Suara.com - Alat mesin pertanian (alsintan) bantuan Pemkab Wonogiri untuk kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) dinilai mampu menekan biaya produksi hingga 30 persen. Namun, persoalan yang muncul saat ini adalah terbatasnya operator dan kapasitas mesin.
Ketua Gapoktan Gambir Makmur Desa Gambir Manis, Pracimantoro, Sugeng Priyono, mengatakan pada 2018, ia menerima bantuan berupa satu traktor Quick G-1000 dan satu paddy power (mesin perontok padi). Kedua bantuan itu belum dioperasikan lantaran baru diterima akhir 2018. Padahal, di desa itu ada sawah seluas 720 hektare dengan jumlah penggarap mencapai 1.300-an petani.
“Tahun sebelumnya kami juga menerima bantuan traktor G-600. Semuanya baru uji coba karena operatornya belum ada. Ini juga musimnya masih tidak menentu. Jadi belum ada pendapatan buat gapoktan,” kata dia.
Ia menyebutkan keberadaan alsintan itu bisa menekan biaya produksi. Sebab, biaya penggunaan mesin lebih murah ketimbang biaya pengerjaan secara konvensional. Untuk menyewa traktor, misalnya, anggota hanya dibebani biaya upaha harian operator, biaya operasi seperti bahan bakar, dan kas untuk cadangan memberi onderdil. Untuk lahan seluas 3.000 meter persegi, anggota membayar senilai Rp300.000.
“Tenaganya dua orang karena belum ada gerobak untuk pengangkutan traktor ke sawah. Jadi, seharusnya jam 8 siap di sawah, tapi belum bisa,” terang Sugeng.
Penggunaan traktor pun dirasa lebih ringan. Petani tak perlu lagi mencari tenaga untuk mencangkul sawah. Menurut perhitungannya, penggunaan alsintan yang diterima gapoktan diperkirakan menekan biaya produksi hingga 30 persen.
“Itu kalau semua alat bisa dioperasikan secara profesional. Saat ini operatornya masih kami yang menyiapkan,” tambah Sugeng.
Sementara di Desa Nambangan, Selogiri, Ketua Gapoktan Daya Guna Karya, Marjuni, menyampaikan hal serupa. Gapoktan itu dua kali menerima bantuan alsintan berupa combine harvester (alat pemanen kombinasi) ukuran kecil dan besar. Semula, petani kesulitan menggunakan alat itu lantaran rodanya dirasa terlalu kecil dan sulit berjalan di lumpur. Gapoktan lantas mengganti roda dengan ukuran besar. Namun, kini alat itu justru tak dipakai.
“Alatnya ada di gudang. Petani enggak tertarik memakai karena kalah dengan produk dari merek lain,” kata Marjuni.
Baca Juga: Kepala BKP Kementan Paparkan Capaian Kerja dan Kesejahteraan Petani
Ia menjelaskan selama ini combine harvester digunakan oleh semua anggota. Sebelumnya, petani harus meminjam thresher dari Sragen seharga Rp 2 juta untuk memanen sawah seluas sebahu atau sekitar 7.500 meter persegi. Dengan alsintan bantuan Pemkab, anggota cukup membayar separuhnya.
"Di Nambangan terdapat 186 hektare sawah yang dikerjakan oleh 721 petani. Untuk sawah sebahu bayarnya hanya Rp1 juta,” terang dia.
Ia menilai penggunaan combine harvester lebih menghemat biaya produksi. Dulu, untuk biaya sebahu sawah mulai dari pengolahan tanah, tanam, hingga panen bisa menghabiskan belasan juta rupiah.
“Sekarang cuma habis Rp 6 juta-Rp 7 jutaan per bahunya,” imbuhnya.
Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri terus melakukan optimalisasi pemanfaatan Alsintan. Salah satunya mendorong Pemerintah Daerah memberikan pelatihan operator Alsintan kepada Poktan. Pelatihan tersebut diharapkan dapat merubah paradigma petani dari konvensional ke modern dengan menggunakan alsintan.
“Kenapa ini kita lakukan, sebab ini akan memberikan nilai tambah. Pertama dengan mengunakan Alsintan ini meningkatkan nilai produksi hasil pertanian dan mengurangi tenaga kerja. Ini juga sebagai antisipasi mengatasi kekurangan tenaga yang ada di desa,” ungkap Dirjen PSP Kementan, Dadih Permana.
Berita Terkait
-
Perbandingan Gila Budget Film Merah Putih One For All vs Demon Slayer
-
Segera Tayang, Drama Korea Queen Woo Habiskan Biaya Produksi hingga Rp350 M
-
Deretan Film Indonesia Berbiaya Rp 60 Miliar Lebih, Termasuk Film Buya HAMKA
-
Pemerintah Sediakan Bunga Rendah 3% bagi Petani untuk Membeli Mesin Pertanian
-
Biaya Produksi iPhone 14 20 Persen Lebih Mahal dari iPhone 13
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri