Suara.com - Sebuah vaksin Covid-19 yang dikembangkan di China, diklaim sejumlah pakar, menunjukkan sinyal kesuksesan dalam fase uji klinis.
Saat ini terdapat sejumlah vaksin yang tengah dikaji di China, beberapa di antaranya telah mendapat persetujuan dari otoritas kesehatan.
Awal November lalu, vaksin yang dikembangkan Sinovac Biotech, perusahaan farmasi asal China, secara cepat memicu imun sekitar 700 relawan dalam fase uji klinis.
Di seluruh dunia, sejauh ini terdapat tiga vaksin Covid-19 yang khasiat atau tingkat efikasinya disebut mencapai lebih dari 90% dalam tahap uji klinis akhir.
Ketiganya dikembangkan di AS, Jerman, dan Rusia serta melibatkan lebih dari 10.000 relawan.
- Vaksin Pfizer diklaim bisa cegah Covid-19 hingga 90%, bagaimana dengan vaksin yang dipesan Indonesia?
- Apakah mungkin akan ada lebih dari satu vaksin virus corona?
- Indonesia targetkan impor vaksin pada Desember, relawan: 'uji klinis belum selesai kok sudah pesan vaksin jadi?'
Apa yang diketahui tentang vaksin buatan China?
Empat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh China sudah memasuki fase ketiga dan fase akhir uji klinis. Satu dari empat vaksin itu diciptakan Sinovac Biotech, perusahaan yang juga menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia.
Namun kajian yang diterbitkan di jurnal The Lancet baru menjabarkan hasil pengembangan salah satu vaksin pada fase pertama dan kedua tahap uji klinis.
Walau diklaim bisa secara cepat menumbuhkan respons imun tubuh, kajian yang digelar selama April dan Mei lalu itu tidak menyebut berapa persentase efikasi vaksin tersebut.
Zhu Fengcai, salah satu peneliti yang menulis kajian itu, berkata bahwa vaksin buatan Sinovac itu cocok untuk keperluan kegawatdaruratan.
Baca Juga: Vaksin Merah Putih akan Diproduksi Pada 2021
Fengcai merujuk uji klinis fase pertama yang melibatkan 144 relawan dan fase kedua yang diikuti 600 relawan.
Data hasil uji klinis fase ketiga sekarang belum diterbitkan.
Uji klinis tahap akhir empat vaksin China sedang dilakukan di Pakistan, Arab Saudi, Rusia, Indonesia, dan Brasil.
Hampir 60.000 orang telah menerima empat vaksin awal November lalu.
Uji klinis vaksin Sinovac Biotech di Brasil sempat dihentikan pekan lalu. Prosesnya kemudian dilanjutkan setelah kematian seorang relawan dinyatakan tidak terkait dengan vaksin itu.
Tiga dari empat vaksin China ditawarkan kepada para pekerja di garis terdepan pandemi, seperti perawat dan dokter, sebagai bagian dari program kesehatan darurat.
Adapun angkatan bersenjata China sudah setuju akan menggunakan salah satu vaksin untuk personel mereka.
Bagaimana perbandingan vaksin China dengan vaksin lainnya?
Vaksin yang dikembangkan dalam program kemitraan Jerman-AS, oleh Pfizer dan BioNtech, dilaporkan lebih dari 90% efektif berdasarkan uji klinis tahap akhir terhadap lebih dari 43.000 relawan.
Perusahaan farmasi AS lainnya, Moderna, mengklaim vaksin mereka menunjukkan efikasi hampir 95%, juga setelah uji klinis tahap akhir.
Dua vaksin yang disebut tadi masih dalam tahap awal uji klinis. Penggunaannya belum mendapat lampu hijau dari otoritas kesehatan.
Sementara itu, vaksin Covid-19 buatan Rusia dilaporkan efektif 92% dalam uji klinis yang melibatkan 16.000 sukarelawan. Setelah mendapatkan persetujuan, vaksin ini digunakan untuk keperluan darurat di Rusia, Agustus lalu.
Para peneliti di balik tiga vaksin tadi sudah merilis data yang lebih maju daripada vaksin China.
Namun Sinovac Biotech juga melakukan uji klinis tahap akhir yang sama. Walau belum ada rilis terkait hasil tahap akhir itu, belum tentu capaian di AS, Jerman, dan Rusia lebih maju.
Penggunaan vaksin untuk tenaga medis itu menunjukkan otoritas China memiliki keyakinan besar terhadap temuan mereka.
Bagaimanapun, hingga kini belum jelas, vaksin mana yang akan pertama kali diluncurkan dalam skala besar.
Persetujuan otoritas kesehatan dan proses produksi massal diyakini akan menjadi rintangan. Para ahli pun meminta publik tidak mengharapkan program vaksinasi yang masif akhir tahun ini.
Tag
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Agus Suparmanto Dinilai Bisa Jadi Kunci Perubahan PPP, Dukungan Keluarga Mbah Moen Jadi Modal
-
Longsor Freeport: 2 Pekerja Berhasil Ditemukan , 5 Orang Masih dalam Pencarian
-
Hitung-hitungan Jelang Muktamar X PPP: Mardiono Disebut Masih Kuat dari Agus Suparmanto
-
Jokowi Beri Arahan 'Prabowo-Gibran 2 Periode', Relawan Prabowo: Tergantung Masyarakat Memilih
-
DPR Desak Penghentian Sementara PSN Kebun Tebu Merauke: Hak Adat Tak Boleh Dikorbankan
-
Usai Pecat Anggota DPRD Gorontalo, PDIP Beri Pesan: Jangan Cederai Hati Rakyat!
-
Mahasiswa Green Leadership Academy Tanam Semangat Baru di Tabung Harmoni Hijau
-
Profil Alvin Akawijaya Putra, Bupati Buton Kontroversial yang Hilang Sebulan saat Dicari Mahasiswa
-
Mendagri Tito Sebut Bakal Ada 806 SPPG Baru: Lahannya Sudah Siap
-
'Warga Peduli Warga', 98 Resolution Network Bagikan Seribu Sembako untuk Ojol Jakarta