Suara.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat bicara atas kejadian meninggalnya dua remaja di Blitar, Jawa Timur dalam waktu yang berdekatan.
Menurut KPAI, kejadian itu karena kebutuhan remaja untuk memiliki kebebasan sering kali bertentangan dengan peraturan dan harapan di dalam lingkungannya. Baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Hal tersebut menimbulkan pemberontakan. Dan jika tidak mampu dikelola akan menimbulkan stres, depresi, bahkan bisa bunuh diri.
Oleh karena itu, Komisioner KPAI Retno Listyarti meminta kepada para guru dan orang tua untuk lebih peka terhadap anak asuhnya.
"Mengahadapi anak-anak di usia yang baru memasuki masa pubertas memang tidak mudah," ujar Retno dalam keterangan pers kepada wak media di Jakarta, Jumat (1/5/2018).
Menurut Retno, alasan seorang remaja melakukan percobaan bunuh diri bisa begitu rumit yang sekaligus pada sisi lain mungkin bukan suatu hal yang dianggap berat bagi orang dewasa. Oleh karena itu, dia meminta agar jangan langsung menghakimi remaja yang sedang dirundung masalah.
"Yang harus dilakukan orang dewasa di sekitar anak, guru dan orang tua adalah memiliki sensitivitas (kepekaan) dan kenali tanda-tanda remaja berniat melakukan bunuh diri dan segera upayakan langkah pencegahan," terangnya.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan ini mengimbau, orang tua dan guru agar tidak mengabaikan tanda-tanda perilaku remaja yang berniat bunuh diri. Orang tua harus mendengarkan semua yang ingin disampaikan dan selalu pantau tindakannya.
Disi lain Retno juga tidak menyalahkan kebijakan sistem zonasi sekolah. Sistem zonasi ini secara praktek di berbagai daerah masih menimbulkan banyak masalah dan perlu dikritisi. Namun sistem zonasi yang ditetapkan pemerintah sesungguhnya memiliki tujuan yang baik, yaitu perlahan justru hendak menghapus sekolah unggul dan sekolah favorit.
Alasan remaja yang bunuh diri diduga karena takut tidak masuk sekolah favorit karena terganjal sistem zonasi sekolah.
"Yang perlu kita dorong kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah memenuhi 8 standar nasional pendidikan (SNP). Terutama standar sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas dan merata di seluruh Indonesia. Kemudian standar pendidik dan tenaga kependidikan. Sehingga seluruh sekolah berkualitas sama dan tidak perlu ada yang dilabeli sekolah unggulan atau sekolah favorit lagi," lanjut Retno.
Dia mengatakan, seandainya kualitas, sarana prasarana dan kualitas pendidik sama, maka kejadian bunuh diri yang dialami remaja tidak akan terjadi.
Karena itu dia menilai, peristiwa ini menjadi momentum yang seharusnya menjadi dorongan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk terus berupaya memenuhi 8 standar nasional pendidikan nasional merata di seluruh Indonesia.
Menurut dia, sistem zonasi penerimaan peserta didik baru memang ingin mendekatkan anak dengan tempat tinggalnya dan lingkungan bermainnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kekerasan atau tawuran karena teman sekolahnya juga teman bermainnya di rumah.
"Disamping itu, sistem zonasi juga dapat mengurangi polusi udara dan biaya transportasi harian, karena siswa cukup jalan kaki atau naik sepeda dari dan ke sekolah," imbuh Retno.
Diketahui seorang siswi SMP berinisial EPA (16 tahun) akibat gantung diri di kamar kosnya. Diduga EPA bunuh diri karena takut tidak bisa diterima masuk di salah satu SMA favorit di kota Blitar, karena terbentur sistem zonasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf