Suara.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendapat pengakuan dari mantan narapidana kasus terorisme (napiter) terkait radikalisme kanan.
Pengakuan itu menyebut bahwa penyebaran radikalisme kanan telah mencapai dunia pendidikan Indonesia.
Hal ini disampaikan Ganjar Pranowo melalui video yang diunggah ke kanal YouTube Deddy Corbuzier, Rabu (4/12/2019).
Awalnya, Deddy Corbuzier menceritakan baru saja berbincang dengan Gubernur Lemhannas Agus Widjojo yang mengatakan radikalisme itu ada di berbagai sektor. Ganjar Pranowo setuju terhadap pernyataan tersebut.
"Ya ada lah, orang kelihatan kok, masih bilang enggak ada. Mas, melihat radikalisme itu ada atau tidak, seperti lihat di depan saya ini Deddy Corbuzier atau bukan," ucap Ganjar.
Menurut Ganjar, radikalisme di Indonesia tidak lagi bisa ditutupi karena pernyataan orang-orang yang terpapar paham teroristik jelas nyata adanya.
Deddy kemudian bertanya terkait isu radikalisme di Jawa Tengah. Ganjar menjelaskan bahwa di daerah yang dipimpinnya juga terjadi aksi radikalisme kanan.
"Ada, yang bunuh diri menjelang lebaran kemarin, ada. Bunuh diri enggak mati. Di Jawa Tengah kurang lebih ada 400 eks napiter," tutur Ganjar.
Ia menceritakan, dirinya sempat diundang dalam acara halal bi halal setelah lebaran oleh para eks napiter itu.
Baca Juga: Maruf Amin Dihina 'Babi', Cuitan Lawas Aa Gym Mendadak Diungkit Lagi
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar mendapat pengakuan dari eks napiter tentang penyebaran radikalisme.
Ia menjelaskan bahwa eks napiter dapat mempengaruhi orang hanya dalam waktu 2 jam untuk siap melakukan aksi bunuh diri.
Ganjar menambahkan, "Bagaimana kemudian sebaran itu dilakukan? Jawabannya menarik dan mengejutkan saya. 'Hati-hati pak dengan dunia pendidikan kita'".
Atas dasar itulah, Ganjar meminta catatan intelejen saat menyeleksi kepala sekolah.
"Pada saat saya ingin seleksi kepala sekolah, saya minta pendapat para ahli dan catatan-catatan intelejen, nemu tujuh orang," ujarnya.
Ganjar juga mengatakan bahwa radikalisme bisa masuk ke orang-orang dengan berbagai latar belakang profesi, mulai dari polisi hingga PNS.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Dukung Revisi UU Hak Cipta untuk Lindungi Karya Jurnalistik, AMSI Serahkan Simbol Dukungan Ini
-
Prabowo Setujui Ditjen Pesantren, PDIP Siap 'Perkuat Narasi Patriotisme'
-
Polemik Utang Hingga Dugaan Markup Whoosh, PDIP Tugaskan Fraksi Lakukan Kajian
-
'Skema Mafia' Terbongkar: Rp 40 Miliar Digelontorkan untuk 'Beli' Vonis Lepas Korupsi CPO
-
Akui Sulit Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama, Bareskrim: Dikejar Lari-lari!
-
Bukan Cuma Iklan: 5 Bos Media Bongkar 'Revenue Stream' Ajaib di Era AI
-
Pakar Pidana Tegaskan Polemik Patok Kayu PT WKM Harusnya Tak Jadi Perkara Pidana
-
Kejagung Dalami Jejak Korupsi Chromebook Sampai ke 'Ring 1' Nadiem Makarim
-
Terungkap! Alasan Sebenarnya APBD DKI Jakarta Numpuk Rp14,6 Triliun! Bukan Deposito, Tapi...?
-
Kejati Jakarta Bongkar Skandal LPEI: Negara 'Dibobol' Hampir Rp 1 Triliun