Suara.com - Para peneliti dari jaringan kesehatan lingkungan global IPEN, bersama dengan Asosiasi Arnika dan beberapa organisasi lokal Indonesia merilis laporan "Plastic Waste Poisons Indonesia’s Food Chain".
Penelitian ini dilakukan di Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur. Lokasi ini dibanjiri dengan limbah plastik impor dari Cina.
Disadur dari The Guardian, Jumat (15/11/2019), laporan penelitian yang dirilis pada November 2019 ini menyebutkan bahwa telur dari ayam yang mencari makan di sekitar tumpukan sampah plastik di Tropodo memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah sedunia.
Tingkat dioksin dalam telur ayam itu sama dengan telur yang ditemukan di Bien Hoa, Vietnam, yang dianggap sebagai salah satu lokasi paling terkontaminasi dioksin di Bumi.
Para peneliti mengumpulkan sampel telur ayam dari daerah Bangun dan Tropodo, Jawa Timur. Di Tropodo, limbah digunakan untuk bahan bakar pabrik tahu.
Studi ini menunjukkan kontaminasi bahan kimia berbahaya dalam rantai makanan di Asia Tenggara sebagai akibat dari kesalahan manajemen dan impor limbah plastik.
Menurut penelitian tersebut, orang dewasa yang makan satu telur dari ayam kampung yang mencari makan di sekitar pabrik di Tropodo dapat terkontaminasi dioksin tujuh kali lipat dari ambang batas yang ditoleransi oleh European Food Safety Authority.
Hal ini diperparah dengan volume impor sampah plastik Indonesia naik dua kali lipat antara tahun 2017 dan 2018.
Telur yang dikumpulkan para peneliti dari masyarakat ditemukan mengandung bahan kimia terlarang yang sangat berbahaya. Seperti dioksin, dan asam perfluorooctanesulfonic (PFOS).
Baca Juga: Soal Kasus Teror Bom di Medan, Maruf Minta RT/RW Ikut Tangkal Radikalisme
Dioksin dapat menyebabkan berbagai penyakit serius pada manusia. Misalnya penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan endometriosis. PFOS menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh.
“Limbah plastik adalah masalah polusi kimia beracun yang serius,” kata Yuyun Ismawati, pendiri Nexus3, salah satu LSM Indonesia yang terlibat dalam penelitian itu.
Sementara Lee Bell, penulis bersama laporan itu, mengatakan, "Temuan-temuan nyata ini menggambarkan bahaya plastik bagi kesehatan manusia dan harus menggerakkan para pembuat kebijakan untuk melarang pembakaran limbah plastik, mengatasi kontaminasi lingkungan, dan secara ketat mengontrol impor".
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Harga Diri Bangsa vs Air Mata Korban Bencana Sumatera, Sosok Ini Sebut Donasi Asing Tak Penting
-
Tembus Proyek Strategis Nasional hingga Energi Hijau, Alumni UPN Angkatan 2002 Ini Banjir Apresiasi
-
Implementasi Pendidikan Gratis Pemprov Papua Tengah, SMKN 3 Mimika Kembalikan Seluruh Biaya
-
Boni Hargens: Reformasi Polri Harus Fokus pada Transformasi Budaya Institusional
-
Alarm Keras DPR ke Pemerintah: Jangan Denial Soal Bibit Siklon 93S, Tragedi Sumatra Cukup
-
Pemprov Sumut Sediakan Internet Gratis di Sekolah
-
Bantuan Tahap III Kementan Peduli Siap Diberangkatkan untuk Korban Bencana Sumatra
-
Kasus Bupati Lampung Tengah, KPK: Bukti Lemahnya Rekrutmen Parpol
-
Era Baru Pengiriman MBG: Mobil Wajib di Luar Pagar, Sopir Tak Boleh Sembarangan
-
BGN Atur Ulang Jam Kerja Pengawasan MBG, Mobil Logistik Dilarang Masuk Halaman Sekolah