Suara.com - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menjamin tidak ada mahasiswa Indonesia yang dipekerjakan paksa di Taiwan. Menurut telusurnya, isu itu muncul karena dipakai untuk kepentingan politik menjelang pemilihan presiden di Taiwan.
"Sudah saya cek, itu isu untuk memanaskan bursa politik di Taiwan. Untuk menghancurkan lawan politik dalam pemilihan presiden di Taiwan," kata Mohamad Nasir, di Universitas Diponegoro Semarang, Jumat (4/1/2019).
Nasir kembali menegaskan jika mahasiswa asal Indonesia yang saat ini berada di Taiwan, tidak tersandung masalah apapun. Kalau pun ada masalah, sebatas pada tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Taiwan yang secara kebetulan mendaftar kuliah disana.
"Kalau soal tenaga kerja itu bukan ranah kami, tapi ranahnya Kemenaker," tandasnya.
Nasir justru menyayangkan, adanya isu tersebut saat mendekati proses pemberangkatan mahasiswa Indonesia ke Taiwan pada tahun ini melalui program Taipei Economic and Trade Office (TETO). Ada 320 mahasiswa Indonesia yang akan diberangkatkan pada Januari dan Februari ini.
"Skema seleksinya sudah mulai tahun 2018 lalu, dan akan dikirimkan ke 8 perguruan tinggi disana, dan Maret sampai April kita siap berangkatkan seribu mahasiswa," kata Nasir.
Program TETO sendiri, memiliki sistem pembelajaran yang jelas sesuai aturan di mana selama satu tahun belajar di kampus dan laboratorium, untuk tahun berikutnya baru terjun di dunia industri.
Pihaknya juga membantah, ada mahasiswa muslim asal Indonesia yang dipaksa makan daging babi. Menurut Nasir, Taiwan salah satu negara yang memperlakukan tenaga kerja dan mahasiswa dari Indonesia dengan sangat baik.
"Bebas memilih makanan dan tidak dipaksa untuk makan babi. Kualitas perguruan tinggi disana juga ngga main-main lho, banyak perguruan tinggi yang masuk ranking 500 besar dunia," ujarnya.
Baca Juga: Rocky Gerung: Pers Berusaha Mempolisikan Andi Arief
Sebelumnya, santer dikabarkan ada sekitar 300-an mahasiswa asal Indonesia yang menjadi korban kerja paksa di Taiwan hingga dipaksa memakan babi. Ratusan mahasiswa tersebut sebelumnya dikabarkan masuk melalui program Taipei Economic and Trade Office (TETO).
Kontributor : Adam Iyasa
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah
-
Percepat Pemulihan Pascabencana, Mendagri Instruksikan Pendataan Hunian Rusak di Tapanuli Utara
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh