Suara.com - Anak-anak yang berusia 12 tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wajib mengenakan masker untuk mencegah penularan virus corona.
Menyadur BBC, Minggu (23/8/2020), WHO merilis tiga panduan penggunaan masker untuk tiga kelompok umur, mencakup anak usia 12 tahun, 6-11 tahun, dan 5 tahun ke bawah.
Menurut WHO, anak berusia 12 tahun ke atas harus memakai masker dalam kondisi yang sama dengan orang dewasa, terlebih jika mereka tidak dapat menjaga jarak satu meter daru orang lain, serta ada penularan luas di daerah tersebut.
Untuk usia eman hingga 11 tahun, WHO menyarankan untuk mempertimbangkan seberapa luas penularan virus, dan apakah anak itu berinteraksi dengan individu yang berisiko tinggi seperti orang tua.
Selain itu, golongan usia ini memerlukan pengawasan orang dewasa untuk membantu menggunakan, memakai, dan melepas masker dengan aman.
Sementara untuk anak-anak berusia lima tahun ke bawah, menurut WHO, dalam keadaan normal, tidak boleh memakai masker.
WHO menyebut sedikit yang diketahui tentang bagaiaman anak-anak menularkan virus, tetapi berkaca pada remaja dapat menulari orang lain dengan cara yang sama seperti orang dewasa.
Di daerah yang terdapat banyak kasus infeksi, WHO menhatakan semua orang dewasa di bawah usia 60 tahun dan yang secara umum sehat harus memakai masker kain ketika mereka tidak dapat menjamin jarak setidaknya satu meter dari orang lain.
"Ini sangat penting untuk orang dewasa yang bekerja dengana nak-anak yang mungkin memiliki kontak dekat dengan anak-anak dan satu sama lain," ujar WHO.
Baca Juga: Tak Pakai Masker, Wisatawan di Kaliurang Dihukum Nyanyi Indonesia Raya
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyeus mengatakan dia berharap pandemi virus corona akan berakhir dalam dua tahun.
Kendati demikian, seorang penasihat ilmiah terkemuka di Inggris menyebut Covid-19 mungkin tidak akan pernah bisa diberantas, di mana orang-orang membutuhkan vaksinasi rutin.
Menurut Universitas Johns Hopkisns, setidaknya ada 23 juta kasus infeksi virus corona di seluruh dunia, dengan 800.000 kematian.
Namun, jumlah sebenarnya orang yang terinfeksi diyakini jauh lebih tinggi karena kurangnya pengujian dan adanya kasus tanpa gejala.
Jumlah infeksi telah meningkat lagi di sejumlah negara seperti Koreea Selatan, Lebanon, hingga negara-negara di Uni Eropa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
Terkini
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
PAN Setuju Pilkada Lewat DPRD, Tapi Ada Syaratnya
-
Mendagri Serukan Percepatan Pembersihan Sisa Banjir dan Pembangunan Hunian Tetap di Aceh Tamiang
-
Pakar: PP Terbit Perkuat Perpol 10/2025, Jamin Kepastian Hukum
-
Jadi Pemasok MBG, Omzet Petani Hidroponik di Madiun Naik 100 Persen
-
Reformasi Polri Tanpa Tenggat? KPRP Bentukan Presiden Akui Masih Meraba Masalah
-
KPK Amankan Uang Rp 400 Juta saat Geledah Rumah Dinas Bupati Indragiri Hulu Ade Agus Hartanto