Suara.com - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) mengungkapkan hasil temuan Tim Pencarian Fakta Koalisi Masyarakat Sipil di Asia di Kamp Pengungsian Rohingya di Cox Bazaar, Bangladesh.
Koordinator Kontras Yati menyampaikan beberapa temuan di kamp tersebut, salah contohnya yaitu sulitnya makanan, tidak ada susu, tidak ada garam, tidak ada tepung dan lainnya.
"Disana tidak disediakan. Oleh karena itu, mereka memperdagangkan atau menjual beberapa barang ke pasar lokal dan membeli makanan tambahan," ungkap Yati dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (24/4/2018).
Ia mengatakan, adapun temuan penganiayaan seperti dikriminasi, terjadi sejak tahun 1993. Sejak itu, para penduduk tidak diakui sebagai warga negara Myanmar atau Burma. Tidak sampai disitu, mereka juga kerap mengalami kekerasan seksual dan eksekusi massal sejak Agustus 2017 lalu.
"Hilangnya properti seperti rumah, makanan serta ternak. Lalu pola kejahatan kekejaman massal yang jelas. Hingga menyeberangi sungai Teknaff dari Myanmar ke Banglades, harus membayar dengan uang emas dan lain lain," jelasnya.
Kondisi kamp sendiri, Yati menjelaskan, untuk mengambil ikan sayur dan bahan makanan lain, harus menggunakan kupon yang disediakan tiap minggu.
"Sumur air tidak berfungsi dan tidak ada yang melaporkan bahwa fasilitas tersebut tidak berfugsi serta tidak ada yang memperbaikinya," katanya.
Dari segi kesehatan, masalah umum yang terjadi adalah lambung, pendarahan, gatal pada kulit, infeksi saluran kemih, dan keasaman juga tiroid.
"Klinik dan fasilitas kesehatan mental tersedia, tetapi tidak bisa diakses," dia mengungkapkan.
Baca Juga: Masuk Indonesia, Imigran Ilegal Bangladesh Ngaku Rohingya
Misi pencarian Fakta ini dilakukan mulai dari 23 Maret hingga 30 maret 2018, dengan beranggotakan 10 orang dari forum Asia di Banglades. Dengan kamp yang dikunjungi yaitu Lambasia, Kutupalong, Bulukhali dan Thyngkali.
Berita Terkait
-
Sebar Kebencian Seperti di Myanmar, Menkominfo Akan Tutup Facebok
-
PBB Anggap Myanmar Tak Siap Hadapi Pemulangan Etnis Rohingya
-
Rudiantara Juga Semprot Facebook Terkait Genosida Etnis Rohingya
-
PBB: Facebook Dorong Pembantaian Etnis Rohingya di Myanmar
-
Myanmar Bangun Instalasi Militer di Desa Bekas Warga Rohingya
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Berkaca dari Kasus Al-Khoziny, DPR Usulkan Pemerintah Beri Subsidi IMB untuk Pondok Pesantren
-
Susul Viral Tepuk Sakinah, Kini Heboh Tepuk Pajak dari Pegawai DJP
-
Di Depan Perwakilan Keluarga, Polisi Akui Belum Temukan HP Pribadi Arya Daru
-
Demo di DPR, Koalisi Sipil hingga Mahasiswa Desak Hentikan Represi dan Bebaskan Tahanan Politik
-
HUT ke-80 TNI di Monas Hasilkan 126,65 Ton Sampah!
-
Pemerintah Tegaskan Pasal 8 UU Pers Sudah Jamin Perlindungan Hukum bagi Wartawan
-
Gibran Pimpin Upacara Pemakaman Istri Wapres ke-4: Hormat Terakhir untuk Karlinah
-
SK Baru Menkum, Agus Suparmono jadi Waketum Dampingi Mardiono di Pucuk PPP
-
Geger Udang Cikande Terpapar Radioaktif, Waka MPR Eddy Soeparno: Ini Bukan Hal Ringan!
-
DAS Ciliwung Jadi Lokasi Aksi Bersih PLN dan KLH: Angkut 176 Kg Sampah dan Tanam 2.500 Pohon