Suara.com - Sudah lebih dari sepekan Italia memberlakukan penguncian wilayah alias lockdown nasional, untuk mengakhiri penyebaran wabah virus corona Covid-19.
Pergerakan warga dibatasi, semua toko tutup kecuali apotek dan tempat persediaan makanan, ruang-ruang publik, sekolah ditutup. Penerbangan dari dalam dan ke luar negeri juga ditutup.
Bagaimana kondisi kekinian di Italia?
Jurnalis lepas anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Rieska Wulandari, membagikan pengalamannya meliput situasi di Kota Milan, Italia yang kekinian masih lockdown.
Dia mengatakan, tantangan meliput wabah corona di tengah kondisi negara lockdown cukup sulit.
Seperti halnya di Indonesia, kabar bohong juga banyak beredar sehinga harus ketat dalam memverifikasi informasi dan data.
"Peliputan dalam zona wabah itu seperti meliput sebuah perang, karena informasi di sana simpangsiur, banyak hoaks," kata Rieska dalam diskusi online bertajuk Tantangan Meliput Covid-19 di Italia yang digelar AJI Jakarta, Jumat (20/3/2020) malam.
Dia memaparkan, dalam beberapa hari terakhir, Kementerian Kesehatan Italia telah membersihkan ribuan berita palsu.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif: Cerita Warga Italia saat Lockdown (Part 1)
Tak cuma warga, bahkan media juga banyak yang terkecoh, tertipu dengan informasi palsu yang beredar.
Maka dari itu, setiap informasi harus diverifikasi secara ketat. Narasumber pastikan dari pihak yang berkewenangan seperti instansi terkait.
"Tetapi itu tidak cukup karena beberapa negara seperti kita tahu punya kecendrungan tidak transparan, terutama apabila data ini bisa merontokan situasi ekonomi, situasi politik ditunggangi. Jadi salah satu upaya yang paling penting selain dapat data official adalah data pembanding agar kita bisa mengontrol," ujarnya.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah jurnalis harus selalu perlengkapan yang safety saat di lapangan untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penularan. Dia menuturkan, kasus Covid-19 terus melonjak setiap harinya.
"Sekarang di Milan eskalasinya (kasus Covid-19) semakin naik, dalam minggu-minggu ini situasinya bisa berbeda sekali. Kemarin saya keluar masih tanpa masker, sekarang saya sendiri merasa tidak nyaman kalau tidak pakai masker," tutur dia.
"Kemudian terlihat sekali meski sudah dilakukan lockdown, grafik masih terus naik. Artinya memang ketika kita mengurangi aktivitas pun, virus ini masif sekali sebarannya. Jadi memang kalau tidak bersama-sama enggak tahu kapan ini selesainya. Jadi betul-betul harus ada kesadaran masing-masing".
Berita Terkait
-
Wawancara Eksklusif: Cerita Warga Italia saat Lockdown (Part 1)
-
Angka Kematian Pasien Corona Italia Melonjak, 3 Pemain Juventus Nekat Mudik
-
Corona Menyerang Italia sampai Lockdown, Warga: Awalnya Kami Meremehkan
-
Italia Lockdown, Begini Cerita Franco Morbidelli Jalani Rutinitas Harian
-
Lockdown di Italia, Warga Masih Bisa Pesan Antar Makanan
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Lewat Aklamasi, Budi Arie Lanjut Pimpin Projo 2025-2030
-
Anak Menteri Keuangan Yudo Sadewa Kembali Viral, Kali Ini Diduga Sindir Gibran Lewat Postingan Satir
-
Investment Outlook 2025 Redefining Value: Investment Strategy in the Age of Innovation
-
Ini Cerita Aqsa Syauqi Peraih DPD Award 2025 Kategori Pembangunan Sosial & Kesehatan
-
Dihadang Sopir Angkot, Layanan Mikrotrans PulogadungKampung Rambutan Disetop Sementara
-
Amstrong sembiring: Jelang Akhir Tahun 2025 Negeri Ini Jadi Lautan Persoalan Hukum
-
Wacana Tarif Transjakarta Naik, DPRD Sebut Warga Jakarta Sudah Mampu Bayar Lebih dari Rp 3.500
-
Ritual Persembahan Berujung Petaka, 9 Umat Tewas Terinjak-injak di Kuil India
-
Gelar Pangeran Andrew Dicabut Gegara Pelecehan Seksual, Keluarga Giuffre Beri Respon Sinis
-
Pengamat: Jaksa Hanya Melaksanakan Penetapan Hakim di Kasus Nenny Karawang