Suara.com - Bak buah simalakama, Udin Ahok terpaksa dihadapkan pada situasi yang membuatnya membuat pilihan yang tak seorang pun ingin membuat: menyelamatkan istri, ibu, atau bayinya.
Lelaki berusia 46 tahun itu baru saja tertidur pada Sabtu (22/12) malam akhir pekan lalu, ketika—tanpa peringatan—gelombang air laut menabrak rumahnya di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Dalam kepanikan, Ahok berjuang untuk mendekati tempat ibunya tertidur. Sang ibu bernama Ema berusia 70 tahun, tertidur bersama cucunya—putra bungsu Ahok yang baru berumur satu tahun bernama Muhammad Yusuf.
Namun, saat Ahok mendekati sang ibu dan putranya, ia melihat istrinya akan tenggelam di pusaran gelombang tsunami yang berputar-putar.
Dalam situasi yang sulit itu, Ahok lantas memutuskan: sang istri harus diselamatkan dari gelombang tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan menewaskan lebih dari 400 orang di Lampung maupun Banten.
Ahok dan istrinya selamat. Ibu dan bayi Ahok ditemukan tewas di bawah puing-puing rumah.
"Saya tidak punya waktu untuk menyelamatkan ibu dan anak saya," tutur Ahok yang menangis kepada Agence France-Presse, di lokasi pengungsian, Rabu (26/12/2018).
Way Muli, adalah salah satu desa di pesisir Lampung yang paling parah menderita akibat hantaman gelombang tsunami.
"Aku sangat menyesal. Aku hanya bisa berharap mereka mendapat tempat layak di sisi Allah.”
Baca Juga: Thailand Jadi Negara Asia Tenggara Pertama yang Legalkan Ganja
Sementara Sulistiwati, warga Way Muli lain yang hamil enam bulan, selamat berkat seorang tetangga yang melihatnya jatuh ke pusaran tsunami.
"Untungnya, dia melihat saya dan menarik saya keluar dari gelombang. Kami lantas berlari ke tempat yang lebih tinggi dengan tetangga lain," katanya.
"Saat itu gelap gulita. Kalau dipikir-pikir, aku tidak tahu apakah bisa berlari secepat itu dalam kondisi hamil. Itu sangat menakutkan. Kami menunggu beberapa jam di tempat tinggi, sampai tsunami surut.”
Aku Tak Bisa Bangun Kembali
Nun di seberang Pulau Sumatera, di Banten, Saki berdiri di tengah-tengah reruntuhan yang dulunya adalah Desa Sumber Jaya. Ia bertanya-tanya, bagaiamana dirinya akan mendapatkan hidupnya kembali seperti sediakala.
"Saya tidak bisa membangun kembali semua yang dulu pernah ada. Semuanya hilang. Pakaian saya, uang saya,” kata Saki.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres
-
Tinjau Lokasi Bencana Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya Puji Kinerja Pemerintah
-
Risma Apresiasi Sopir Ambulans dan Relawan Bencana: Bekerja Tanpa Libur, Tanpa Pamrih