Suara.com - Seorang wanita perawat yang dikenal dengan nama Jane Toppan telah menggemparkan dunia medis karena aksi pembunuhannya pada puluhan pasien yang ia lakukan demi memuaskan gairah seksual. Kisah pembunuhan yang mengerikan itu telah tercatat dalam sejarah sejak 1890-an.
Menurut laman resmi Headstuff, Jane Toppan lahir dengan nama Honora Kelley di Boston, AS pada 1850-an. Orang tuanya, Peter dan Bridget, adalah imigran dari Irlandia.
Saat Nora masih kecil, Bridget meninggal karena penyakit TBC. Peter, yang bekerja sebagai penjahit, lantas harus membesarkan ketiga putrinya, termasuk si bungsu Nora, seorang diri.
Namun, karena kelakuan kasar Peter, Nora dan kakaknya, Delia, dimasukkan ke panti asuhan Boston Female Asylum pada sekitar 1860. Sedangkan si sulung Nellie, yang kala itu sudah dewasa, hidup sendirian, meskipun pada akhirnya menderita penyakit kejiwaan, seperti ayahnya.
Dua tahun setelahnya, Nora, saat itu berusia 8 tahun, keluar dari panti asuhan dan menjadi pelayan kontrak di rumah seorang janda bernama Ann Toppan. Dari sana ia mulai mendapat nama baru 'Jane' karena Ann tak menyukai orang Irlandia dan nama 'Nora' terdengar terlalu etnik.
Di rumah barunya itu, Jane Toppan tumbuh besar bersama putri Ann Toppan, Elizabeth.
Pada sekitar 1870, Ann meninggal. Jane Toppan pun bekerja sebagai pelayan kontrak hanya untuk saudara asuhnya sampai 1885, saat ia memutuskan untuk pergi hingga diterima di sekolah keperawatan Cambridge Hospital di Boston.
Ia dipanggil 'Jolly Jane' di sana karena kepribadiannya yang selalu ceria dan banyak bicara, tetapi Jane lebih suka dipanggil 'Jennie'.
Jennie menjadi perawat favorit para pasien karena karakternya. Ia sendiri juga menyukai para pasiennya, tetapi dengan cara yang aneh -- melihat pasiennya sekarat meningkatkan gairah seksual wanita yang diam-diam adalah pembunuh itu.
Baca Juga: Dian Sastrowardoyo Jadi Rampok Kantong Plastik, Aksinya Banjir Pujian
Awalnya saat masih magang, Jennie melakukan eksperimen secara diam-diam dengan memberikan pasien dosis opium untuk melihat efeknya. Tak disangka, Jennie ternyata merasakan kenikmatan tersendiri melihat para pasiennya menderita hingga ajal menjemput.
Jennie pun makin liar. Ia mulai mencoba-coba campuran obat atropine dengan morphine.
Kematian beberapa pasien membuat dokter bingung, tetapi Jennie tak dicurigai. Sifat nabati racun dari Jennie itu menyamarkan tindakan menyimpangnya.
Reputasinya sebagai perawat malah dipuji, dan ia pun direkomendasikan untuk bekerja di Massachusetts General Hospital. Kinerjanya di sana dinilai bagus. Jennie bahkan dipromosikan dalam waktu yang sangat cepat.
Praktik pembunuhan dengan obat-obatan yang dilakuan secara tersembunyi terus dilakukan Jennie. Meski begitu, masih belum ada orang yang mencurigainya.
Ia hanya disalahkan karena telah mencuri uang dan cincin berlian pasien. Pada 1890 ia keluar dari Massachusetts General tanpa lisensi perawat,
Jennie kemudian bekerja sebagai perawat pribadi sebelum kembali ke Cambridge Hospital untuk mencari lisensi. Upayanya meracuni pasien masih terus dilakukan, sampai dokter lain mendapati seorang pasien tewas di tangan Jennie, tetapi menganggap itu sebagai kelalaian, bukan pembunuhan. Lagi-lagi Jennie gagal mendapat lisensi.
