Suara.com - Mega-tsunami ternyata pernah mengantam kawasan yang kekinian dikenal sebagai pantai utara Israel, sekitar 10.000 tahun silam.
Hal tersebut dibahas dalam artikel jurnal ilmiah PLOS ONE. Tsunami itu berketinggian 40 meter, dengan gelombang laut menghantam dan masuk ke daratan hingga beberapa kilometer jauhnya.
Disimpulkan, fenomena di era prasejarah ini memusnahkan desa-desa di sepanjang pantai.
Kesimpulan itu pula yang disebut bisa memberikan penjelasan mengapa arkeolog tidak menemukan bukti atau jejak permukiman atau tempat tinggal manusia selama beberapa ribu tahun pada awal era Neolitikum.
Kesimpulan terjangan mega-tsunami di Israel ribuan tahun yang lalu diambil oleh para ahli geologi dan arkeologi dari University of California, San Diego, Amerika Serikat, dan University of Haifa, Israel, dengan menganalisis bukti bencana alam era prasejarah di Tel Dor, permukiman kuno tepi laut, di selatan Haifa.
Surat kabar Israel, Haaretz, memberitakan para ahli ini sebenarnya tidak mencari bukti-bukti langsung tsunami.
Yang mereka lakukan adalah menganalisis sejarah geologi di kawasan Tel Dor untuk memahami perubahan lingkungan dan bagaimana perubahan ini berpengaruh terhadap kehidupan, kata Dr Gilad Shtienberg, yang memimpin tim ahli dari University of California San Diego.
Tim ahli melakukan pengeboran di kawasan pantai Dor dengan tujuan mendapatkan sedimen yang usianya ribuan tahun.
Kota Dor sendiri diyakini didirikan 2.000 tahun sebelum Masehi.
Baca Juga: Museum Tsunami Aceh, Belajar Sekaligus Pengingat Peristiwa 16 Tahun Silam
Tim peneliti mendapatkan sedimen yang berasal dari 15.000 hingga 7.800 tahun lalu, terkubur di kedalaman hingga sembilan meter.
Gelombang 'setinggi gedung 12 lantai'
Analisis sedimen menunjukkan hal yang sangat tidak biasa.
Di antara dua lapisan tanah khas kawasan berair tawar terdapat lapisan dengan material yang lebih ringan --dengan ketebalan sekitar 30 sentimeter-- berupa pasir dan sisa-sisa kerang-kerangan.
"Ini sangat aneh karena material ini tak semestinya berada di sana ... ini pasti ada sesuatu," ujar Dr Shtienberg kepada Haaretz.
Sampel pengeboran di titik lain di kawasan pantai Dor menunjukkan hal yang sama, dengan usia lapisan antara 9.900 hingga 9.300 tahun.
Satu-satunya penjelasan yang bisa dikemukakan adalah pasir dan kerang-kerangan ini masuk jauh ke daratan karena terbawa oleh gelombang besar dari laut.
Tidak sekadar gelombang biasa atau gelombang yang didorong oleh badai, tapi gelombang dahsyat dari mega-tsunami, kata Thomas E. Levy, guru besar di pusat arkeologi laut, University of California San Diego.
Para ahli mengukur bahwa pasir dan material laut lain ini terbawa oleh gelombang dengan ketinggian hingga 40 meter, atau setara dengan ketinggian gedung 12 lantai.
Dengan ketinggian seperti ini, gelombang tsunami bisa membawa pasir dan material lain hingga 3,5 kilometer masuk ke daratan.
Hasil penghitungan ini hampir sama dengan ketinggian tsunami di Samudra Hindia pada 26 Desember 2004, yang menewaskan lebih dari 200.000 orang, sebagian besar di Aceh, Indonesia.
Tidak diketahui secara persis dampak dari mega-tsunami yang menghantam Israel 10.000 tahun yang lalu tersebut.
Yang jelas, kata para ahli, dampaknya sangat besar.
Mega-tsunami ini mungkin menjadi penyebab "tidak adanya bukti-bukti permukiman manusia" di kawasan pantai utara Israel selama 4.000 tahun.
Di kawasan yang lebih tinggi, terdapat bukti keberadaan kegiatan manusia secara nyaris tak terputus.
Namun di kawasan Dor dan sekitarnya, bukti keberadaan manusia hanya ditemukan menjelang berakhirnya era Paleolitikum, sebelum 12.500 tahun yang lalu, dan di era Neolitikum akhir, sekitar 8.500 tahun yang lalu.
Di antara dua periode tersebut tidak ditemukan bukti-bukti aktivitas manusia.
Levy mengatakan mungkin mega-tsunami menghancurkan permukiman manusia dan lokal ekosistem, sebegitu parahnya diperlukan waktu ratusan bahkan ribuan tahun bagi manusia untuk tinggal di kawasan ini.
Berita Terkait
-
Museum Tsunami Aceh, Belajar Sekaligus Pengingat Peristiwa 16 Tahun Silam
-
Syekh Ali Jaber akan Beri Tausyiah Pada Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh
-
16 Tahun Tsunami Aceh, Syekh Ali Jaber Diundang Beri Tausyiah
-
Pro Kontra Wacana Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel
-
Benarkah Tsunami Sering Terjadi di Desember? Ini Jawaban BMKG
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Pemerintah Tetapkan 17 Hari Libur Nasional dan 8 Hari Cuti Bersama Tahun 2026, Catat Tanggalnya
-
Resmi Diumumkan, Ini Dia 8 Hari Cuti Bersama 2026, Siap-siap Atur Jadwal Libur Panjang dari Sekarang
-
Minta Maaf Kasus Keracunan MBG Kembali Terulang, Pemerintah: Bukan Kesengajaan
-
Sejarah Bakal Berakhir! Kementerian BUMN di Ambang Dilebur ke Danantara, Istana-DPR Beri Sinyal Kuat
-
Wali Kota Prabumulih Langgar Aturan Buntut Copot Kepsek SMPN 1, Ini Sanksi dari Kemendagri
-
Modus Licik Eks Pejabat MA Zarof Ricar Sembunyikan Aset Rp35 Miliar, Ternyata Atas Nama Dua Anaknya
-
Wali Kota Prabumulih Beri Hadiah Motor Listrik ke Kepsek SMPN 1, Auto Dinyinyiri Warganet
-
Pemerintah Akui Ada Kemungkinan Kementerian BUMN Dilebur dengan Danantara, Tapi...
-
Prabowo Bersiap Naikkan Gaji ASN hingga TNI/Polri, Guru dan Nakes Jadi Prioritas Utama
-
Penggaung Jokowi 3 Periode Masuk Kabinet Prabowo, Rocky Gerung: Qodari Konservatif, Tak Progresif!