Suara.com - Selama lockdown Corona, Venesia yang biasanya ramai pengunjung berubah sunyi senyap. Tapi sekarang turis mulai berdatangan, disambut lega oleh warga Venesia yang perekonomiannya sebagian besar tergantung dari pariwisata.
Di St. Mark's Square di pusat kota Venesia, seorang anak lelaki terlihat kaget, ketika seekor burung datang mematuki roti yang ada di tangannya. Dia tertawa, ibunya langsung menarik dia menjauh. Kalau Anda berada di kota wisata yang tersohor di italia ini, kemungkinan makanan di tangan Anda dimakan burung-burung yang lapar memang cukup besar.
Tempat ini biasanya dipenuhi pengunjung dari seluruh penjuru dunia. Wisatawan mancanegara biasanya duduk santai minum kopi atau menikmati makanan di salah satu kafe atau restoran mahal, atau berburu suvenir dengan tulisan "Venezia" di toko-toko sekitar.
Turis-turis lain berkelompok menuju salah satu museum, atau sekedar berhenti sejenak di lokasi-lokasi wisata untuk membuat swafoto.
Tapi saat ini, Venesia masih jauh dari pemandangan biasa itu, sekalipun sudah ada pelonggaran lockdown mulai 3 Juni lalu. Warga Uni Eropa sekarang diizinkan berkunjung, tanpa perlu menjalani karantina 14 hari seperti sebelumnya.
Italia adalah negara Eropa yang terparah terkena wabah corona dan menerapkan lockdown paling ketat, termasuk pemberlakuan jam malam.
''Tinggallah lebih lama, dan berbelanja lebih banyak"
Seperti 65 persen penduduk Venesia, Nicolo Bortolato hidup dari pariwisata. Dia mengelola sebuah hotel dan sekarang bersiap menyambut para turis mancanegara. Dia berharap, para tamu sekarang akan tinggal lebih lama, dan berbelanja lebih banyak lagi.
Sepuluh tahun lalu, dia dan rekan-rekannya mengubah bangunan Palazzetto Pisani menjadi sebuah hotel mahal. Mereka yang menginap di sini tidak hanya mendapatkan tempat tidur dan sarapan, tetapi bisa menikmati karya-karya seni dan tradisi Venesia.
Baca Juga: Simak, 5 Cara Mendapatkan Uang dari Internet
Dinding hotel ditutupi dengan lukisan-lukisan, ada salon dengan perabotan kayu antik tempat para tamu duduk minum kopi dan mengobrol.
Marco, seorang pendayung gondola di Grand Canal, juga punya harapan sama. Banyak dari 400 rekannya yang masih menganggur, katanya. Dia sungguh berharap para turis segera kembali memenuhi kota wisata yang punya sejarah panjang ini.
Perlu ruang untuk bernafas
Menurut statistik resmi, tahun lalu ada 12,5 juta orang yang menginap di Venesia. Sedangkan pengunjung harian yang tidak menginap diperkirakan mencapai 15 sampai 16 juta orang. Sebagian penduduk Venesia menganggap, jumlah itu sudah terlalu banyak, dan mereka perlu "ruang untuk bernafas”.
Populasi Venesia saat ini berjumlah lebih dari 51.000 orang.
Jane Da Mosto, yang lahir di Afrika Selatan, menikah dengan seorang warga Venesia. Dia telah tinggal di kota ini selama 25 tahun, bersama empat anaknya. Dia mendirikan kelompok "We Are Here Venice" dan menentang kedatangan kapal-kapal pesiar raksasa.
Berita Terkait
-
Dinas Pariwisata DKI Bawa Pesona Jakarta ke Ajang MICE Terkemuka Asia di Bangkok
-
Wonderful Indonesia Tourism Fair 2025: Panggung Dunia untuk Pesona Pariwisata Indonesia!
-
Indonesia Jadi Prioritas! Makau Gelar Promosi Besar-besaran di Jakarta
-
Indonesia Serius Garap Pariwisata Hijau, Kunci di Kualitas SDM
-
Kemenpar Gelar SEABEF 2025, Forum Perdana Bahas Industri Event Asia Tenggara dan Tantangannya
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Skandal Rp 285 Triliun: Anak Riza Chalid Diduga Kantongi Rp3,07 T dari Korupsi Minyak
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers
-
Kabinet Prabowo Copy Paste Era Bung Karno, Ikrar Nusa Bhakti: Pemborosan di Tengah Ekonomi Sulit
-
Seleksi Pejabat BPJS Tak Sekadar Rotasi Jabatan, Pansel Cari Pemimpin yang Bisa Reformasi JKN
-
Ikon Baru Jakarta! 'Jembatan Donat' Dukuh Atas Dibangun Tanpa Duit APBD, Kapan Jadinya?
-
Proyek Galian Bikin Koridor 13 'Lumpuh', Transjakarta Kerahkan Puluhan Bus Tambahan
-
Larang Perdagangan Daging Anjing dan Kucing, Gubernur Pramono Siapkan Pergub dalam Sebulan
-
BNI Dukung BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Layanan Jaminan Sosial lewat BNIdirect Cash
-
'Auditnya Menyusul Belakangan,' Serangan Balik Kubu Nadiem Usai Kalah di Praperadilan
-
Percepat Pembangunan Papua, Mendagri Tekankan Pentingnya Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah