Suara.com - Pengacara cum aktivis HAM Veronica Koman, yang ditetapkan sebagai buronan oleh Polri dan diajukan masuk daftar red notice Interpol, memberikan sejumlah pernyataan kepada media asing.
Veronica yang kekinian berstatus pengungsi politik di Australia setelah paspornya dicabut pemerintah Indonesia, mengungkapkan banyak teror dan ancaman terhadap dirinya dan keluarga.
Beragam ancaman tersebut terjadi setelah ia bergiat mengungkap banyak hal mengenai situasi di Papua, yang selama ini jarang atau tak bisa ditampilkan pada media-media massa Indonesia.
Hal itu diungkapkan Veronica saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan kantor berita Australia, SBS News.
Dalam wawancara tersebut, Veronica Koman mengatakan menerima ancaman pemerkosaan dan pembunuhan setiap hari, seiring dengan memanasnya situasi di Papua dan Indonesia.
SBS News, Kamis (3/10/2019), menyebutkan, pengacara HAM yang disegani di Indonesia itu kekinian tinggal di Australia.
Veronica masih dikejar-kejar oleh aparat Polri karena menyebarkan bukti-bukti pasukan keamanan melakukan kekerasan di Papua dan Papua Barat.
"Saya mulai menerima ancaman pembunuhan sejak dua tahun lalu, dan sekarang, menerima ancaman pembunuhan serta pemerkosaan di media sosial itu rasanya hampir seperti pengalaman sehari-hari," kata perempuan 31 tahun itu kepada SBS News.
"Mereka mencoba membunuh si pembawa pesan. Mereka tidak bisa menyangkal data saya, semua rekamannya, mereka tidak bisa membuktikan itu salah, sehingga mereka berusaha menghancurkan kredibilitas saya."
Baca Juga: Generasi Papua Muda Inspiratif Temui Moeldoko
Veronica Koman, dikutip dari SBS News, mulai terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat sejak 2014.
Persisnya, setelah lima demonstran Papua tewas dan 17 lainnya terluka akibat ulah pasukan militer Indonesia dalam tragedi yang dikenal sebagai peristiwa Paniai Berdarah.
"Saya berpikir pada saat itu... wow, kok tidak ada reaksi kemarahan? Anak-anak sekolah dibunuh oleh pasukan keamanan,'" katanya.
"Sudah menjadi misi pribadi saya untuk mengekspose apa yang terjadi di Papua Barat."
Pekan lalu, salah satu kerusuhan yang melibatkan pertumpahan darah selama 20 tahun belakangan terjadi lagi di Papua dan Papua Barat, dengan setidaknya 33 orang tewas di pusat kota Wamena.
Cuplikan dari insiden tersebut, yang diperoleh SBS News, menunjukkan pasukan Indonesia melepaskan tembakan ketika para siswa SMA di Papua menggelar aksi unjuk rasa anti-rasisme.
Berita Terkait
-
Dinilai Kondusif Pasca Kerusuhan Wamena, Pengungsi Diimbau Kembali ke Rumah
-
Pengamat Politik Asing: Ancaman Pembunuhan ke Veronica Koman Masalah Serius
-
Anggota DPR Menangis Ingat Konflik Papua, Sebut Sidang MPR Sandiwara
-
Mahasiswa Mau Demo Istana: Tolak Selesaikan Papua Pakai Cara Militer
-
Sebut Kerusuhan Wamena Genosida, HNW Dikecam
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
KPK Akhirnya Ambil Alih Kasus Korupsi Petral dari Kejagung, Apa Alasannya?
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB