Suara.com - Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) seksi atau Jalur IV Payakumbuh-Pangkalan mendapat penolakan dari warga dua nagari yang berada di Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Penolakan tersebut dilakukan dua warga dari Nagari Taeh Baru dan Nagari Koto Baru Simalanggang.
"Meski menolak pembangunan jalan melewati kampung mereka, namun bukan berarti warga di dua nagari tersebut anti terhadap pembangunan," tulis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Sumbar berdasarkan keterangan pers yang diterima Covesia-jaringan Suara.com pada Minggu (16/2/2020).
Seorang Ninik Mamak Nagari Taeh Baru, Maspendrial Datuk Pobo menjelaskan, keberatan disampaikan karena rencana pembangunan jalan tol persis di wilayah kawasan padat penduduk. Dia mencatat, ada 20 rumah yang dihuni 30 Kepala Keluarga (KK) dan terpaksa dihancurkan akibat adanya pembangunan jalan tol itu.
Selain itu, pembangunan jalan tol juga melintasi lahan produktif, pemakaman umum, dan tempat pertemuan warga.
"Rata-rata lahan yang akan dibangun jalan tol tersebut merupakan tanah milik bersama atau kaum yang tidak dapat dijual atas persetujuan satu kepala keluarga saja dan pembangunan jalan tol tersebut," ujarnya.
Sikap serupa juga disampaikan masyarakat Nagari Koto Baru Simalanggang. Seorang tokoh masyarakat Jasriman mengatakan, pihak perencana pembangunan telah melakukan pematokan rencana rute pembangunan tanpa sepengetahuan warga. Akibatnya, jalan tol yang melewati nagari mengakibatkan 30 rumah hancur. Padahal, 30 rumah tersebut tersebut dihuni oleh 90 KK.
"Kami berharap pembangunan jalan tol dipindahkan pada daerah yang tidak padat penduduk dan lahan yang tidak produktif karena jika tetap dipaksakan pembangunan jalan tol tersebut di nagari kami, akan menimbulkan masalah baru di tengah-tengah masyarakat," ujarnya pula.
Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye Walhi Sumbar Yoni Candra mengatakan pihak penanggungjawab dan pelakasana harus sesegara mungkin mengevaluasi rencana pembangunan jalan tol tersebut.
"Dan jangan sekali-kali melakukan paksaan dengan mengunakan kekerasan dalam bentuk apa pun terhadap warga yang menolak pembangunan jalan tol yang melewati lahan mereka seperti yang terjadi beberapa tempat seperti Pulau Jawa dan beberapa jalur di Pulau Sumatera," katanya.
Baca Juga: Tekan Angka Kecelakaan, HK Beri Buku Panduan Mudik di Tol Trans Sumatera
Yoni mengemukakan, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk memaksakan kehendak terhadap masyarakat yang menolak.
"Karena jelas, jika salah satu alasan pemerintah membangun jalan tol untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi tentu tidak menghilangkan tempat tinggal dan sumber ekonomi masyarakat," ujarnya.
Pembangunan JTTS yang menghubungkan Provinsi Sumbar dengan Provinsi Riau atau yang juga disebut Tol Padang-Pekanbaru yang melewati beberapa kabupaten dan kota di dua provinsi tersebut. Rencananya, jalan tol yang dibangun sepanjang 255 kilometer dan terbagi 6 seksi, terdiri atas 5 seksi di Sumbar dan 1 seksi di Riau.
Rinciannya, seksi I Padang-Sicicin, seksi II Sicicin-Bukittinggi, Seksi III Bukittingi-Payakumbuh, seksi IV Payakumbuh-Pangkalan, seksi V Pangkalan-Bangkinang, dan seksi VI Bangkinang Pekanbaru.
Berdasarkan keterangan pers yang diterima Covesia dari Walhi Sumbar, hampir seluruh seksi atau jalur tersebut masih menuai penolakan dari warga mulai dari jalur yang dilewati merupakan kawasan padat penduduk, lahan produktif, tanah ulayat, dan nilai ganti rugi yang tidak sebanding dengan nilai tanah.
Berita Terkait
-
Selama Libur Natal, 475 Ribu Kendaraan Lintasi Tol Trans Sumatera
-
Tekan Angka Kecelakaan, HK Beri Buku Panduan Mudik di Tol Trans Sumatera
-
Begini Wujud Jalan Tol Terpanjang di Indonesia
-
Resmikan Jalan Tol Terpanjang di Indonesia, Ini Harapan Presiden Jokowi
-
Jokowi Resmikan Jalan Tol Terpanjang di Indonesia
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Siapa Ibnu Masud? Bos Travel Riau Diduga Kelabuhi Khalid Basalamah soal Kuota Haji
-
Kasus Korupsi Kuota Haji, KPK Bongkar Lobi-lobi Asosiasi Travel ke Kemenag
-
Keterlibatan Ustaz Khalid Basalamah di Kasus Kuota Haji Mulai Terlihat, Kini Ngaku Sebagai Korban
-
Alat Perekam Getaran Gempa di Gunung Kelud Rp1,5 Miliar Dicuri, Malingnya Gak Ngotak!
-
Nasib Bripda Abi Usai Lempar Helm ke Pelajar Hingga Kritis, Dihukum Demosi 5 Tahun!
-
Anggota Komisi I DPR Desak TNI Jelaskan Terkait Ferry Irwandi yang Dinilai Ancam Pertahanan Siber
-
Tak Sudi Disanksi Kasus Rantis Lindas Ojol, Kompol Cosmas dan Bripka Rohmad Kompak Banding
-
Tragis! Detik-detik Menkeu Nepal Ditelanjangi, Dipukuli, Dikejar Pendemo Sampai Masuk Sungai
-
Klaim Transjabodetabek Berhasil Urai Macet, Pramono: Kecuali di TB Simatupang
-
Prabowo Dinilai Kian Objektif Pilih Menteri, Efek Kritik Publik dan Gejolak Demo