Suara.com - Perempuan kerap mengalami dampak sosial yang berlipat dari laki-laki di tengah kondisi isolasi di rumah akibat pandemi Covid-19 karena harus memegang beban ganda. Hal itu diutarakan oleh komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Mariana Amiruddin.
Mariana mengatakan bahwa dampak tersebut terutama dapat memengaruhi perempuan yang berkeluarga dan bekerja.
"Kita membaca banyak suara dari banyak perempuan yang sekarang harus di rumah, terutama perempuan yang bekerja, itu mengalami beban yang sangat berat karena mereka jadi terbebani urusan-urusan rumah. Mulai dari mengasuh anak, mengajar anak sekolah yang juga secara online.
Pihak suami lebih banyak dalam posisi yang seperti biasanya, bahwa semua urusan rumah tangga harus dijalankan oleh istri. Jadi banyak sekali yang mengeluh sebetulnya karena situasi kerja di rumah ini," kata Mariana kepada BBC News Indonesia.
Bagaimana wabah virus corona hantam kehidupan perempuan di Asia 'Saya takut mimpi menjadi seorang ibu sirna akibat virus corona' Perawat meninggal akibat Covid-19 saat mengandung, bayinya berhasil diselamatkan
"Dampak berlipat karena semua orang harus dirumahkan jadi perempuan mau tidak mau kembali harus menerima beban itu. Ketika dia berkantor dia bisa mengantisipasi dan mengatur semuanya, termasuk peran. Tapi ketika semua orang dirumahkan, dia jadi tidak bisa mengelak dengan situasi sebagai ibu dan istri, dia harus memegang beban ganda itu," ujar Mariana.
Beberapa wilayah di Indonesia tengah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berarti sekolah-sekolah dan banyak perkantoran tutup secara operasional sehingga harus melaksanakan aktivitas dari rumah.
Mengajar murid dan mengasuh anak
Laili Qadarsih, seorang warga Cianjur, Jawa Barat, adalah seorang guru dan ibu dari satu anak. Ia mengatakan sekolah asrama di mana ia bekerja telah ditutup sejak pertengahan Maret dan sistem pembelajaran dilaksanakan secara virtual sejak itu.
Baca Juga: Usai Bebas karena Corona, Eks Napi Wanita di Malang Langsung Nikah
"Seminggu pertama itu adaptasi yang paling berat," ungkap Laili melalui sambungan telepon pada (14/04).
Pada awalnya, guru bimbingan konseling itu mengaku merasa kewalahan. Banyak anak muridnya yang melemparkan pertanyaan saat dihadapkan dengan proses belajar mengajar yang baru. Ditambah ia harus mengasuh anaknya yang berusia enam tahun.
Namun, Laili mencoba menenangkan diri dan belajar untuk menguasai tantangan baru tersebut. Dengan perlahan, dia akhirnya menangkap pola yang nyaman dalam mengajar dan mengasuh anak.
"Memang agak berat sebenarnya. Tapi semakin lama semakin terbiasa jadi lebih enak. Jadi tugas pokok kewajiban saya sebagai istri juga terlaksana, sunah rosulnya bekerja juga membantu suami juga terlaksana.
"Jadi misalnya saya lagi kelas, lagi jam mengajar, sambil memantau anak, kemudian anak saya juga ngajak main atau gimana, bisa sambil melayani [permintaan anak], karena kan tidak harus duduk terus di depan laptop. Jadi kita balas dari chat-chat anak di jam mengajar, jadi bisa sambil melayani anak. Kemudian sambil nyuapin, kemudian ada misalnya harus masak dulu atau apa, bisa," kata Laili.
Sementara, bagi Arniati, sebagai ibu dari empat anak, ia memilih pendekatan yang berbeda.
Berita Terkait
-
Disanggah WHO, Studi Ini Klaim Sinar Matahari Bisa Hancurkan Virus Corona?
-
Lalai Laboratorium CDC Terkontaminasi Virus Corona, Ratusan Tes Gagal
-
Bak di India, Warga Keluyuran di Atas Jam 2 Siang Diancam Pukul Rotan?
-
Studi Terbaru Klaim Virus Corona 50 Kali Lebih Berbahaya dari Sebelumnya
-
Update Corona Covid-19 Global 19 April 2020: Sembuh Nyaris 600 Ribu Orang
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Boni Hargens: 5 Logical Fallacies di Argumentasi Komite Reformasi Polri Terkait Perpol 10/2025