Suara.com - Kelompok demonstran dari Himpunan Aktivis Milenial Indonesia, Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan Cinta NKRI mendesak Komisioner KPK periode 2015-2019 yang dipimpin Agus Rahardjo segera mengundurkan diri.
Permintaan itu disampaika massa saat berujuk rasa di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (20/9/2019).
"Kami desak tiga Pimpinan KPK, Agus Rahardjo, Saut Situmorang dan Laode Mohammad Syarif segera hengkang dan angkat kaki dari KPK," kata orator Koornas HAM Indonesia Asep Irama di lokasi.
Dalam aksinya itu, mereka melakukan aksi teatrikal pengasapan nyamuk atau fogging. Tiga orang berkostum nyamuk, dan dua orang berkostum petugas fogging yang menyemprotkan asap e
Mereka yang berkostum nyamuk itu disebutkan sebagai simbol Komisioner KPK periode 2015-2019. Setelah itu, pemeran petugas fogging pun menyemprotkan asap itu ke Gedung KPK sebagai simbol pengusiran.
Namun, kata Asep, aksi damai ini ditanggapi berlebihan oleh pihak keamanan. Ia menyebut anggotanya yang mengikuti aksi sempat dipukul. Asep menegaskan akan kembali menggelar aksi di Gedung KPK pada Senin pekan depan.
"Senin kami akan kembali lagi sampai Agus, Saut dan Laode betul-betul mengundurkan diri dan meninggalkan Gedung KPK," ucap Asep.
Selain meminta pimpinan KPK mundur, Asep mengatakan bahwa pihaknya juga mendesak Wadah Pegawai (WP) KPK dibubarkan.
Menurutnya, WP KPK telah melakukan politik praktis dan menghimpun kekuatan untuk melawan negara.
Baca Juga: Massa Pro dan Kontra Pimpinan KPK Baru Demo, Jalan Depan KPK Ditutup
"Wadah Pegawai KPK telah berfungsi sebagai 'pressure group' terhadap kebijakan pimpinan untuk memaksakan tuntutannya," katanya.
Berita Terkait
-
Imam Nahrawi jadi Tersangka, Massa PMII Sebut Pimpinan KPK Busuk
-
Naik ke Pelataran KPK, Dua Mahasiswa Dibekuk Aparat
-
Ricuh! Massa Aksi Demonstrasi Paksa Masuk Gedung KPK
-
Usir Agus Rahardjo Cs, Massa Beringas Merangsek Masuk ke KPK
-
Viral Massa Pro UU KPK Baru Rebutan Jas Almamater Tanpa Logo Universitas
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO