Suara.com - Pandemi virus Corona yang kini melanda dunia diprediksi tak hanya menghantam aspek finansial dan ekonomi suatu negara.
Lebih mengerikan, wabah Covid-19 dinilai bisa meningkatkan aksi kekerasan, terkhusus ancaman terorisme.
Prediksi tersebut diungkapkan oleh dua peneliti Amerika Serikat, Nisha Bellinger (Universitas Boise State) dan kyle Kattelman (Universitas Fairleigh Dickinson).
Lewat artikel di The Conversation, Selasa (26/5/2020), mereka menjabarkan bagaimana kemiskinan dan kelaparan akibat pandemi Covid-19, meningkatkan ancaman terorisme di negara dunia ketiga seperti Asia dan Afrika.
Bellinger dan Kattelman mengatakan bahwa mayoritas negara Asia dan Afrika kekinian belum siap menghadapi pandemi Covid-19 yang secara brutal merobohkan aspek perekonomian mereka.
Runtuhnya ekonomi suatu negara, dikatakan bakal mengurangi kemampuan pemerintah untuk memberikan akses makanan dan kesehatan yang cukup bagi warganya.
Situasi itu dinilai menjadi celah bagi kelompok-kelompok teroris untuk menyebarkan ideologinya. Orang-orang yang terdampak kemiskinan dan marah terhadap pemerintah dinilai lebih mudah untuk direkrut sebagai anggota.
"Dalam banyak kasus, organisasi teroris melakukan apa yang pemerintah tidak bisa atau tidak akan lakukan: memberi orang makanan dan uang yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup," tulis laporan tersebut.
Pandemi Memperparah Situasi
Baca Juga: Sektor Telekomunikasi Justru Dapat Berkah saat Pandemi, Ini Datanya
Konflik politik, cuaca ekstrim, dan guncangan ekonomi sudah kerap terjadi di negara-negara berkembang bahkan sebelum pandemi Covid-19 menghantam dunia.
Pada 2019, sekitar 55 negara di wilayah Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah dan Asia telah berada dalam krisis pangan. Pandemi Covid-19 memperparah hal itu, lantaran menyebabkan krisis di sektor politik dan ekonomi.
Krisis yang terus berlangsung, membuat negara-negara berkembang bakal menghadapi masalah serius. Disamping berusaha memperbaiki aspek ekonomi, mereka harus memberi makan warganya demi menjaga perdamaian.
Konflik yang telah terjadi bertahun-tahun di Nigeria dengan organisasi Boko Haram sebagai biang keladinya bisa menjadi contoh.
Negara-negara dengan sistem keamanan lemah dan tak mampu memantau wilayahnya secara keseluruhan, membuat kelompok teroris leluasa membangun basis.
Lockdown dan pembatasan sosial di Nigeria menjadi contoh bagaimana pandemi Covid-19 pada akhirnya menimbulkan konflik sosial. Krisis ekonomi akibat lockdown, membuat gelombang protes muncul di Abuja.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Dorong Kedaulatan Digital, Ekosistem Danantara Perkuat Infrastruktur Pembayaran Nasional
-
AJI Gelar Aksi Solidaritas, Desak Pengadilan Tolak Gugatan Mentan Terhadap Tempo
-
Temuan Terbaru: Gotong Royong Lintas Generasi Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
-
PSI Kritik Pemprov DKI Pangkas Subsidi Pangan Rp300 Miliar, Dana Hibah Forkopimda Justru Ditambah
-
Penerima Bansos di Jakarta Kecanduan Judi Online, DPRD Minta Pemprov DKI Lakukan Ini!
-
Pecalang Jakarta: Rano Karno Ingin Wujudkan Keamanan Sosial ala Bali di Ibu Kota
-
5 Fakta OTT KPK Gubernur Riau Abdul Wahid: Barang Bukti Segepok Uang
-
Di Sidang MKD: Ahli Sebut Ucapan Ahmad Sahroni Salah Dipahami Akibat Perang Informasi
-
TKA 2025 Hari Pertama Berjalan Lancar, Sinyal Positif dari Sekolah dan Siswa di Seluruh Indonesia
-
Aktivis Serukan Pimpinan Pusat HKBP Jaga Netralitas dari Kepentingan Politik