Suara.com - Satriandi, pecatan polisi yang menjadi gembong narkoba serta terlibat kasus pembunuhan yang ditembak mati polisi di Pekanbaru, Selasa (23/7) pagi, diduga kuat terlibat jaringan atau kartel narkoba internasional.
Kapolda Riau Irjen Pol Widodo Eko Prihastopo mengatakan, indikasi itu diperkuat dengan temuan paspor serta ratusan transaksi dari 31 akun rekening bank mencurigakan.
"Ada tujuh paspor yang kita sita. Nama yang bersangkutan juga ada paspornya. Sangat dimungkinkan terjadi antar negara," kata Eko, lansir Riauonline.co.id (jaringan Suara.com), Selasa (23/7/2019).
Satriandi tewas ditembak aparat kepolisian Direktorat Kriminal Umum Polda Riau di sebuah rumah di Jalan Sepakat, Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Selasa pagi.
Dia ditembak mati setelah melawan petugas saat penggerebekan berlangsung. Setidaknya terjadi baku tembak selama 30 menit saat penggerebekan terjadi.
Selain Satriandi, polisi juga menembak mati rekannya bernama Ahmad Royani. Ahmad diketahui sebagai pengawal pribadi Satriandi.
Sementara seorang tersangka lainnya Randi Novrianto berhasil ditangkap dalam keadaan hidup.
Usai penggerebekan polisi menyita lima pucuk senjata api, satu buah granat aktif, 668 peluru berbagai kaliber dan alat hisap sabu.
Kapolda mengatakan, jaringan narkoba Satriandi sangat terorganisir dan rapi. Namun, dia mengatakan polisi berhasil mengendus keberadaan buronan kelas wahid di Riau tersebut. Dua hari pengintaian, polisi menangkap pecatan polisi itu di rumah orang tuanya Jalan Sepakat.
Baca Juga: Polisi Selidiki Asal Senpi dan Granat Gembong Narkoba di Riau
"Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh ke tanah juga. Jatuhnya hari ini," kata Kapolda.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu