Suara.com - Keputusan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menetapkan status Hagia Sophia kembali jadi masjid mendapat kritik dan kecaman dunia.
Namun politisi Indonesia punya pandangan berbeda. Anggota DPR RI dari fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon justru berterima kasih dengan Erdogan.
Fadli bahkan mengucapkan takbir tatkala mengetahui kabar Hagia Sophia kembali jadi masjid.
Hal itu disampaikannya melalui cuitan yang diunggah ke akun Twitter miliknya pada Sabtu (11/7/2020).
"Turki luar biasa, Hagia Sophia kini menjadi masjid. Allahu Akbar! Terima kasih @RTErdogan," cuit Fadli Zon, dikutip Suara.com, Senin (13/7/2020).
Dalam unggahannya Fadli juga melampirkan informasi dari media daring terkait berubahnya status Hagia Sophia. Ada juga foto-foto yan memperlihatkan arsitektur ruangan situs yang terletak di Istanbul itu.
Sementara itu, negara pertama yang menentang keputusan Erdogan adalah Yunani. Mereka menganggap langkah itu sebagai bentuk provokasi.
Prancis dan Amerika Serikat juga menyatakan kekecewaannya. Begitu juga dengan Rusia, melalui Wakil Menteri Luar Negeri Alexander Grushko, Moskow menyesali keputusan ini.
Uskup Hilarion, kepala departemen Gereja Ortodoks Rusia untuk hubungan gereja eksternal, merasa sedih mengetahui kabar Hagia Sophia kembali jadi masjid.
Baca Juga: Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid, Erdogan Dituding Bermain Politik Agama
"Ini adalah pukulan bagi Kekristenan global ... Bagi kami (Hagia Sophia) tetap sebuah katedral yang didedikasikan untuk Juru Selamat," katanya kepada televisi negara Rossiya24 Jumat (10/7) malam.
Namun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak mau ambil pusing atas kecaman dan kritikan tersebut.
Menyadur Channel News Asia, Minggu (12/7/2020) Presiden Erdogan mengatakan keputusannya untuk mengubah Hagia Sophia itu mewakili keinginan negara untuk menggunakan "hak-hak kedaulatannya".
"Mereka yang tidak mengambil langkah melawan Islamofobia di negara mereka sendiri ... menyerang kehendak Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya," kata Erdogan saat upacara yang ia hadiri melalui konferensi video, dikutip dari Channel News Asia.
"Kami membuat keputusan ini tidak melihat apa yang orang lain katakan tetapi melihat apa hak kami dan apa yang diinginkan negara kami, seperti apa yang telah kami lakukan di Suriah, di Libya dan di tempat lain," jelas Erdogan pada Sabtu (10/7).
Untuk diketahui, pada hari Jumat, pengadilan tinggi Turki membatalkan dekrit kabinet tahun 1934, yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Dana Transfer dari Pusat Dipangkas Rp15 Triliun, Pramono Sebut Anggaran KJP-KJMU Tetap Aman
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 7 Oktober 2025: Waspada Hujan Lokal di Sejumlah Kota
-
Melengos Tak Disalami, Heboh SBY Cueki Kapolri Listyo Sigit di HUT TNI, Publik Curigai Gegara Ini!
-
Dipotong Rp15 Triliun, Jakarta Alami Pemangkasan Dana Transfer dari Pusat Paling Besar
-
KPK Pulangkan Alphard yang Disita dari Eks Wamaneker Noel, Kok Bisa?
-
Prabowo Singgung Kerugian Tambang Ilegal Rp300 Triliun, Gestur Bahlil Colek Rosan Jadi Sorotan!
-
Perkara Diklakson, Anggota Ormas Gebuki Warga di Kramat Jati: Dijenggut, Diseret hingga Bonyok!
-
Menkeu Purbaya Temui Pramono di Balai Kota, Apa yang Dibahas?
-
Keuntungan PAM JAYA jika Berubah Status Perseroda, Salah Satunya Ini!
-
Kemenpar Gelar SEABEF 2025, Forum Perdana Bahas Industri Event Asia Tenggara dan Tantangannya