Suara.com - Seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meninggal dunia diduga karena kecelakaan kerja di Korea Selatan. Korban dikenal sosok yang dermawan.
TKI tersebut bernama lengkap Wiwit Sutrisnoputra, lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di Dusun Jalakan RT06, Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Bantul.
Anak pertama dari dua bersaudara pasangan dari Ngadiman dan Sumarsih ini, meninggal dunia pada Rabu (18/7/2018), sekitar pukul 19.00 WIB tau pukul 21.00 waktu Korea Selatan.
Wiwit meninggal saat bekerja. Wiwit tercebur dalam bak berisi air panas atau tempat rendaman besi.
"Menurut keterangan polisi di sana murni meninggal karena kecelakaan," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul, Heru Suhadi, seperti diberitakan Harian Jogja—jaringan Suara.com, Jumat (20/7/2018).
Wiwit berangkat ke Korea Selatan pada Agustus 2016 lalu melalui BNP2TKI di Jakarta. Ia bekerja di perusahaan Taeyong Heating Plant, di Busan, Korea Selatan, sebagai operator, tepatnya bagian pengelasan.
Hal itu dibenarkan oleh salah satu staf Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) DIY, Julia, "Resmi berangkat ke Korea lewat pemerintah," kata Julia melalui pesan singkat aplikasi Whatsapp.
Sementara di kediaman Wiwit di Jalakan, sudah ramai warga untuk menyampaikan belasungkawa. Depan rumahnya juga sudah dipasang tenda. Karangan bunga dari LPK Bina Insani Group, tempat Wiwit kursus sebelum merantau juga terpampang depan rumah.
Sumarsih beberapa kali meneteskan air mata saat ditemui tamu, termasuk sejumlah awak media yang menemuinya. Ia masih belum percaya anaknya meninggal karena kecelakaan.
Baca Juga: Ingin Mudah Dapatkan Asuransi Kesehatan yang Tepat? Ini Caranya
Selama dua tahun di Korea, anak pertamanya itu rutin memberi kabar, dan menanyakan kabar tentang kondisi keluarga di kampung halaman.
Ia terakhir berkomunikasi dengan Wiwit pada Rabu (18/7/2018) petang. Namun, sekitar pukul 19.00 WIB, pesan-pesannya melalui aplikasi whatsapp yang dikirimkan ke anaknya itu tidak berbalas.
Dua jam kemudian ia kedatangan tamu dari orang tua teman anaknya. Tamu tersebut mengabarkan bahwa Wiwit kecelakaan di Korea dan meninggal dunia.
Awalnya ia belum percaya dengan kabar tersebut. Namun kabar meninggalnya Wiwit juga disampaikan oleh perangkat desa, dukuh, dan perwakilan LPK Bina Insani, serta BP3TKI ke rumhnya. Pihak keluarga pasrah dengn musibah tersebut.
"Katanya anak saya mau membenarkan mesin sendiri, kemudian dia terjatuh dalam kubangan air panas. Itu buat naruh besi panas biar mudah ditekuk, karena anak saya kerjanya bikin alat buat kapal," ucap Sumarsih.
Sumarsih mengatakan, selama dua tahun di Korea anak pertamanya itu belum pernah pulang, namun selalu memberi kabar dan mengirimkan uang setiap bulannya untuk kedua orang tua dan biaya sekolah adiknya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Masalah Patok Kasus Sengketa Lahan Disoal di Sidang, Begini Pengakuan Saksi
-
5 Fakta Polemik Pembangunan Holyland di Karanganyar, Rumah Ibadah Jadi Sengketa?
-
Presiden Prabowo akan Fungsikan IKN Jadi Ibu Kota Politik, Apa Artinya?
-
Bacok Pedagang Sayur saat Pagi Buta, Aksi Komplotan Begal Sadis di Cakung Jaktim Viral!
-
Pramono Sebut Pengemis hingga Manusia Silver Betah di Panti Sosial: Seperti Rumah
-
KPK Berencana Terbitkan Sprindik Umum dalam Kasus Korupsi PMT untuk Hindari Praperadilan
-
Sentra Fauna Lenteng Agung Pengganti Barito, Bakal Beroperasi Awal Oktober
-
Feri Amsari: Pemuda Andalkan Bapak, Paman hingga MK, Tak Akan Bertahan Lama!
-
Ribuan Siswa Jadi Korban Keracunan MBG, Pakar Hukum Sebut Negara "Punya Niat Jahat"?
-
Ahok Disinggung oleh Tersangka Korupsi LNG, KPK Buka Suara