Suara.com - Wakil Ketua DPR Fadli Zon membantah RUU Antiterorisme mangkrak di DPR. Fadli justru menuding bahwa pemerintah lah yang membuat revisi UU tersebut tertunda untuk disahkan hingga hari ini.
"RUU Pemberantasan Terorisme kan sudah berjalan, jadi tidak benar kalau dikatakan mangkrak. Itu kan sudah berjalan. Yang selalu menunda-nunda justru dari pihak Pemerintah," kata Fadli di DPR, Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Fadli mengatakan, berdasarkan hasil laporan Pansus RUU Antiterorisme ke pimpinan DPR, pemerintah berkali-kali meminta supaya pengesahan RUU tersebut ditunda. Permintaan itu bahkan disampaikan pada masa sidang yang baru saja berakhir.
"Itu berkali-kali, bahkan belasan kali pemerintah melakukan penundaan. Terakhir pada waktu masa sidang lalu juga melakukan penundaan lagi," jelasnya.
Fadli meminta tidak ada pihak yang menyebarkan berita bohong kepada masyarakat, bahwa seakan-akan yang melakukan penundaan atas Revisi UU Terorisme adalah DPR.
"Jadi yang selalu menunda adalah pihak pemerintah, bukan dari DPR. Jangan menyebarkan hoax, termasuk Presiden jangan menyebarkan hoax. Seolah-olah itu dari DPR."
Fadli memastikan, Presiden Joko Widodo mendapatkan informasi yang salah dari jajarannya, sehingga Jokowi turut mengklaim, bahwa yang menunda pengesahan RUU Antiterorisme adalah DPR.
"Itu info yang masuk pada Presiden, itulah yang salah, dan itu harus dikoreksi. Jadi aparaturnya sendiri harus berkoordinasi dengan baik, tak salah dalam memberikan keterangan. Karena kalau Presiden memberikan keterangan yang salah kan jadi ngawur semua," tutur Fadli.
Fadli mengatakan, RUU Antiterorisme bisa diselesaikan pada masa sidang yang akan datang.
Baca Juga: Dua Terduga Teroris di Palembang Dibiayai Karyawan BUMN
"Saya kira ini tinggal sedikit lagi selesai, masa sidang yang akan datang selesai. Harusnya masa sidang lalu, tapi karena pihak pemerintah yang meminta penundaan tadi," tegasnya.
Berita Terkait
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
MBG: Niat Baik Tanpa Kontrol? Tragedi Keracunan Ratusan Siswa di Balik Program Makan Bergizi Gratis
-
Hubungan Darah Dony Oskaria dengan Nagita Slavina, Baru Ditunjuk Jadi Plt Menteri BUMN
-
Penggaung Jokowi 3 Periode Masuk Kabinet Prabowo, Rocky Gerung: Qodari Konservatif, Tak Progresif!
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Semua Agama Dapat Porsi, Menag Nazaruddin Umar: Libur Nasional 2026 Sudah Adil
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'