Suara.com - Kondisi udara Jakarta yang makin memprihatinkan turut membuat risau Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Kegelisahannya itu ia ungkapkan di Twitter pada Rabu (31/7/2109) pagi.
Dirinya menyertakan pula tangkapan layar peringkat Indeks Kualitas Udara (AQI) dunia menurut situs AirVisual pada Rabu pukul 07.59 WIB.
Jakarta rupanya masih menduduki posisi atas kota besar dengan polusi udara terburuk.
Peringkat satu ditempati Kota Ulan Bator, Mongolia, diikuti Jakarta, kemudian Dubai, Uni Emirat Arab di posisi ketiga, lalu Kuwait City, Kuwait dan Johannesburg, Afrika Selatan.
Hanya Kota Johannesburg yang kualitas udaranya diberi indikator warna jingga, yang berarti tak sehat untuk orang-orang yang sensitif terhadap debu.
Sementara itu, udara empat kota besar lain yang berada di atasnya dalam kondisi tidak sehat, dengan indikator warna merah.
Cak Imin lalu mempertanyakan sikap Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang respons untuk polusi Jakarta di cuitan tersebut.
"SERIUS! Kok enggak ada penjelasan resmi pemerintah? @infoBMKG," cuitnya.
Baca Juga: Atasi Polusi, BPPT: Puncak Gedung di Jakarta Harus Ditanami Tumbuhan
Ia lantas memperingatkan warga yang berada di Jakarta supaya melindungi diri dengan masker.
"Bagi yang di Jakarta, kalau keluar rumah apalagi ke jalan besar, pakai masker ya. Level polusi kota Jakarta seminggu terakhir menempati posisi teratas di tingkat dunia. Polusinya membahayakan," imbau Cak Imin.
Sejak Juni lalu, media sosial diramaikan dengan keluhan polusi udara Jakarta. Berbagai foto dan video yang memperlihatkan pekatnya langit Jaarta dibagikan, untuk menyadarkan masyarakat akan betapa buruknya kualitas udara di sana.
Direktur Eksekutif Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal Ahmad Safrudin mengatakan, polusi udara Jakarta, yang sudah sangat buruk, disebabkan transportasi.
Ahmad juga mengungkapkan bahwa emisi karbon monoksida yang ada di langit Jakarta dapat memperbesar gas rumah kaca, meningkatkan suhu rata-rata permukaan, yang ujungnya akan menyebabkan perubahan iklim.
"Untuk mengatasi pencemaran udara Jakarta, maka perlu menerapkan pengendalian emisi sektor transportasi dengan konversi bahan bakar gas (BBG)," ujarnya di Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Berita Terkait
-
Upaya Kurangi Polusi, Begini Usulan Wapres NKRI Jusuf Kalla
-
Jakarta Dikepung Polusi, Dishub Bakal Razia Kendaraan di Tol
-
Keruh, Begini Penampakan Langit Jakarta Dibandingkan Maret Lalu
-
Polusi Udara Jakarta Sangat Buruk, Bisa Sebabkan Perubahan Iklim
-
Digugat karena Polusi Udara, Jokowi dan Anies Bisa Dikenai Bayar Kompensasi
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Pakar Hukum UGM Ingatkan KPK Soal Kasus ASDP: Pastikan Murni Fraud, Bukan Keputusan Bisnis
-
Polisi Jadi 'Beking' Korporasi Perusak Lingkungan, Masyarakat Sipil Desak Reformasi Mendesak
-
Respons Gus Yahya Usai Beredar SE Pencopotan dari Ketum PBNU: Dokumen Ilegal Beredar Lewat WA!
-
Miliki Kualitas Data yang Baik, Pemprov Jateng Raih Penghargaan dari Kemendukbangga
-
PBNU Memanas! Waketum Amin Said: Islah Satu-satunya Jalan, Tak Ada Forum Bisa Copot Gus Yahya
-
Usut Kasus Bupati Ponorogo, KPK Geledah Kantor Swasta di Surabaya
-
Ditempeli Stiker 'Keluarga Miskin', Mensos Sebut Banyak Warga Mengundurkan Diri dari Penerima Bansos
-
Tak Cukup Dipublikasikan, Laporan Investigasi Butuh Engagement Agar Berdampak
-
Surat Edaran Terbit, Sebut Gus Yahya Bukan Lagi Ketua Umum PBNU Mulai 26 November 2025
-
Program Prolanis Bantu Penderita Diabetes Tetap Termotivasi Jalani Hidup Lebih Sehat