Suara.com - Jumlah impor beras tertinggi tidak terjadi pada Pemerintahan Jokowi-JK, seperti disampaikan Ekonom INDEF, Drajad Wibowo. Angka impor di era Jokowi, justru lebih rendah dibandingkan pemerintahan sebelumnya.
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan, menanggapi pernyataan Drajad, beberapa saat lalu. Dalam catatan Oke, sejak era Orde Baru impor beras paling tinggi terjadi di masa pemerintahan Presiden Jokowi dengan rata-rata 1,174 juta ton/tahun.
"Gambaran riil keseimbangan penawaran dan permintaan konsumsi beras di Indonesia menunjukkan rata-rata impor 1 juta ton per tahun di setiap periode kepresidenan. Bahkan pada tahun 1984 saat Indonesia mendapat penghargaan dari FAO karena berhasil mencapai swasembada, tetap saja ada impor sebanyak 414,3 ribu ton," kata Oke, Kamis (1/2/2019).
Lebih jauh Oke menambahkan, data impor beras bukanlah isu yang seharusnya menjadi topik perbincangan di kalangan pengamat. Tetapi bagaimana Pemerintah Indonesia bisa meningkatkan produksi, sehingga terdapat ketersediaan yang cukup dalam pemenuhan kebutuhan di dalam negeri.
"Kita lihat saja data. Tidak ada kenaikan yang signifikan dalam rata-rata per tahun impor beras dari presiden ke presiden. Karena isunya memang bukan di situ. Isunya adalah bagaimana kita terus menggenjot produksi beras dalam negeri sehingga permintaan domestik terpenuhi," tegasnya.
Produksi dalam Negeri Cukupi Kebutuhan Domestik
Berdasarkan ketetapan lembaga Pertanian dan Pangan Dunia, Food and Agriculture (FAO), suatu negara dikatakan swasembada pangan jika produksinya mencapai 90 persen dari kebutuhan nasional. Menteri Pertanian, Amran Sulaiman dalam kunjungan kerjanya ke Probolinggo, Jawa Timur, pertengahan Januari lalu menyampaikan, merujuk FAO dapat dikatakan Indonesia dalam empat tahun Pemerintahan Jokowi-JK telah mencapai swasembada beras.
"Dari tahun 2016 sampai 2018 pun beras surplus. Pada 2016 dan 2017 tidak ada impor, kalau impor 2016 itu limpahan impor 2015. Kemudian 2018 beras surplus 2,85 juta ton. Ini berdasarkan data resmi dari BPS, adapun impor 2018 sebagai cadangan," ujar Amran.
Amran juga mencermati jumlah jumlah penduduk saat Indonesia mencapai swasembada beras di tahun 1984, sebanyak 100 juta jiwa. Sedangkan saat ini penduduk di tanah air mencapai 260 juta jiwa.
Baca Juga: Kementan Tegas Terhadap Penyelewengan dan Tindak Pidana Korupsi
Artinya naik dua kali lipat. Dengan demikian, masalah swasembada beras sudah selesai. Ini yang harus dipahami, supaya masyarakat tidak dibuat bingung,
Ia juga mengatakan saat ini Perum Bulog memiliki stok terbesar untuk 20 tahun terakhir, yakni 3,1 ton yang belum keluar. Stok beras ini berasal dari pengadaan dalam negeri sebesar 1,5 juta ton dan impor 1,78 juta ton.
"Jadi kita belum makan beras impor 2018. Semuanya masih tersimpan di gudang," tandasnya.
Sebagai informasi, sejak tahun 2016 Indonesia tidak pernah melakukan impor beras medium karena kontrak impor beras 1,5 juta ton yang dilakukan pada tahun 2015 belum terealisasi secara penuh. Terbukti, saat ini hanya 505 ribu ton saja yang sudah masuk. Sedangkan 997 ribu ton pada tahun 2016 merupakan luncuran dari sisa kontrak tahun 2015.
"Sehingga kelihatan bagi banyak orang pada 2016 Indonesia seolah-olah melakukan impor beras, padahal tidak ada kontrak impor beras pada tahun tersebut karena produksi dalam negeri sudah melebihi kebutuhan," katanya.
Adapun impor beras pada tahun 2017 yang mencapai 127 ton merupakan beras jenis khusus, bukan medium. Sedangkan impor tahun 2018 yang mencapai 1,8 juta ton hanya untuk memperkuat stok. Dengan demikian, hingga saat ini seluruh beras impor itu belum digunakan dan masih tersimpan di Gudang Bulog.
Berita Terkait
-
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Impor Beras untuk Industri
-
Di Hadapan Ribuan Kepala Desa se-Sulsel, Mentan Amran Bicara Soal Kunci Sukses hingga Hilirisasi
-
Bupati Aceh Utara Sampaikan Apresiasi atas Bantuan Mentan Amran untuk Korban Banjir Sumatra
-
Irjen Kementan Kawal Distribusi Bantuan Langsung dari Aceh: Kementan Perkuat Pengawasan
-
Bantuan Tahap III Kementan Peduli Siap Diberangkatkan untuk Korban Bencana Sumatra
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Belasan Nyawa Melayang di Galangan Kapal PT ASL Shipyard: Kelalaian atau Musibah?
-
Kawasan Malioboro Steril Kendaraan Jelang Tahun Baru 2026, Wisatawan Tumpah Ruah
-
Bantuan Rp15 Ribu per Hari Disiapkan Kemensos untuk Warga Terdampak Bencana
-
Tahun Baru 2026 Tanpa Kembang Api, Polisi Siap Matikan dan Tegur Warga!
-
Prabowo Pilih Habiskan Malam Tahun Baru Bersama Warga Terdampak Bencana di Tapanuli Selatan
-
Jalur Emergency Disiapkan dari Malioboro hingga Titik Nol saat Malam Tahun Baru
-
Wajah Penuh Warna Monas Jelang Malam Tahun Baru 2026
-
Museum dan Rumah Singgah Marsinah Resmi Mulai Dibangun di Nganjuk
-
Malam Tahun Baru 2026 Tanpa Kembang Api, Polisi Bakal Tindak yang Melanggar
-
171.379 Rumah Rusak, Dompet Dhuafa Targetkan Bangun 1.000 RUMTARA bagi Penyintas Bencana Sumatra