Suara.com - Para bankir pemula di bank investasi Goldman Sachs memperingatkan bahwa mereka mungkin akan berhenti kecuali kondisi kerja mereka yang melelahkan bisa membaik.
Sebuah survei internal di antara 13 karyawan menunjukkan bahwa mereka rata-rata bekerja 95 jam seminggu dan tidur lima jam per malam.
Hubungan pribadi mereka juga terganggu, begitu pula kesehatan fisik dan mental mereka.
- WHO jabarkan 'fenomena kelelahan bekerja', apa itu dan bagaimana mengatasinya?
- 'Stres, mudah marah, hingga dugaan bunuh diri', persoalan mental murid selama sekolah dari rumah
- Bankir dengan gaji Rp17,8 miliar setahun 'diskors karena mencuri roti lapis'
Para analis memperingatkan bahwa mereka kemungkinan besar akan mengundurkan diri dalam enam bulan kecuali ada perubahan.
Kondisi yang 'tidak manusiawi' dan 'kejam'
Survei tersebut memperlihatkan gambaran sekilas tentang budaya kerja yang sangat kompetitif di perusahaan-perusahaan top Wall Street, di mana para analis yunior berebut untuk mendapatkan jalur karier dengan bayaran yang bagus.
Survei, yang mulai beredar di media sosial pada hari Rabu, dilakukan oleh sekelompok analis pemula di bidang perbankan investasi yang berbasis di AS.
"Kurang tidur, perlakuan dari bankir senior, tekanan mental dan fisik ... Saya memiliki pengalaman di keluarga asuh dan kondisi ini bisa dibilang lebih buruk," kata seorang responden dalam survei yang dilihat oleh BBC.
"Ini di luar level 'pekerja keras', ini tidak manusiawi/melecehkan," kata responden lain.
Semua responden mengatakan pekerjaan itu berdampak negatif pada hubungan mereka dengan teman dan keluarga, sementara 77% mengatakan mereka menjadi korban pelecehan di tempat kerja.
Baca Juga: Daya Beli Anjlok Akibat 24 Juta Orang Kehilangan Jam Kerja
Sebelum bekerja untuk perusahaan tersebut, para analis mengukur kesehatan mental mereka sendiri pada level 8,8 dari 10 serta kesehatan fisik mereka pada 9 dari 10.
Setelah bekerja untuk perusahaan tersebut, mereka mengukur kesehatan mental mereka 2,8 dan kesehatan fisik 2,3.
Sebanyak 83% mengatakan mereka pernah mengalami "pemantauan atau pengelolaan mikro yang berlebihan", sementara 17% mengatakan mereka sering mendapatkan teriakan atau sumpah serapah.
Survei merekomendasikan waktu kerja maksimal 80 jam kerja per minggu dengan tanpa kerja pada hari Sabtu atau tanpa kerja setelah pkl 21.00 pada hari Jumat.
Survei juga mendorong tenggat waktu yang lebih realistis dan alur kerja yang lebih baik yang bertujuan untuk mengurangi stres.
Karyawan alami 'burnout'
Para analis mempresentasikan temuan mereka kepada manajemen Goldman Sachs pada Februari, dan bank tersebut mengatakan sejak itu telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kelelahan karyawan di antara kelompok kecil ini, dan tim yang lebih luas.
"Kami menyadari bahwa orang-orang kami sangat sibuk, karena situasi bisnis kuat dan volume yang berada pada level bersejarah," kata juru bicara bank itu, Nicole Sharpe kepada BBC.
"Setahun setelah Covid, dapat dimaklumi orang-orang cukup tegang, dan itulah mengapa kami mendengarkan keprihatinan mereka dan mengambil banyak langkah untuk mengatasinya."
Bank mengatakan telah memperkuat kebijakan "Pengecualian Sabtu" dan bergerak untuk mengotomatiskan tugas-tugas tertentu untuk staf yunior.
Goldman Sachs melaporkan pendapatan bersih $ 44,6 miliar (Rp 642.803 triliun ) untuk tahun 2020.
Berita Terkait
-
Asosiasi Sopir Logistik Curhat ke DPR: Jam Kerja Tak Manusiawi Bikin Penggunaan Doping dan Narkoba
-
Menilik Jam Kerja Anggota DPR: Ahmad Dhani Sebut Gak 9 to 5, Jadi Masih Bisa Manggung
-
Gaji dan Jam Kerja PPPK Paruh Waktu, Honorer R2 R3 Ikut Dapat Jatah
-
8 Fakta Skandal Korupsi Rp 1 T di PT Sritex, Ini Daftar Dosa Para Bankir Hitam
-
KASBI: May Day Aksi Protes Kaum Buruh, Bukan Bermesraan dengan Pemerintah Lewat Perayaan
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Dana Bagi Hasil Jakarta dari Pemerintah Pusat Dipangkas Rp15 Triliun, Pramono Siapkan Skema Ini
-
KemenPPPA Dorong Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Pasca Kasus Keracunan
-
BGN Enggan Bicara Sanksi untuk Dapur MBG, Malah Sebut Mereka 'Pejuang Tanah Air'
-
Agus Suparmanto Sah Pimpin PPP, Mahkamah Partai Bantah Dualisme Usai Muktamar X Ancol
-
DPRD DKI Sidak 4 Lahan Parkir Ilegal, Pemprov Kehilangan Potensi Pendapatan Rp70 M per Tahun
-
Patok di Wilayah IUP PT WKM Jadi Perkara Pidana, Pengacara: Itu Dipasang di Belakang Police Line
-
Divonis 16 Tahun! Eks Dirut Asabri Siapkan PK, Singgung Kekeliruan Hakim
-
Eks Dirut PGN Ditahan KPK! Terima Suap SGD 500 Ribu, Sempat Beri 'Uang Perkenalan'
-
Ikutilah PLN Journalist Awards 2025, Apresiasi Bagi Pewarta Penggerak Literasi Energi Nasional
-
Soal Arahan Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode, Gus Yasin: PPP Selalu Sejalan dengan Pemerintah