Namun Jennie masih melanjutkan pembunuhannya dengan bekerja sebagai perawat freelance. Ia bahkan membunuh temannya sendiri, Myra, juga Elizabeth, yang tak memiliki pikiran jelek apa pun padanya dan malah mengira Jane Toppan adalah saudara angkat yang baik dan menyukai dirinya.
Jane Toppan pun sempat merayu Reverend Oramel Brigham, suami Elizabeth, tetapi ditolak mentah-mentah, hingga kemudian ia mercuni diri sendiri dan dirawat di rumah sakit.
Selain Elizabeth dan sejumlah pasien lain, Jane Toppan juga telah membunuh beberapa orang lansia. Kecurigaan terhadap Jane Toppan muncul setelah tragedi 'the unfortunate Davis family', yang seluruhnya tewas di tangan Jennie.
Penyelidikan yang dilakukan Leonard Wood mengungkap berbagai pembunuhan Jane Toppan. Ia akhirnya ditangkap pada 1900-an.
Si pembunuh berdarah dingin kemudian mengaku telah membunuh 31 pasien, meskipun diduga sebenarnya ratusan.
Salah satu pasien Jennie yang selamat, Amelia Phinney, menceritakan bahwa Jennie pernah naik ke atas kasurnya sambil tertawa terbahak-bahak. Ia mengungkapkan, saat itu Jennie juga membelai dan menciumnya sambil mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Jane Toppan mengakui memiliki gairah seksual terhadap orang yang sekarat mendekati kematian. Hanya dalam 27 menit, Jane Toppan kemudian diputuskan tak bersalah karena alasan sakit jiwa.
Seumur hidupnya pun dihabiskan di rumah sakit jiwa, meski penyakitnya tak kunjung sembuh. Ia bahkan dikabarkan kerap mengancam akan kembali membunuh dan juga sering memanggil perawat dengan nada rayuan untuk mengambil morfin dan bersenang-senang bersama.
Tag
Berita Terkait
-
Kasus Mayat dalam Karung, 2 Tersangka Terancam Hukuman Seumur Hidup
-
Fakta Terbaru Mayat dalam Koper, Pelaku Dibekuk hingga Kepala Ditemukan
-
Kerap Disebut Murahan, Wanita Bertato Dibunuh Rekannya saat Mandi di Sungai
-
Lahir Prematur dan Ditinggal Orang Tuanya, Bayi Ini Diadopsi Perawat
-
Terencana, Polisi Duga Budi Sengaja Dimutilasi untuk Hilangkan Jejak Pelaku
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
KPK Sita Uang Hingga Mobil dan Tanah dari Dirut BPR Jepara Artha dalam Kasus Kredit Fiktif
-
Terungkap! Modus Oknum Kemenag Peras Ustaz Khalid Basalamah dalam Kasus Kuota Haji
-
PWNU DKI Ingatkan soal Transformasi PAM Jaya: Jangan Sampai Air Bersih Jadi Barang Dagangan
-
Satgas PKH Tertibkan Tambang Ilegal di Maluku Utara: 100 Hektar Hutan Disegel, Denda Menanti!
-
Diungkap KPK, Ustaz Khalid Basalamah Beralih dari Haji Furoda ke Khusus Gegara Dihasut Oknum Kemenag
-
KPK Ungkap Modus 'Pecah Kuota' Biro Haji: Sengaja Ciptakan Kelangkaan Demi Harga Mahal
-
Tanggapi Komeng dan Pramono Soal Banjir, PSI Desak Pemprov DKI Ikut Perbaiki Wilayah Hulu
-
Bus Transjakarta Pagi-pagi Buta Tabrak 4 Ruko di Cakung Jaktim, Banyak Korban!
-
Rp 1 Triliun Menguap, Siapa Oknum Pejabat Kemenag yang Dilobi Asosiasi Travel Haji di Jakarta?
-
Buka Peluang Periksa Menhut Raja Juli dan Eks Menteri LHK Siti Nurbaya, KPK Ungkap Alasannya!