Suara.com - Anggota DPR RI dari fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon menganggap Kartu Prakerja sebagai program pemborosan. Ia pun menyebutkan ada 4 catatan terkait program tersebut.
Fadli Zon juga memprediksi program Kartu Prakerja akan menimbulkan masalah hukum dan politik di masa depan.
Hal ini disampaikan Fadli saat hadir dalam acara Mata Najwa bertajuk "Diimpit di Masa Sulit" yang tayang pada Rabu (25/6/2020) malam.
Kartu Prakerja, menurut Fadli Zon, merupakan program yang tidak tepat sasaran. Terlebih situasi ekonomi saat ini tengah diterjang oleh pandemi virus corona atau Covid-19.
"Menurut saya, jelas satu program yang pemborosan, tidak relevan, tidak tepat sasaran dan seharusnya dihentikan," kata Fadli Zon.
Mantan Wakil Ketua DPR RI ini lantas melontarkan empat cacatan untuk program Kartu Prakerja.
"Yang pertama adalah tidak relevan dengan situasi Covid ini," ucapnya.
Masyarakat yang ekonominya terdampak akibat pandemi ini lebih membutuhkan uang tunai, menurut Fadli Zon. Ia menyarankan agar sebaiknya pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) saja.
"Yang kedua, skemanya saja tadi bermasalah. Jadi, tidak jelas skemanya. Kemudian validasi data juga lemah, tidak ada satu verifikasi," ujar Fadli.
Baca Juga: KPK Sebut Ada Potensi Kerugian Negara di Program Kartu Prakerja
Ia mengambil contoh saat salah satu pimpinan redaksi dari sebuah berita online dapat ikut mendaftar Kartu Prakerja dengan mudah.
Selain itu, Fadli Zon merasa perusahaan yang ditunjuk pemerintah sebagai mitra program Kartu Prakerja tidak berkompeten. Banyak pelatihan dalam program tersebut yang sebenarnya bisa diperoleh secara gratis.
"Tetapi alasan dari direktur ekeskutif tadi, menurut saya alasan yang sangat sumir, kalau untuk mengatakan sekian waktu-sekian waktu, udah lah, masyarakat juga memprotes ini dan ingin menghemat dana ini," katanya.
Fadli mengkritik pemerintah untuk tidak memakai dana yang dimiliki dengan media-media seperti ini, seperti memakai sistem online. Sebab tidak semua masyarakat dapat mengakses.
Ia menyakini program tersebut akan menjadi masalah hukum ataupun juga politik di masa mendatang.
"Menurut saya, ini akan menjadi masalah hukum di kemudian hari dan menjadi masalah politik di kemudian hari," pungkas Fadli Zon.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Melengos Tak Disalami, Heboh SBY Cueki Kapolri Listyo Sigit di HUT TNI, Publik Curigai Gegara Ini!
-
Dipotong Rp15 Triliun, Jakarta Alami Pemangkasan Dana Transfer dari Pusat Paling Besar
-
KPK Pulangkan Alphard yang Disita dari Eks Wamaneker Noel, Kok Bisa?
-
Prabowo Singgung Kerugian Tambang Ilegal Rp300 Triliun, Gestur Bahlil Colek Rosan Jadi Sorotan!
-
Perkara Diklakson, Anggota Ormas Gebuki Warga di Kramat Jati: Dijenggut, Diseret hingga Bonyok!
-
Menkeu Purbaya Temui Pramono di Balai Kota, Apa yang Dibahas?
-
Keuntungan PAM JAYA jika Berubah Status Perseroda, Salah Satunya Ini!
-
Kemenpar Gelar SEABEF 2025, Forum Perdana Bahas Industri Event Asia Tenggara dan Tantangannya
-
Uji Keabsahan Penangkapan, Sidang Praperadilan Delpedro Cs Bakal Digelar 17 Oktober
-
Dosen Filsafat Ungkap: Media Sosial Jadi Arena Politik Baru Generasi Z