Suara.com - Dalam 13 jam pembantaian di Amerika, dua penembak dalam insiden terpisah menewaskan 29 orang dan melukai puluhan lainnya, membuat pihak berwenang menyelidiki motif di balik pembantaian itu.
Presiden AS Donald Trump pada Minggu (4/8), memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di bangunan-bangunan pemerintah selama lima hari ke depan, "sebagai tanda penghormatan kepada para korban aksi kekerasan yang mengerikan" di El Paso, Texas dan Dayton, Ohio.
"Kebencian tidak ada tempat di negara kita," kata Trump, Minggu, kepada wartawan. "Banyak upaya sedang dilakukan" untuk mencegah serangan di masa depan, katanya.
Seorang laki-laki bersenjata yang mengenakan rompi anti peluru dan membawa sejumlah amunisi ditembak mati oleh polisi kurang dari satu menit setelah ia melepaskan tembakan pada Minggu (4/8) pagi di daerah hiburan malam yang populer di kota Midwest, Dayton, Ohio. Penembakan itu menewaskan sembilan orang dan melukai sedikitnya 27 orang, empat diantaranya mengalami luka serius.
Polisi mengatakan yakin hanya ada seorang penembak dalam insiden itu, namun belum mengetahui identitas atau motifnya. Wali Kota Dayton Nan Whaley mengatakan tanggapan cepat polisi "menyelamatkan ratusan nyawa" di distrik Oregon, Dayton, yang ramai dengan bar, restoran, dan teater.
Ia mengatakan laki-laki bersenjata itu membawa senjata semi-otomatis kaliber 223. Senjata yang digunakan pelaku berukuran sama dengan yang digunakan laki-laki bersenjata dalam penembakan yang menewaskan 20 murid dan enam orang dewasa tewas di Newtown, Connecticut pada 2012. Penembakan di Newton adalah salah satu penembakan massal paling mengerikan di AS dalam beberapa tahun terakhir.
Pembantaian di Ohio itu terjadi sekitar 13 jam setelah polisi di kota perbatasan AS-Meksiko, El Paso, Texas, mengatakan seorang laki-laki bersenjata melepaskan tembakan ke sebuah toko Walmart, menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai 26 orang. Pihak berwenang mengatakan menyelidiki kemungkinan kejahatan kebencian rasial yang menarget kaum Hispanik dalam penembakan di El Paso tersebut.
Insiden El Paso dan Dayton merupakan pembunuhan massal ke-21 dan ke-22 di AS tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Associated Press, USA Today, dan Northeastern University. Arsip tersebut mendefinisikan pembunuhan massal, ketika empat orang atau lebih ditembak mati, tidak termasuk penembak, di satu lokasi.
Insiden terbaru itu terjadi seminggu setelah seorang laki-laki bersenjata menewaskan tiga orang di sebuah festival makanan di California dan menyusul pembunuhan terhadap 58 orang di sebuah festival musik Country pada 2017 di California, 49 orang di sebuah klub malam Orlando, Florida, pada 2016 dan 25 orang di sebuah gereja di Texas pada 2017.
Baca Juga: Pelaku Teror Penembakan California Ternyata Remaja 19 Tahun
Pihak berwenang AS sesekali mencoba mencari cara untuk menghentikan pembantaian warga tak bersalah, di negara dimana kepemilikan senjata dilindungi sebagai hak konstitusional. Sebagian anggota parlemen berusaha untuk membatasi kepemilikan senjata atau memperketat peraturan seputar penjualan senjata, tetapi pada umumnya ditolak oleh anggota parlemen lainnya yang menentang pembatasan baru.
Setelah serangan Dayton, Senator dari Ohio Sherrod Brown mengatakan ia marah terhadap pembuat undang-undang negara bagian dan nasional yang tidak mau menyetujui pengawasan senjata yang lebih ketat dan mengatakan "simpati dan doa politisi saja tidak cukup" sebagai tanggapan terhadap pembunuhan massal.
Sumber: VOA Indonesia
Berita Terkait
-
Pelaku Teror Penembakan California Ternyata Remaja 19 Tahun
-
Aksi Penembakan Gegerkan Acara Festival Kuliner di Amerika
-
Penembakan Membabi Buta Gegerkan Los Angeles, 4 Orang Tewas
-
Pasca Polisi Tembak Polisi, Ruang SPK Polsek Cimanggis Tetap Dibuka
-
Detik-detik Polisi Tembak Polisi di Depok, Bripka RE Tewas Seketika
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
Terkini
-
Bukan Kursi Menteri! Terungkap Ini Posisi Mentereng yang Disiapkan Prabowo untuk Mahfud MD
-
Jerit Konsumen saat Bensin Shell dan BP Langka, Pertamina Jadi Pilihan?
-
Warga Jakarta Siap-siap, PAM Jaya Bakal Gali 100 Titik untuk Jaringan Pipa di 2026
-
Maling Santuy di SMAN 5 Bandung! Wajah Terekam CCTV, Gondol Laptop Saat Siswa Belajar di Lab
-
IPO PAM Jaya, Basri Baco Ingatkan Nasib Bank DKI: Saham Bisa Anjlok, Negara Rugi
-
Pemuda di Cilincing Dibunuh karena Masalah Cewek, Pembunuhnya Sempat Kabur ke Bengkulu
-
"Kita Rampok Uang Negara!", Viral Ucapan Anggota DPRD Gorontalo, BK Duga Pelaku Mabuk Berat
-
Pupuk Indonesia Sediakan 11.384 Ton Pupuk Subsidi di Sultra, Sambut Musim Tanam
-
Viral Seruan Stop Tot Tot Wuk Wuk, Kakorlantas Polri Ngaku Larang Anak Buah Pakai Strobo: Berisik!
-
Kolaborasi Haji Robert dan Universitas Binawan Buka Pintu Dunia untuk Anak Yatim dan Yatim Piatu