Suara.com - Penolakan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang didukung Nasdem sebagai calon presiden 2024 dinilai menjadi bagian dari prinsip partai yang cenderung idaelis.
Diketahui, PSI beralasan penolakan tersebut lantaran Anies dianggap telah melakukan politisasi agama dalam mencapai kursi DKI 1 kala Pilkada 2017 lalu.
Peneliti dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat, apa yang dilakukan PSI dengan menolak Anies memang terlihat wajar. Sebab di beberapa kesempatan PSI juga melakukan dalih yang sama dalam menolak suatu hal terkait agama maupun intoleran.
Arya mengatakan sikap PSI yang tampak idealis dalam mengambil pilihan tersebut memang sudah sesuai dengan prinsip yang selama ini dipegang PSI.
"Ya platform politik PSI itu kan ada dua, antikorupsi dan yang kedua antiintoleransi dan politisasi agama, gitu ya. Dan sejak lama kan dia menyuarakan dua isu itu. Nah PSI, mungkin juga terlepas dari beberapa akrobat politiknya, kita harus lihat PSI beberapa partai salah satu partai yang punya komitmen ideologis itu," kata Arya di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (25/7/2019).
Menurut Arya, PSI dengan gaya idealisnya tersebut tidak serta merta dapat membuat mereka bakal menjadi sebuah partai besar ke depannya. Jangankan menjadi partai besar, kata Arya, untuk konsisten bertahan di setiap pemilihan umum saja PSI harus melewati tantangan yang tak mudah.
"Ya kalau kita lihat dari ya ini, challenge ya tantangan bagi partai-partai yang punya nuansa ideologis untuk bisa survive gitu. Kalau kita lihat sejak lama itu kan partai-partai yang punya nuansa ideologis itu cukup punya pekerjaan yang berat bisa survive dalam pemilu, bisa bertahan pemilu," kata Arya.
Kendati begitu, Arya berujar hal tersebut bisa saja diatasi oleh PSI dengan tidak hanya fokus terhadap sikap idealisnya. Namun juga perlu membangun infrastruktur politik sebagai pondasi untuk PSI bertahan dan menjadi besar.
"Infrastruktur politiknya itu tercermin dari bagaimana struktur jaringan partai di tingkat lokal, bagaimana kaderisasi dilakukan gitu ya, saya kira itu," ujar Arya.
Baca Juga: PDIP Tak Mau Ambil Pusing soal Sikap Oposisi PSI di DKI
Sebelumnya, Ketua DPP PSI Tsamara menyatakam PSI berbeda sikap dengan Partai Nasdem yang menyatakan dukungannya untuk Anies. Ia menyebut jika partainya tidak bisa berkoalisi dengan pihak yang menggunakan politisasi agama.
"Kami di PSI berbeda dengan Nasdem. Maaf, meski kami sama-sama mendukung pak Jokowi, kami tidak akan pernah bisa berkoalisi dengan mereka yang menggunakan politisasi agama untuk meraih kekuasaan," ujar Tsamara kepada wartawan, Rabu (24/7/2019).
Penolakan yang sama juga dikatakan oleh Sekertaris Jenderal PSI, Raja Juli Anthoni dalam akun Twitternya, @AntoniRaja, Rabu (24/7/2019) sore. Raja Juli memposting sebuah berita yang isinya Nasdem mendukung Anies sebagai calon presiden 2024.
Baru Nasdem yang terang-terangan menyatakan niat mendukung Anies. Raja Juli pun minta maaf.
"Maaf. PSI beda dengan Nasdem. Kami tidak akan mencalonkan orang yang memenangkan kekuasaan dengan politisasi agama. Big No!" tegas Raja Juli.
Diketahui Ketua Umum partai Nasional Demokrat (Nasdem), Surya Paloh menegaskan partainya berniat mendukung Anies Baswedan jika mencalonkan diri sebagai presiden di Pilpres 2024 mendatang. Menurut Surya Paloh, pencalonan Anies sebagai presiden di Pilpres 2024 harus ditanggapi dengan baik juga.
Berita Terkait
-
Anies Baswedan Diancam Dibunuh, Belum Niat Lapor Polisi
-
Analis: Anies Hanya Pancingan Nasdem Gaet Kandidat Lain untuk Capres 2024
-
Beredar Video Ancaman Akan Dibunuh, Anies: Masyarakat Bisa Menilai
-
Anies Terapkan Kebijakan Ahok, Sindiran Kocak Ditjen Pajak Soal #Gaji8Juta
-
PDIP Tak Mau Ambil Pusing soal Sikap Oposisi PSI di DKI
Terpopuler
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
Terkini
-
Skandal Kuota Haji: Ustaz Khalid Basalamah Kembalikan Uang ke KPK
-
Serius atau Cuma Gimmick? Koalisi Sipil Beberkan 9 'PR' Reformasi Total untuk Polri
-
Masih Pikir-pikir Turunkan Cukai Rokok, Menkeu Purbaya: Katanya Ada yang Main-main?
-
Disorot Publik, Mendagri Tito Minta Tunjangan Perumahan DPRD Dievaluasi
-
Dasco Ungkap Fakta Sebenarnya soal Isu Surpres Pergantian Kapolri Listyo Sigit
-
Kepala BNN Beberkan Ciri-Ciri Anak Pengguna Narkoba: Mata Merah hingga Pola Tidur Terbalik
-
Amien Rais Usulkan Mahfudin Nigara sebagai Calon Menpora, Apa Alasannya?
-
Terinspirasi Kampung Adat Kuta, Raja Juli Bentuk Tim Super untuk Kepastian Hukum Hutan Adat
-
Lawan KPK di Pengadilan, Kakak Hary Tanoesoedibjo Minta Status Tersangka Digugurkan!
-
Remaja 16 Tahun Pembunuh Mahasiswi di Indekos Ciracas Ditangkap, Begini Kronologinya