Suara.com - Wayang orang Sriwedari tetap menampilkan pertunjukan di Kota Solo, walau pandemi Covid-19 masih melanda. Pentas wayang dilakukan secara daring di dalam gedung pertunjukan. Cara ini ditempuh sebagai upaya untuk menjaga eksistensi kesenian wayang orang yang kini telah berusia 110 tahun.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB, para pemain wayang orang mulai sibuk melakukan persiapan untuk pentas, seperti memakai kostum hingga merias wajahnya sendiri-sendiri sesuai dengan lakon yang diperankan.
Meskipun pentas tidak dihadiri penonton secara langsung di dalam gedung, namun mereka tetap tampil maksimal.
Pentas wayang orang kali ini juga tidak digelar di malam hari seperti biasanya, namun pada siang hari mulai pukul 13.00 WIB.
Jadwal pentas juga tidak setiap hari seperti sebelumnya, tetapi hanya dua kali dalam sepekan, yakni Jumat dan Sabtu. Aksi para pemain wayang orang Sriwedari itu bisa dilihat secara daring melalui akun Instagram @wayang_orang_sriwedari dan via Youtube milik Dinas Kebudayaan Kota Surakarta.
Selain disiarkan secara daring, pentas wayang orang juga menghadirkan penonton tapi dibatasi hanya 20 persen dari kapasitas seraya menerapkan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Para pemain wayang harus mulai beradaptasi dengan gaya baru pementasan.
Deretan tempat duduk yang biasanya dipenuhi penonton, kini hanya terisi segelintir orang.
Pentas wayang orang itu pun tidak seberapa riuh sebelum pandemi melanda. Padahal, tepuk tangan maupun gelak tawa penonton menjadi kepuasan tersendiri bagi para pemain di panggung.
Baca Juga: Australia Ciptakan Kaos Kaki Agar Astronot Balik ke Bumi Bisa Gerak Normal
Bagi Zamrut, pentas secara daring ini merupakan pengalaman yang pertama kalinya seumur hidup. Dia sendiri telah mengabdi sebagai pemain wayang orang Sriwedari sejak 31 tahun silam. Bahkan, selama perjalanan kariernya itu, baru kali ini pentas wayang orang dilakukan dengan protokol kesehatan.
"Sebelumnya nggak pernah seperti ini," kata Zamrut, pemeran tokoh wayang Semar, kepada wartawan Fajar Sodiq yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Sebagai seorang seniman, Zamrut mengaku pentas melalui daring menjadi tantangan tersendiri.
Ada ataupun tidak adanya penonton yang hadir secara langsung, dirinya tetap berusaha untuk untuk bisa menghibur dan mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin saat pentas.
"Kalau saya pribadi tidak ada bedanya tetap sama. Terus saya juga berimajinasi jika pentas ini ditonton banyak orang, dengan cara seperti ini saya tetap semangat dan tetap enjoy," katanya semringah.
Sebaliknya, pengalaman berbeda dirasakan oleh pemain wayang orang lainnya, Tri Ageng.
Ia mengaku sedikitnya orang yang hadir menonton secara langsung menyebabkan suasana di gedung pertunjukan kurang meriah.
"Kurang greng. Kalau ada penonton kan bisa aplaus yang menambah semangat kita. Tapi karena kondisinya seperti ini ya dijalani dengan maksimal saja," kata Tri Ageng yang dalam pentas wayang orang kali ini memerahkan tokoh wayang Arjuna.
Selain itu, Tri Ageng mengungkapkan absennya penonton menyebabkan interaksi antara pemain dengan penonton hilang. Menurutnya, jika ada penonton, para pemain bisa mengetahui apakah alur cerita yang dimainkannya di panggung bisa mempengaruhi emosi penonton yang hadir.
"Ketika ada adegan apa gitu, penonton bisa ikut merinding dan sedih karena mereka melihat secara langsung dengan penglihatan," jelasnya.
Alternatif terakhir
Sementara itu Koordinator Wayang Orang Sriwedari, Agus Prasetyo mengatakan pentas wayang orang secara daring menjadi pilihan alternatif terakhir tatkala pandemi Covid-19 melanda Kota Solo.
"Wayang orang Sriwedari tentu saja mematuhi apa yang menjadi instruksi Wali Kota Solo bahwa selama masa pandemi ini memang pertunjukan belum boleh mendatangkan penonton langsung. Kemudian solusinya kami mengadakan pentas secara daring," kata dia.
Pentas daring salah satunya digelar sebagai cara untuk menjaga eksistensi wayang orang Sriwedari yang kini telah memasuki usia 110 tahun. Apalagi kesenian wayang orang tertua di Indonesia itu telah menjadi ikon kebudayaan Kota Solo.
"Ini menjadi tugas kami untuk menjaga eksistensi dan pelestarian wayang orang Sriwedari. Salah satunya dengan pentas terbatas secara daring," ujar dia.
Menurut dia, antusiasme penggemar untuk menonton secara daring cukup lumayan.
