Suara.com - Seorang dokter di India dibawa ke rumah sakit jiwa setelah dirinya mengungkapkan masalah serius dalam penanganan Covid-19, yaitu kurangnya APD. Dr Sudhakar Rao, ahli anestesi dengan pengalaman 20 tahun jadi headline di media nasional atas kejadian ini.
Menyadur BBC, pada 3 April, Dr Rao, yang bekerja di rumah sakit pemerintah, mengatakan kepada media bahwa pekerja medis tidak diberi alat pelindung dan masker yang memadai.
"Kami disuruh pakai masker yang sama selama 15 hari sebelum minta masker baru. Bagaimana kami bisa merawat pasien yang mempertaruhkan hidup kami?" ujarnya pada wartawan TV lokal dan langsung viral dalam sekejap.
Pemerintah kemudian melakukan penyelidikan dan menskors Dr Rao dengan alasan merusak moral pekerja kesehatan lainnya. Beberapa hari kemudian, Dr Rao merilis video permintaan maaf dan meminta penagguhannya dibatalkan.
Sayangnya pemerintah tak merespons permintaan Dr Rao.
Belakangan, muncul sebuah video yang memperlihatkan Dr Rao diciduk polisi. Dikatakan jika pihak berwenang mengirim Dr Rao ke rumah sakit jiwa.
Dari video yang beredar luas di media sosial, terlihat jika Dr Rao duduk di dalam mobil di sisi jalan dan berteriak pada polisi tanpa menggunakan baju.
Dalam video lain, Dr Rao terbaring di jalan dengan tangan terikat di belakang dan polisi memukulinya dengan tongkat.
Tetapi sebelum dibawa pergi, Dr Rao berkata pada wartawan setempat bahwa dia telah dihentikan dan dipaksa keluar dari mobil oleh polisi.
Baca Juga: Polisi Ingatkan Perjuangan Dokter dan Perawat Corona ke Habib Umar Assegaf
"Mereka menyambar telepon dan dompet saya. Mereka memukul saya," katanya.
Penahanan Dr Rao memicu kontroversi besar. Warganet mengkritik cara penanganan situasi oleh pemerintah dan menuduh polisi menggunakan kekuatan yang berlebihan.
Sementara itu, polisi mengatakan pihaknya hanya menanggapi laporan tentang pria mabuk yang bersikap aneh di jalanan.
Komisaris Polisi Visakhapatnam, RK Meena mengatakan kepada BBC Telugu bahwa petugas tidak tahu itu adalah Dr Rao sampai mereka tiba di tempat kejadian.
"Dia berperilaku kasar dengan polisi. Dia mengambil ponsel dari seorang polisi dan membuangnya," kata Meena kepada wartawan. "Dia tampaknya menderita masalah psikologis."
Dia menambahkan bahwa Dr Rao awalnya dibawa ke kantor polisi namun kemudian dirawat di rumah sakit untuk pemeriksaan dasar. Dokter di sana menyarankan agar ia dipindahkan ke rumah sakit jiwa.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Kebutuhan Produktivitas dan Gaming
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.626, Pasar Cari Petunjuk dari Risiko Global
-
iQOO 15 Resmi Meluncur di Indonesia: HP Flagship Monster Pertama dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
Terkini
-
Kenapa Tak Tetapkan Bencana Nasional untuk Banjir Sumatra? Pemerintah Ungkap Alasannya
-
Gus Yahya Pantang Mundur, Sebut Upaya Pelengseran dari PBNU Batal Demi Hukum
-
Buntut Panjang Kasus Bobby Nasution, Dewas KPK Periksa Penyidik Rossa Purbo Besok
-
KPK Undang Presiden Prabowo Hadiri Hakordia 2025, Tapi Jokowi Tak Masuk Daftar
-
Menteri PMK Bantah Penjarahan Beras di Sibolga: Bantuan untuk Warga Banjir, Bukan Kerusuhan
-
Benteng Terakhir yang Terkoyak: Konflik Manusia dan Negara di Jantung Tesso Nilo
-
Muncul Desakan Reshuffle Kabinet Imbas Banjir Sumatra, Begini Respons Menteri LHK Hanif Faisol
-
Ancaman Serius KLHK, Pemda Perusak Lingkungan Bakal 'Dihukum' Sanksi Berlapis
-
Banjir Sumatra Jadi Petaka, KLHK 'Obrak-abrik' Izin, Bakal Panggil Perusahaan Pekan Depan
-
Media Sustainability Forum 2025: Perkuat Daya Hidup Media Demi Topang Demokrasi