Suara.com - Setidaknya 2,5 juta anak di seluruh dunia terancam dipaksa untuk menikah dalam lima tahun ke depan, sebagai akibat dari krisis pandemi virus corona.
Menyadur The Guardian, Jumat (2/10/2020), badan amal Save The Children melaporkan meroketnya jumlah pernikahan dipicu oleh dampak pandemi, penutupan sekolah dan semakin banyak keluarga yang jatuh ke jurang kemiskinan.
Perkiraan yang tertuang dalam laporan Global Girlhood 2020, menyebut pandemi Covid-19 membalikkan kemajuan yang telah dicapai sepanjang dua dekade terakhir, terkait penurunan jumlah pernikahan anak.
Sepanjang tahun ini saja, setengah juta lebih anak perempuan terancam dijodohkan. Ini akan membuat jumlah total pernikahan anak mencapai 12,5 juta pada akhir 2020.
Save the Children menyebut penutupan sekolah di seluruh dunia yang berdampak pada 1,6 miliar anak, di mana 10 juta siswa yang kebanyakan perempuan, tak akan pernah kembali ke sekolah.
Laporan ini juga memperkirakan lebih dari satu juta anak di bawah usia 18 tahun bisa hamil tahun ini. Menempatkan mereka pada risiko melahirkan yang masih menjadi penyebab utama kematian anak-anak usia 15-19 tahun.
Lebih jauh, Asia Selatan disebut-sebut akan menjadi wilayah yang paling terdampak lonjakan pernikahan anak, dengan hampir 200 ribu gadis akan dipaksa menikah sepanjang tahun ini, lantaran tekanan ekonomi akibat pandemi.
Kepala eksekutif Save the Children UK, Kevin Watkins mengatakan kekurangan ekonomi dalam keluarga cenderung mengakibatkan orang tua memaksakan anak gadisnya untuk menikah dengan pria yang lebih tua, dengan dalih mendapatkan nasib yang lebih baik.
"Pernikahan ini melanggar hak-hak perempuan dan membuat mereka berisiko lebih tinggi mengalami depresi, kekerasan seumur hidup, cacat, bahkan kematian saat melahirkan," beber Watkins.
Baca Juga: Bocah Pakai Kostum Mahatma Gandhi saat Tes Swab, Begini Tampilannya
India dicontohkan sebagai salah satu negara yang paling terdampak pandemi Covid-19 dan berujung pada maraknya fenomena pernikahan anak.
Ketika penguncian diberlakukan, penghasilan penduduknya menurun drastis dengan kontraksi ekonomi hampri 24% sepanjang kuarta terakhir.
Kondisi itu memicu para orang tua dari keluarga berpenghasilan rendah meminta anak perempuannya yang sedang tak bersekolah akibat penguncian, untuk bekerja atau menikah.
Pandemi juga menyebabkan tingkat pekerja dan perdagangan anak di India meroket. Laporan dari negara bagian yang dilanda kemiskinan seperti Jharkhan, menunjukkan jumlah anak yang dijual meningkat lebih dari 600% sepanjang April dan Mei.
Organisasai Perburuhan Internasional baru-baru-baru ini mengatakan pandemi Covid-19 dapat mengakibatkan peningkatan jumlah pekerja anak untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
Terkini
-
Jejak Korupsi Riza Chalid Sampai ke Bankir, Kejagung Periksa 7 Saksi Maraton
-
'Tidak Dikunci, tapi Juga Tidak Dipermudah,' Dilema MPR Sikapi Wacana Amandemen UUD 1945
-
Lisa Mariana Sumringah Tak Ditahan Polisi Usai Diperiksa Sebagai Tersangka: Aku Bisa Beraktivitas!
-
Menhut Klaim Karhutla Turun Signifikan di Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo, Ini Kuncinya
-
'Apa Hebatnya Soeharto?' Sentilan Keras Politisi PDIP Soal Pemberian Gelar Pahlawan
-
Efek Jera Tak Mempan, DKI Jakarta Pilih 'Malu-maluin' Pembakar Sampah di Medsos
-
Menas Erwin Diduga 'Sunat' Uang Suap, Dipakai untuk Beli Rumah Pembalap Faryd Sungkar
-
RDF Plant Rorotan, Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan
-
KPK Cecar Eks Dirjen Perkebunan Kementan Soal Pengadaan Asam Semut
-
Buka Lahan Ilegal di Kawasan Konservasi Hutan, Wanita Ini Terancam 11 Tahun Bui