Suara.com - Partai Gerindra menyesalkan keputusan MPR RI yang menghilangkan mata acara pembacaan doa akhir dalam agenda sidang masa jabatan MPR RI periode 2014-2019. Padahal, MPR RI berdiri sebagai tulang punggung pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika namun tidak diterapkan pada kenyataannya.
Ketua Fraksi Partai Gerindra MPR RI, Fary Djemy Francis turut menyesalkan hal itu. Padahal pembacaan doa di penghujung sidang sudah disepakati Rapat Gabungan Pimpinan MPR dan Pimpinan Fraksi, masuk ke dalam susunan acara sidang dan dibacakan perwakilan Partai Gerindra.
"Sayang sekali, di sidang terakhirnya, MPR RI tidak menampilkan doa sebagaimana biasanya," kata Fary dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (28/9/2019).
Namun entah mengapa sesi doa tersebut malah dihilangkan sesuai dengan keputusan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan. Padahal Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani dan fraksi Gerindra yang hadir sudah menjelaskan betapa pentingnya doa yang akan disampaikan Saras.
Fary sempat menyebut kalau pihak kesekjenan MPR mencoba mengkonfirmasi kepada pimpinan fraksi Gerindra mengenai 'doa yang tidak lazim di MPR'. Tapi fraksi Gerindra menegaskan bahwa keputusan fraksi adalah doa dibacakan oleh Saraswati Djojohadikusumo sebagai utusan atau perwakilan dari fraksi Gerindra.
Dengan adanya kejadian tersebut, tentu Fary bersama anggota Fraksi Gerindra lainnya merasa kecewa. Padahal menurutnya MPR RI telah menjadi tulang punggung dari Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.
"Kami menyesalkan peristiwa ini. MPR RI sebagai tulang punggung Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika belum sepenuhnya menerapkan kebhinnekaan kita," katanya.
Sebelumnya, Saras sempat mencurahkan rasa kekecewaannya lantaran tidak dapat membacakan doa dalam sidang dan forum lembaga tertinggi negara tersebut.
"Saya didatangi oleh ketua dan sekretaris fraksi yang memberikan kabar kalau Ketua MPR yang terhormat melayangkan keberatan," kata Saras dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/9/2019).
Baca Juga: Politikus Gerindra Minta Penyebar Hoaks Ambulans DKI Bawa Batu Ditindak
Meski begitu, Saras masih sempat mengatakan apabila Zulkifli Hasan keberatan karena posisinya sebagai perempuan, ia mempersilakan menunjuk anggota legislatif laki-laki Kristiani lain untuk membacakan doa bikinannya.
Akan tetapi, akhirnya pembacaan doa itu malah dihapus dalam susunan acara. Saras kaget dan sakit hati melihat perlakuan terhadapnya.
"Justru perwakilan perempuan dan Kristen tidak diberikan ruang membacakan doa untuk bangsa dan negara yang kita cintai ini," tuturnya.
Saras tetap hadir dalam acara tersebut. Namun, rasa kecewa tak dapat lagi terbendung. Putri Hashim Djodjohadikusumo itu menjelaskan kepada grup media sosial Fraksi Gerindra dan memutuskan untuk walk out.
"Air mata tak kunjung berhenti dengan setiap langkah yang saya ambil berjalan keluar dari sidang penutup masa jabatan saya sebagai anggota MPR RI," ujarnya.
"Pertanyaan saya kepada Zulkifli Hasan yang saya hormati, apakah bermasalah karena saya perempuan? Atau karena saya Kristen?" cecarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Yusril: Pasal KUHP Lama Tak Lagi Efektif, Judi Online Harus Dihantam dengan TPPU
 - 
            
              Prabowo Setujui Rp5 Triliun untuk KRL Baru: Akhir dari Desak-desakan di Jabodetabek?
 - 
            
              Subsidi Transportasi Dipangkas, Tarif Transjakarta Naik pada 2026?
 - 
            
              Wacana Soeharto Pahlawan Nasional Picu Kontroversi, Asvi Warman Soroti Indikasi Pemutihan Sejarah
 - 
            
              Dinilai Bukan Pelanggaran Etik, Ahli Hukum Sebut Ucapan Adies Kadir Hanya Slip Of The Tongue
 - 
            
              Misteri 2 Kerangka Gosong di Gedung ACC Kwitang, Polda Metro Jaya Ambil Alih Kasus
 - 
            
              Legal Standing Dipertanyakan Hakim MK, Pemohon Uji UU TNI Singgung Kasus Almas
 - 
            
              Aksi Solidaritas Tempo di Makassar Ricuh, Jurnalis Dipukul
 - 
            
              Tegas! Ketua Banggar DPR Sebut Danantara yang Wajib Bayar Utang Whoosh
 - 
            
              Bahaya Judol dan Narkoba Lebih Besar dari Korupsi? Yusril Ungkap Fakta Lain Soal RUU Perampasan Aset