Hal ini terlihat dari jumlah interaksi penonton yang melihat pentas wayang melalui live Instagram. Bahkan, dengan daring ini penggemar yang menonton tidak hanya dari Solo, namun dari berbagai kota di luar Solo bisa ikut menyaksikannya.
"Saya lihat antusiasme penonton bagus. Kemudian banyak penggemar wayang Sriwedari, para pemerhati seni juga interaksi di live streaming. Tapi sayang, saya belum tahu catatan jumlah penontonnya hingga saat ini," akunya.
Meskipun menggelar pentas wayang saat pandemic Covid-19 melanda, pihaknya tetap memberlakukan protokol kesehatan.
Salah satunya, mengurangi jumlah kerumunan pemain saat pentas sehingga mau tidak mau para pemain wayang orang dibagi menjadi dua sif. Satu sif bermain pentas pada Selasa, sedangkan sif lainnya pentas pada Kamis.
"Kita mengupayakan social distancing dengan membagi seluruh pemain wayang orang Sriwedari menjadi dua kelompok, dari 77 orang menjadi 35 orang per kelompok. Harapannya agar di panggung itu tidak berkumpul banyak tokoh sehingga bisa terjaga jaraknya," ungkap dia.
Sedangkan mengenai perbedaan pentas secara daring, Agus mengaku memang berbeda dibandingkan pentas dengan kehadiran penonton secara langsung.
Ikatan emosial antara pemain dengan penonton, menurutnya, tidak bisa terjalin.
"Kalau beda memang beda, tapi kami sadar untuk pentas yang disiarkan secara daring ini sebenarnya bebannya sama. Bahkan, bisa cenderung lebih berat karena ditonton langsung oleh publik dari manapun," tuturnya.
Pengobat rindu
Salah satu penonton yang melihat pementasan secara daring adalah Novrianto. Pria itu selama ini merupakan penonton langganan di Gedung Wayang Orang Sriwedari.
Kini, walau hanya bisa disaksikan di layar komputer, pementasan kesenian tradisional peninggalan mendiang Raja Paku Buwono X itu disambutnya dengan suka cita.
"Adanya pentas wayang secara streaming ini paling tidak bisa memenuhi hasrat pemainnya yang sudah lama tidak pentas dan juga mengobati rindu para penikmat seni untuk menikmati karya kesenian wayang orang melalui daring," kata dia.
Ia mengaku telah mengikuti pentas daring wayang orang itu selama tiga kali. Dia mengaku lebih menikmati jika hadir di tempat pentas di Gedung Wayang Sriwedari.
Meski demikian Novrianto bisa memaklumi situasi sekarang yang membuatnya tidak dapat hadir menyaksikan pentas secara langsung.
"Kalau bedanya jelas beda, ibarat nonton bola di televisi dengan di stadion itu kan beda. Tapi karena ada pandemi ya, ini merupakan sebuah inovasi baru untuk bisa menonton wayang orang secara daring," ucapnya.
Budayawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Andrik Purwasito, mengaku pentas wayang orang secara daring sama seperti menonton rekaman pentas wayang orang melalui Youtube.
Pentas secara daring menghilangkan suasana dan juga ikatan emosional antara pemain dengan penonton yang biasanya hadir duduk di bangku penonton.
"Pentas wayang orang daring itu kedalamannya sangat kurang. Tidak ada kesan yang bagus. Sampai saya coba menonton dengan speaker yang bagus tetap tidak mencapai kenikmatan yang luar biasa," ungkapnya.
Lantas, Andrik pun mencoba membandingkan saat menonton secara langsung, para penonton bisa merasakan dentuman gamelan yang ditabuh para wiyaga serta bisa merasakan sakralnya bangunan Gedung Wayang Orang Sriwedari yang menjadi tempat pentas.
Hal tersebut tidak dirasakannya ketika menonton secara daring.
"Jadi suasana di dalam gedung yang membedakan, ada sakralitas semacam ritual. Itu tidak bisa dapatkan kalau hanya nonton sendiri di handphone maupun di televisi," jelasnya.
Kendati begitu, ia tetap menaruh hormat kepada para pemain wayang orang Sriwedari yang tetap menjaga eksistensi kesenian tradisonal itu dengan tetap pentas di tengah pandemi Covid-19.
"Ya daring itu merupakan alternatif yang paling maksimal. Saya kan juga dalang, bersama dengan teman-teman lainnya juga pentas daring," ucap dia.
Berita Terkait
-
Etika Komunikasi di Media Sosial: Bijak Sebelum Klik!
-
Ngemis ke Hakim, Ammar Zoni Ngotot Dihadirkan Langsung di Sidang: Pemberitaan Saya Tak Sesuai Fakta!
-
KADIN Soroti Peran Pindar dalam Menjangkau 132 Juta Penduduk Tanpa Akses Keuangan
-
Kapan Sebaiknya Mengajukan Pinjaman Daring agar Lebih Menguntungkan?
-
Love Scam Makin Marak, Detektif Jubun Ingatkan: Jangan Mudah Jatuh Hati di Dunia Maya
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?