Suara.com - Sedikitnya terdapat dua buruh migran asal Indonesi yang ternyata tak terevakuasi dan kekinian masih terisolasi di pusat penyebaran virus corona, yakni Wuhan China.
Mereka berharap dievakuasi pemerintah seperti ratusan warga negara Indonesia (WNI) di Wuhan yang dipulangkan Minggu (2/2) akhir pekan lalu.
WNI yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Wuhan diyakini lebih dari dua orang. Belum ada angka resmi terkait itu, salah satunya karena seluruh pekerja domestik itu berstatus ilegal atau tak berdokumen.
Ketiadaan paspor dan visa kerja itu pula yang mereka duga menyulitkan mereka mengikuti proses evakuasi.
Terkait ini, Kementerian Luar Negeri menyatakan sekarang hanya tersisa tujuh WNI di Wuhan. Tidak ada buruh migran di antara mereka, kata pejabat Kemenlu.
Tiga dari tujuh WNI itu adalah mahasiswa yang tidak dapat dievakuasi karena persoalan medis. Sementara empat lainnya adalah WNI yang memilih tetap bertahan di Wuhan.
'Siapa yang pedulikan kami?'
Tiara adalah satu dari dua buruh migran Indonesia yang masih terisolasi di Wuhan. Ia sempat berharap diizinkan masuk rombongan WNI yang dipulangkan dan kini dikarantina di Natuna, Kepulauan Riau.
Namun harapannya bertepuk sebelah tangan. Ia terpaksa terus bertahan di tempat majikan. Dalam dua pekan terakhir, perempuan asal Subang, Jawa Barat itu tak diperbolehkan keluar rumah.
Baca Juga: Ternyata Prabowo Kecewa saat Datang ke Natuna Lihat WNI dari Wuhan
"Tidak seperti WNI lain, namanya pekerja ilegal, saya takut. Harus minta tolong kepada siapa? Saya cuma menunggu keajaiban dari Allah," kata Tiara via telepon kepada BBC Indonesia, Rabu (5/4/2020).
Tiara sudah empat tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga di Wuhan. Ia tidak memegang visa kerja. Paspornya pun sudah kedaluwarsa.
"Harapannya ingin pulang, semoga ada keajaiban boleh pulang bareng-bareng," tuturnya.
Tiara berkata, rekan buruh migrannya asal Indonesia di Wuhan memperlihatkan tayangan berita di YouTube tentang ratusan WNI yang sudah dipulangkan.
Sejak awal, kata dia, ia pesimistis bakal diperhatikan pemerintah karena statusnya sebagai pekerja gelap.
"Itu WNI yang punya paspor dan visa. Tidak ada TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Di China tidak ada TKI yang resmi," ujar Tiara.
Berita Terkait
-
Xanana Gusmao Minta Warga Timor Leste dari Wuhan Dikarantina di Indonesia
-
Proyek Roro Jonggrang, RS di Wuhan yang Dibangun Cuma 8 Hari Siap Dibuka
-
Tiga Pesawat yang akan Mengangkut WNI Wuhan ke Natuna Tiba di Hang Nadim
-
Pesawat Batik Air Pengangkut WNI dari Wuhan Bakal Diisolasi di Natuna
-
Ini Alasan Pemerintah Pilih Batik Air untuk Menjemput WNI di Wuhan
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Mendagri: Pemerintah Mendengar, Memahami, dan Menindaklanjuti Kritik Soal Bencana