Suara.com - Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendesak Presiden Joko Widodo mengambil alih kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior KPK, Novel Baswedan yang sudah 2 tahun lebih masih belum diungkap aparat kepolisian.
Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PP, Muhamadiyah, Manager Nasution mengatakan, Presiden Jokowi sudah seharusnya membentuk tim gabungan independen dari beberapa elemen masyarakat untuk menyelidiki kasus teror air keras tersebut.
"Tanpa mengurangi upaya yang sedang dijalankan oleh pihak kepolisian sebagai amanat dari Presiden, sebaiknya Presiden membentuk tim gabungan independen pencari fakta dengan melibatkan tokoh-tokoh dan masyarakat sipil anti korupsi serta dari unsur amnesty internasional," kata Manager di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2019).
Menurut Manager, dengan Presiden Jokowi memberi penambahan waktu 3 bulan terhadap Polri dalam penanganan kasus Novel, itu adalah bagian pesan untuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk dapat menuntaskan kasus Novel.
"Penambahan waktu selama tiga bulan oleh Presiden, sesungguhnya harapan dan pesan sangat kuat kepada Kapolri untuk dapat mengungkap kasus penyerangan ini setuntas-tuntasnya," ujar Manager.
Dia meyakini bahwa kasus yang menimpa Novel sebagai penyidik senior, bukanlah termasuk kriminal biasa. Ini bagian salah satu untuk melumpuhkan KPK sebagai lembaga independen untuk memberantas korupsi.
"Diyakini ini bukan kriminal biasa tapi sebuah kejahatan luar biasa yang ingin membunuh dan melumpuhkan KPK, sehingga agenda pemberantasan korupsi
berhenti," tutup Maneger.
Berita Terkait
-
Teror Air Keras Novel Baswedan Penting Dijadikan Materi Capim KPK
-
Koalisi Antikorupsi Minta Pansel KPK Buat Soal Studi Kasus Novel Baswedan
-
Tiga Alasan Amnesty International Bawa Kasus Novel Baswedan ke Kongres AS
-
Tim Teknis Kasus Novel Baswedan Bakal Dalami 6 Kasus High Profile
-
Hari Ini, Teror Air Keras Novel Baswedan Dibahas di Kongres AS
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
Terkini
-
Menteri Haji dan Umrah Serahkan 200 Nama Calon Pejabat ke KPK, Ada Apa?
-
Menkum Sahkan Kubu Mardiono Dinilai Redam Dualisme PPP: Ibarat Sepak Bola, 90 Menit Selesai!
-
Tragedi Maut Al Khoziny: Kemenag Janji Rombak Aturan, Standar Bangunan Pesantren Segera Ditetapkan
-
Menteri Haji Sambangi Gedung KPK Usai Jumatan, Sinyal Baru Kasus Korupsi Kuota Haji?
-
PSI Dikritik Habis! Sembunyikan Jokowi, Malah Tampilkan Kaesang yang 'Tak Layak Jual'
-
Sejauh Mana Kesiapan IKN jadi Ibu Kota Politik? Begini Update dari Kepala Otorita
-
Malu-malu Umumkan Jokowi Jadi 'Bapak J', PSI Dicurigai Partai Tertutup: "Aneh Bila Belum Dipublish"
-
Brigadir Esco Dibunuh Istri: Brigadir Rizka Sintiani Dibantu Orang Lain Angkat Mayat Suami?
-
DPR RI Dukung Pembekuan Izin TikTok, Tapi Minta Tidak Matikan Ekosistem UMKM
-
HUT ke-80 TNI di Monas, Keluarga Pahlawan Nasional Akan Hadir Meriahkan Perayaan