Suara.com - Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pemerintah Indonesia tidak memiliki sistem peringatan dini tsunami yang diakibatkan oleh longsor bawah laut dan erupsi gunung api. Tidak adanya alat pendeteksi dini membuat warga tidak sempat melakukan evakuasi sehingga banyak korban jiwa atas bencana tsunami Selat Sunda.
"Tidak ada peringatan dini tsunami karena Indonesia tidak memiliki sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan oleh longsoran bawah laut dan erupsi gunung api," kata Sutopo dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (25/12/2018).
Saat ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hanya memiliki alat pendeteksi tsunami yang dibangkitkan oleh gempa tektonik.
Tsunami di Selat Sunda, kata Sutopo, berbeda dengan tsunami di Palu dan Donggala maupun Nusa Tenggara Barat yang disebabkan oleh gempa tektonik beberapa waktu lalu.
"Beda dengan tsunami akibat aktivitas gempa tektonik. Kurang dari 5 menit BMKG langsung menyampaikan informasi ke publik mengenai peringatan dini tsunami," imbuh Sutopo.
Bencana tsunami Selat Sunda pun menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Indonesia, kata dia, harus segera mengembangkan sistem yang mampu memberikan peringatan dini tsunami yang dibangkitkan dari longsoran bawah laut dan erupsi gunung api.
Menurutnya sebanyak 13 persen dari populasi gunung api di dunia berdiri kokoh di Indonesia. Sehingga pemerintah harus memiliki mitigasi bencana yang baik untuk meminimalisir jumlah korban jiwa yang ditimbulkan.
"Ini tantangan bagi Indonesia untuk segera mengembangkan sistem peringatan dini yang dibangkitkan oleh erupsi gunung api dan longsor dasar laut," tutup Sutopo.
Tsunami yang diperkirakan setinggi 5 meter lebih menerjang pesisir Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12/2018) malam. Air laut yang menyapu bersih daratan itu disebabkan longsoran bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.
Baca Juga: Razia dan Potong Celana Tiga Gadis Aceh, FPI Minta Maaf
Berdasarkan data BNPB pada Selasa (25/12/2018) pukul 13.00 WIB, tercatat sebanyak 429 orang meninggal dunia, 1.485 orang mengalami luka-luka, 154 orang dinyatakan hilang, dan 16.082 orang mengungsi.
Berita Terkait
-
Keluarga Hilang Ditelan Tsunami, Dewi Curhat ke Ma'ruf Amin
-
Tsunami Selat Sunda Ditetapkan Sebagai Bencana Kabupaten
-
Mengintip Fenomena Unik di Bawah Laut Gunung Anak Krakatau
-
Pasca Tsunami, BCA Pastikan Layanan Bank dan ATM di Anyer Tetap Beroperasi
-
Band Element: Kalau Kami Manggung Mungkin Nggak Selamat
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
Terkini
-
Di Bawah Presiden Baru, Suriah Ingin Belajar Islam Moderat dan Pancasila dari Indonesia
-
Prediksi FAO: Produksi Beras RI Terbesar Kedua di Dunia, Siapa Nomor Satu?
-
Biaya Sewa Kios Pasar Pramuka Naik 4 Kali Lipat, Pramono Anung Janji Tak Ada Penggusuran!
-
Swasembada Pangan! Mentan: InsyaAllah Tak Impor Beras Lagi, Mudah-mudahan Tak Ada Iklim Ekstrem
-
Indonesia Jadi Prioritas! Makau Gelar Promosi Besar-besaran di Jakarta
-
Cak Imin Bentuk Satgas Audit dan Rehabilitasi Gedung Pesantren Rawan Ambruk
-
Semarang Siap Jadi Percontohan, TPA Jatibarang Bakal Ubah Sampah Jadi Energi Listrik
-
Ragunan Buka hingga Malam Hari, Pramono Anung: Silakan Pacaran Baik-Baik
-
Skandal Robot Trading Fahrenheit: Usai Kajari Jakbar Dicopot, Kejagung Buka Peluang Pemecatan
-
Pengacara Nadiem: Tak Ada Pertanyaan Kerugian Negara di BAP, Penetapan Tersangka Cacat Hukum