Suara.com - Tentara wanita Vanessa Guillen mendapat sorotan dunia sejak ia dilaporkan menghilang pada bulan April dan ditemukan meninggal pekan lalu.
Menyadur CBS News pada Kamis (09/07/2020) pada orang terdekatnya, Guillen mengaku dapat pelecehan seksual di lingkungan militer sesaat sebelum ia dibunuh.
Keluarganya mengatakan Guillen dilecehkan oleh atasan setidaknya dalam dua kesempatan terpisah.
Atasannya dikatakan mendekati Guillen saat dia sedang mandi namun pejabat Fort Hood membantah hal itu karena tak ada bukti yang mendukung.
Peristiwa lantas ini membuat tentara wanita lainnya angkat bicara. Mereka mengaku pernah dilecehkan seperti Vanessa Guillen dan kini tagar #IAMVANESSAGUILLEN Viral di Twitter.
Panayiota Bertzikis, veteran US Coast Guard dan pendiri Military Rape Crisis Center atau Pusat Krisis Pemerkosaan Militer menulis di Twitter, ia kehilangan karier karena mengungkap perkosaan.
"Pada 2006 saya diperkosa secara brutal oleh seorang anggota US Coast Guard. Saya dikurung di sebuah lemari karena melaporkan pemerkosaan," tulisnya.
Tentara lainnya, Frederique White menulis dapat pelecehan seksual dari sesama anggota yang masuk ke kamarnya ketika dia tidur saat ditempatkan di Korea Selatan.
"Saya dilecehkan secara seksual dan terlalu takut untuk berbicara karena apa yang perempuan lalui ketika waktunya untuk ditanyai," tulisnya.
Baca Juga: 200 Tentara di Secapa AD Bandung Positif Corona, Jadi Klaster Baru Covid-19
"Vanessa Guillen, baby girl, aku minta maaf karena Angkatan Darat menggagalkanmu, aku minta maaf karena Rantai Komandismu menggagalkanmu. Kamu tidak pantas menerima ini, tetapi sekarang kamu bisa istirahat, baby girl," lanjut White.
Banyak dari mereka yang memposting dan mengkritik militer karena tidak menganggap keprihatinan mereka sebagai hal yang serius dan tidak membantu agar mereka merasa aman bahkan setelah melaporkan kekerasan seksual.
Kolonel Don Christensen, mantan kepala penuntut Angkatan Udara dan presiden Protect Our Defenders, sebuah organisasi nasional yang fokus mengakhiri kekerasan seksual di militer, mengatakan kepada CBS News tentang #IAMVANESSAGUILLEN adalah bagian dari kebangkitan #MeToo di lingkungan militer.
"Militer selama ini mengabaikan gerakan #MeToo dan banyak yang berhubungan dengan pembalasan. Korban militer pada khususnya takut akan pembalasan," kata Christensen.
"Saya pikir menghilangnya Vanessa Guillén dan kematiannya mampu memecah keheningan ini. Sebagian besar korban takut untuk maju dan sekarang mereka bicara. Mereka ingin menghormati Vanessa."
Menurut tinjauan tahunan Departemen Pertahanan, laporan pelecehan seksual tahun 2019 meningkat hingga 3% dari tahun sebelumnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Anggaran Dipangkas Rp 15 Triliun, Gubernur DKI Siapkan Obligasi Daerah, Menkeu Beri Lampu Hijau
-
Dicecar KPK Soal Kuota Haji, Eks Petinggi Amphuri 'Lempar Bola' Panas ke Mantan Menag Yaqut
-
Hotman 'Skakmat' Kejagung: Ahli Hukum Ungkap Cacat Fatal Prosedur Penetapan Tersangka
-
4 Fakta Korupsi Haji: Kuota 'Haram' Petugas Hingga Jual Beli 'Tiket Eksekutif'
-
Teror Bom Dua Sekolah Internasional di Tangesel Hoaks, Polisi: Tak Ada Libur, Belajar Normal!
-
Hotman Paris Singgung Saksi Ahli Kubu Nadiem: 'Pantas Anda Pakai BMW Sekarang, ya'
-
Regulasi Terus Berubah, Penasihat Hukum Internal Dituntut Adaptif dan Inovatif
-
LMS 2025: Kolaborasi Global BBC Ungkap Kisah Pilu Adopsi Ilegal Indonesia-Belanda
-
Local Media Summit 2025: Inovasi Digital Mama dan Magdalene Perjuangkan Isu Perempuan
-
KPK Bongkar Modus 'Jalur Cepat' Korupsi Haji: Bayar Fee, Berangkat Tanpa Antre