Suara.com - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, masih terlalu dini untuk mencabut lockdown di Inggris.
Berbicara di depan Downing Street Nomor 10 sebagai penampilan publik pertamanya ketika kembali ke kantor setelah sembuh dari Covid-19, Johnson mengatakan, ada tanda-tanda bahwa Inggris telah melewati puncak pandemi dan berada pada titik risiko maksimum.
"Pemerintah akan mengatakan lebih banyak tentang ini (lockdown) dalam beberapa hari mendatang," kata Johnson dilansir laman Anadolu, Selasa (28/4/2020).
Dia mengatakan, pemerintah akan mencabut karantina ketika benar-benar yakin bahwa gelombang virus kedua tidak akan datang.
"Kita juga harus mengakui risiko lonjakan kedua dan membiarkan tingkat reproduksi kembali lebih dari satu. Itu tidak hanya akan menjadi gelombang baru kematian dan penyakit tetapi juga bencana ekonomi dan kita akan dipaksa sekali lagi untuk menginjak rem di seluruh negara dan seluruh ekonomi dan menerapkan kembali pembatasan," ujar perdana menteri.
Johnson mengatakan, dia menolak untuk menyia-nyiakan semua upaya dan pengorbanan rakyat Inggris.
"Keputusan ini akan diambil dengan transparansi semaksimal mungkin," tutur dia.
Otoritas kesehatan Inggris mengumumkan pada Minggu (26/4/2020) bahwa korban tewas akibat Covid-19 di seluruh Inggris bertambah 413 dalam 24 jam, kenaikan harian terendah dalam bulan ini, sementara jumlah korban tewas mencapai hampir 21.000 pada Minggu.
Menurut perhitungan The Times berdasarkan angka yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional, jumlah korban sebenarnya bisa mencapai lebih dari 40.000 jika kematian di rumah perawatan ditambahkan dalam penghitungan.
Baca Juga: Bandel Tetap Berkerumun Saat Corona, Polisi Bubarkan Acara Ultah di Hotel
Johnson sendiri terinfeksi Covid-19 beberapa minggu yang lalu dan harus mendapatkan perawatan intensif setelah kondisinya memburuk, tetapi dia kemudian dikeluarkan dari rumah sakit untuk menyelesaikan pemulihannya.
Pekan lalu, Inggris memperpanjang lockdown di seluruh negeri selama tiga minggu.
Berita Terkait
-
Sembuh dari COVID-19, PM Inggris Boris Johnson Didesak Longgarkan Lockdown
-
Sembuh dari Covid-19, PM Inggris Boris Johnson Kembali Bekerja
-
Kabar Baik, Liga Primer Inggris akan Segera Bergulir Beberapa Pekan Lagi
-
Sembuh dari Corona, PM Inggris Boris Johnson Kembali Kerja Senin Besok
-
Sebelum Kurva Covid-19 Melandai, Lockdown Terus Berlaku di Britania Raya
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Hitung Mundur Dimulai? Analis Sebut Kapolri Diganti Usai Hari TNI, Ini Sinyalnya
-
DPRD 'Geruduk' Parkir Ilegal di Jaktim, Dua Lokasi Disegel Paksa, Potensi Pajak Miliaran Bocor
-
'Keterangan Anda Berubah!' Detik-detik Saksi PT Poison Ditegur Hakim di Sidang Sengketa Tambang
-
Saatnya 'Perbarui' Aturan Main, DPR Genjot Revisi Tiga UU Kunci Politik
-
Noel Dikabarkan Mau Jadi Justice Collaborator, KPK: Belum Kami Terima
-
Jejak Korupsi Noel Melebar, KPK Bidik Jaringan Perusahaan PJK3 yang Terlibat Kasus K3
-
Anggotanya Disebut Brutal Hingga Pakai Gas Air Mata Kedaluarsa Saat Tangani Demo, Apa Kata Kapolri?
-
Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
-
Dikabarkan Hilang Usai Demo Ricuh, Bima Permana Ditemukan di Malang, Polisi: Dia Jualan Barongsai
-
Berawal dari Rumah Gus Yaqut, KPK Temukan Jejak Aliran Dana 'Janggal' ke Wasekjen Ansor