Suara.com - Beberapa kasus intoleransi terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama beberapa tahun terakhir. Hal ini membuat Yogyakarta sempat disebut-sebut sebagai wilayah yang intoleran.
Namun hal itu langsung dibantah Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Ia membantah bila Yogyakarta sudah masuk dalam fase darurat intoleransi, karena menurutnya semua terjadi lantaran adanya kesalahpahaman saja.
Lantas, apa saja kasus dugaan intoleransi yang terjadi di Yogyakarta? Berikut Suara.com merangkum beberapa kasus intoleransi yang pernah terjadi di Yogyakarta sepanjang beberapa tahun terakhir.
1. Penolakan Acara Sedekah Laut
Sekelompok orang mengacak-acak properti acara sedekah laut yang digelar di Pantai Baru, Srandakan, Bantul pada Jumat (12/10/2018). Akibatnya, warga dan panitia pun ketakutan dan trauma akibat insiden itu .
Dalam aksi perusakan itu, pihak kepolisian mengamankan 9 orang yang diduga menjadi dalang dalam perusakan acara sedekah laut. Menurut kesaksian warga, gerombolan orang tak dikenal itu meminta sedekah laut tak digelar lantaran syirik, musyrik dan bertentangan dengan agama.
Sedekah laut sendiri merupakan tradisi yang digelar warga Jawa tiap tahunnya. Acara ini juga mampu meningkatkan kunjungan wisatawan sehingga berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan warga sekitar.
2. Pemotongan Salib
Foto kayu nisan berbentuk salin yang dipotong oleh warga di Pemakaman Jambon Purbayan RT 53/13, Kota Gede, Yogyakarta menjadi perbincangan warganet. Kayu nisan milik Albertus Slamet Sugihardi itu dibangun di dalam pemakaman muslim.
Baca Juga: Kejati DKI Tunjuk 2 Jaksa Teliti Berkas Perkara Kerabat Prabowo Subianto
Warga sekitar awalnya menyepakati jasad Albertus dimakamkan di pemakaman muslim dengan perjanjian tidak boleh ada atribut nonmuslim. Namun, ternyata pihak keluarga membuat nisan berbentuk salib sehingga dipotong oleh warga.
Warga dan keluarga Albertus pun melakukan musyawarah guna menghindari kesalahpahaman. Akhirnya, keluarga Albertus pun sepakat berdamai dan tidak mempermasalahkan pemotongan nisan salib di makam Albertus.
3. Warga Nonmuslim Ditolak di Pedukuhan Karet, Bantul
Seorang seniman bernama Slamet Jumiarto beserta istri dan kedua anaknya ditolak untuk bermukim di RT 08, Pedukuhan Karet, Pleret, Bantul. Alasan penolakan Slamet tinggal di wilayah itu lantaran Slamet beragama Kristen.
Dari hasil mediasi yang dilakukan, sebagian warga tak keberatan Slamet tinggal di wilayahnya. Namun Kepala Pedukuhan Karet bersikeras menolaknya dan hanya mengizinkan Slamet tinggal selama 6 bulan saja. Akhirnya, Slamet pun mengalah dan memilih pergi berpindah tempat tinggal.
Menurut Kepala Pedukuhan Karet Iswanto, keputusan penolakan dilakukan berdasarkan pada Surat Keputusan nomor 03/POKGIAT/Krt?Plt/X/2015, dimana dalam surat keputusan itu tertulis bahwa pendatang baru harus beragama Islam, sama dengan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
Si Jago Merah Ngamuk di Grogol Petamburan, 100 Petugas Damkar Berjibaku Padamkan Api
-
Modus 'Orang Dalam' Korupsi BPJS, Komisi 25 Persen dari 340 Pasien Hantu
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India