Suara.com - Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait memberi perhatian khusus terhadap korban ledakan bom Surabaya, Jawa Timur. Mereka adalah VE (11) dan N (8).
"Ini salah satu modus baru yang harus diwaspadai. Jangan heran kalau tiga kejadian melibatkan anak dan satu keluarga," kata Arist saat ditemui di Yayasan Adi Jasa, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/5/2018).
Menurutnya aksi ini sudah tidak bisa ditolerir lagi. Dia merasa aksi bom kali ini tidak bisa dinalar dengan akal sehat.
"Ini hanya ada di Indonesia. Kalau ada di tempat lain, merekrut itu bukan anak-anak," ungkapnya lagi.
Menurutnya, pihaknya sudah mengingatkan dua tahun yang lalu untuk mengantisipasi kejadian seperti bom melibatkan anak. Bom kemarin merupakan titik bangun bagi jaringan teroris yang sejak lama tertidur.
"Kelompok-kelompok seperti itu yang melibatkan anak-anak sedang tidur, nah sekarang sedang bangkit," ungkapnya lagi.
Dirinya berjanji akan bertindak cepat untuk menyikapi hal ini. Langkah pertama yang diambil ialah mengajak segenap pihak terkait untuk membahas permasalahan ini. Termasuk dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, termasuk untuk memasukkan unsur kurikulum tentang anti radikalisme.
"Kita harus menanamkan anti radikalisme, terorisme dan ujaran kebencian. Itu harus ada dalam kurikulum sekolah," bebernya lagi.
Selain itu, Arist juga menemui ayah Evan dan Nathan yang juga ada di lokasi. "Yang sabar ya pak," katanya lirih.
Dalam kunjungannya ke Surabaya, Jawa Timur, hari ini, Arist bertemu dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Tujuannya untuk membicarakan penanganan A (8) anak pelaku bom di Mapolrestabes Surabaya yang selamat.
Menurutnya, pihaknya akan membahas beberapa hal untuk menangani Aisyah. Sebab dia berasumsi kalau A masih berada dalam pola pikir yang terdoktrin oleh orang tuanya.
"Iya (bertemu Risma). Mudah-mudahan hari ini kita maksimalkan koordinasi dengan pemerintah daerah, dengan para pengambil keputusan juga," katanya di Yayasan Adi Jasa Surabaya, Rabu (16/5/2018).
Lebih lanjut, Arist mengatakan kalau anak-anak semacam A ini menjadi seperti ini karena tidak disekolahkan di sekolah formal. Artinya, Aisyah hanya menerima pengajaran melalui pengajian pendidikan agama.
"Anak-anak ini ditanamkan ujaran kebencian, paham teroris di luar sekolah. Seperti tempat pengajian," ujarnya lagi.
Arist akan memberikan masukan kepada Pemkot Surabaya untuk menangani A dengan memberinya terapi psiko sosial. Termasuk di dalamnya deradikalisasi.
Berita Terkait
-
Peringatan Ulta Levenia soal Ancaman Intervensi Asing di Indonesia
-
Prabowo Sebut Ada Makar dan Terorisme, Ferry Irwandi: Ibarat Kapal Tenggelam, Jangan Salahkan Air
-
Mantan Intelijen Kuliti Teror Politik: Penjarahan Rumah Demi Bungkam DPR?
-
Bukan Mau Kudeta, Pak! Memahami Keresahan Rakyat di Balik Stigma Makar
-
Situasi Memanas! Prabowo Perintahkan Tindak Tegas: Makar dan Terorisme Jadi Sorotan
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu