seperti Yunani yang mengalami krisis keuangan akibat membengkaknya jumlah utang namun tak digunakan pada sektor produktif?” kata Enny.
Studi komparatif yang dilakukan INDEF menyebutkan, Zimbabwe, Nigeria dan Sri Lanka menjadi sedikit dari sekian negara yang gagal memanfaatkan ULN menjadi modal menstimulasi pengembangan ekonomi dalam negeri.
Akibatnya, ketiga negara tersebut harus menanggung banyak kebijakan merugikan dari negara pemberi hutang.
Zimbabwe, misalnya, harus merelakan mata uangnya digantikan dengan Yuan, akibat tak mampu membayar utang USD40 juta kepada Tiongkok.
Baca Juga: Berikut Harga Tiket Bhayangkara FC vs Persija di SUGBK
Sementara Sri Lanka harus menjual 70 persen saham pelabuhan Hambantota dan merelakan insfrastrukturnya itu diakusisi perusaan milik negara Tiongkok.
Peneliti senior INDEF Faisal Basri mengakui, kontur penggunaan ULN di Indonesia juga menunjukkan gejala sama.
Ia mengatakan, alokasi ULN untuk sektor produktif perekonomian di Indonesia masih terbilang rendah.
Fenomena itu sama seperti pemanfaatan ULN pada era Orde Baru, meski terdapat sejumlah perbedaan perihal sektor yang mendapat porsi uang utang lebih besar pada era kekinian.
Pada era Orba, seluruh ULN dialokasikan untuk sektor pembangunan infrastruktur. Tapi kekinian, utang digunakan untuk menguatkan sektor lain semisal belanja pegawai.
"Terbukti, utang digunakan lebih banyak untuk penguatan pos-pos lain, untuk belanja pegawai. Ini bukan zaman Orba. Sekarang utang untuk umum atau generik," ungkap Faisal.
Berita Terkait
-
Ketua DPR Kritik Utang Luar Negeri yang Mencapai Rp4.754 Triliun
-
Rezim Jokowi Harus Akhiri Defisit Anggaran dan Utang
-
Pengamat: Era Soeharto, Indonesia Ugal-ugalan Utang Luar Negeri
-
BI Jamin Utang Luar Negeri Indonesia Akhir 2017 Terbilang Aman
-
Utang Luar Negeri Indonesia Akhir 2017 Naik 10,1 Persen
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
Terkini
-
Usai Dipecat PDIP, Anggota DPRD Gorontalo Wahyudin yang 'Mau Rampok Uang Negara' Bakal di-PAW
-
Siapa Bupati Buton Sekarang? Sosoknya Dilaporkan Hilang di Tengah Demo, Warga Lapor Polisi
-
Stok Beras Bulog Menguning, Komisi IV DPR 'Sentil' Kebijakan Kementan dan Bapanas
-
Prabowo Terbang ke Jepang, AS, hingga Belanda, Menlu Sugiono Beberkan Agendanya
-
Jokowi Gagas Prabowo - Gibran Kembali Berduet di 2029, Pakar: Nasibnya di Tangan Para "Bos" Parpol
-
Pidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Mengulang Sejarah Perjuangan Diplomasi Prof Sumitro
-
Prabowo Ubah IKN jadi Ibu Kota Politik Dinilai Picu Polemik: Mestinya Tak Perlu Ada Istilah Baru!
-
11 Tahun DPO hingga Lolos Nyaleg, Jejak Litao Pembunuh Anak Ditahan usai Jabat Anggota DPRD
-
Apa Itu Tax Amnesty? Menkeu Purbaya Sebut Tidak Ideal Diterapkan Berulang
-
Sebut Hasil Rekrutmen Damkar Diumumkan Pekan Depan, Pramono: Saya Minta Jangan Terlalu Lama